Jenny menampar bibir Tomi setelah berhasil merebut coklat di dalam mulutnya. "Lo bisa ambil di sini, jorok!" serunya sebal.
Tomi malah cengengesan. "Makanya jangan mancing," balasnya seraya mulai menjalankan mobilnya menuju tempat reuni.
Jenny melirik ponselnya yang berdering. "Tom, bunda.." paniknya, dengan segera dia singkirkan kotak coklat itu dari pangkuannya.
"Angkat."
Jenny berdehem. "Hal—"
"PULANG! Bunda tahu kalian mau kemana! Bandel!"
Jenny melirik Tomi yang hanya diam lalu menepikan mobilnya. Tomi meraih ponsel Jenny.
"Bun—"
"PULANG! Bunda kecewa sama kamu Tomi!" suara Julia terdengar tegas yang berarti memang sedang marah.
"Tapi, bun.. Kita udah beli banyak mak—"
"Ga usah banyak alesan! PULANG!" potong Julia lalu sambungan terputus.
Tomi menatap Jenny. "Pulang aja, bunda marah." Tomi memberikan ponsel Jenny lalu mulai memutar balik mobilnya.
Jenny menatap ponselnya yang hening. Semua akses temannya di hapus. Bahkan nomor pun di ganti.
"Tom.."
"Hn?"
"Lanjut aja, kita—"
"Ga. Bunda marahnya sama gue nanti, kok bunda tahu sih kita pergi," heran Tomi.
Jenny terdiam, pura-pura tidak mendengar. Kebiasaannya tidak lupa. Menjadikan status dimana pun dia berada.
Jenny lupa kalau mereka pergi tanpa izin bundanya.
"Makanannya bagiin ke sopir, atau ke anak jalanan?" Tomi melirik Jenny yang adem ayem. Tumben tidak mengolok-oloknya. Mengingat dia yang memberi ide untuk membeli makanan.
"Terserah aja."
***
"Maaf, bun.." Jenny memeluk Julia yang terlihat diam, tandanya marah. "Tuh, salah si kucing dekil," tunjuknya pada Tomi.
Julia memukul lengan Jenny yang membelit tubuhnya. "Jangan gitu ke suami!" tegurnya semakin marah.
Jenny manyun.
"Tuh dengerin! Yang sopan sama suami,"
"Kamu juga salah! Sebagai suami ajarin istri untuk engga ngehargain orang tua! Bunda udah bilang ga kasih izin kalian buat pergi!" cerocos Julia.
Kali ini Jenny yang tersenyum puas, menatap Tomi mengejek lalu mengulurkan lidahnya.
Tomi menatap itu penuh siasat. Lihat saja, lidah usil itu akan dia hukum!
"Maaf, bun. Abis penasaran, kenapa bunda larang kita ketemu temen-temen, apa—"
"Bunda cuma mau hidup kalian selamat, bunda berusaha menjauhkan hal buruk dari kalian berdua.. Bunda udah ketakutan selama sebulan liat kalian begitu," Julia tidak bisa membendung air matanya.
"Bunda mau kalian fokus ke kuliah, fokus ke rumah tangga kalian,"
Tomi dan Jenny menunduk diam. Mendengarkan semua ucapan Julia dengan serius tanpa saling mengejek lagi.
***
"Kitakan mau pisah kamar!" Jenny menekuk alisnya tak suka melihat Tomi masuk ke kamarnya begitu saja.
"Gue ntar pindah kalau jatah udah terpenuhi, kalau belum gue masih punya tugas buat pancing lo sampe dapet," balas Tomi asal.
Tomi duduk di sofa ala princess itu sambil bermain ponsel. Dia ingin masuk dengan akun media sosialnya namun tidak bisa. Semuanya sungguh di hapus.
"Yaelah, Lang.. Lo juga harus gue jauhin nih?" kesalnya.
"Ya, karena kalau deket kalian udah kaya gay aja," celetuk Jenny yang tengah menghapus riasan yang sia-sia itu.
"Punya lo lebih gigit, gue ga belok.." balas Tomi masih asal ceplos.
Jenny menggeram kesal. Mulut Tomi memang selalu nyerempet ke hal-hal kotor. Tomi yang ada di dunia lain lebih pintar di banding aslinya yang bodoh tidak pernah serius di mata Jenny.
"Terus lo tahu kabar reuni dari mana?"
Tomi melirik Jenny. "Kan ada undangan dateng, bunda simpen tapi ketahuan sama gue," jawabnya.
"Nah, ini dia.." Tomi beranjak lalu berlari hingga membuat Jenny panik, hendak ikut berlari namun terlanjur di tangkap.
Tomi mendorongnya hingga dia menindih Jenny di atas kasur.
"Lo apa sih!" amuk Jenny.
"Ini yang bikin bunda tahu kita mau kemana? Kebiasaan ya!" Tomi mengarahkan ponselnya agar bisa di lihat Jenny.
Jenny gelagapan. "Namanya juga manusia, minggir sana!" kesalnya sambil menggeliat untuk menyingkirkan tubuh Tomi.
"Julurin lidah lo!"
"Ha? Apa sih! Engga!" teriak Jenny di depan wajah Tomi.
Tomi tidak terganggu, dia sudah terbiasa. "Julurin! Nurut sama suami!" tegasnya.
"Dih! Ck! Engga, buat apa?" kesalnya.
"Julurin dulu!" Tomi membelit Jenny, memeluknya erat sampai tidak bisa bergerak bebas.
"Lepasin dulu!"
"Julurin dulu! Lo mau selamanya kayak gini? Posisi yang nguntungin gue?"
Jenny kian kesal. Dia pun menjulurkan lidahnya. Apa sih yang akan Tomi lakukan dengan lidahnya, dasar aneh.
"Tahan, kalau lo masukin, seterusnya gue akan ngulang dan suruh lo julurin lidah!"
Jenny pun mengangguk dengan terpaksa nan jengkel.
Tomi menjilat lidah Jenny, sontak mata Jenny melotot.
"Jangan di tarik kalau ga mau ngulang!"
Jenny pun memejamkan matanya saking malu dan dag dig dug ser.
Tomi terus menjilatinya, membelitnya dengan lidah, atau menyesapnya.
Jenny merasakan pegal, hendak menariknya namun Tomi tahan dengan menggigitnya lembut.
Jenny merem melek saat lidah Tomi terus mengajaknya bermain. Apalagi saat Tomi menggesekan sesuatu di bawah sana. Begitu keras.
"Gue ga tahan," bisik Tomi lalu mendorong lidah Jenny dengan telunjuknya. Kini telenjuknya bermain di dalam sana.
Jenny meremas pakaian di pinggang Tomi. "Udah," pintanya sambil melepeh pelan telunjuk Tomi.
Tomi berpindah ndusel di bahu dan leher Jenny, menghirup rambutnya yang berantakan di kasur.
Tomi tautkan setiap jemarinya pada jemari Jenny, menahannya di setiap sisi kepalanya.
***
Jenny merayap selama menuju kamar mandi, kakinya lemas dan pusatnya sakit. Dia tidak bisa berjalan normal.
"Kucing ganas!" geram Jenny lalu meringis.
Jenny tidak tahu dia masih perawan. Mungkin karena ingatannya di dunia lain membuat Jenny lupa soal fakta itu.
"Lelet banget, minta tolong makanya," Tomi muncul dengan hanya memakai boxer. Rambutnya yang cukup panjang terlihat acak-acakan.
Jenny menghela nafas kesal.
"Sakit banget?" Tomi memepet, membelit perut Jenny.
Jenny menepis kesal namun Tomi tidak bergeming.
"Gue mau pipis, minggir!"
"Makasih, Jen.." bisik Tomi lalu mengecup pipinya sekilas.
Tomi mengangkat Jenny, menurunkannya di dekat closet.
"Panggil gue kalau lo mau lagi,"
Jenny sontak menatapnya tajam.
"Maksud gue, kalau lo butuh bantuan," Tomi mencolek dagu Jenny lalu keluar tanpa menunggu Jenny ngamuk.
Part spesialnya ada di karyakarsa bagi yang mau ya. Makasih:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Making Love (TAMAT)
Romance#dewasa Apa mungkin terdampar di pulau terkutuk yang mengharuskan mereka menikah dan harus melakukan making love selama 30 hari setiap malamnya yang penuh syarat bisa membuat jatuh cinta? Mereka kan tidak pernah akur? Tomi dan Jenny akan menjawabny...