"Kita ada kuliah pagi, tapi belum tidur jam segini," Tomi mengusap kepala Jenny perlahan membuat Jenny diam dengan nyaman, mengabaikan punggung polosnya tertiup udara di sekitar.
"Tom, kalau gue ga hamil, apa kita harus kayak gini? Tiap malem selalu di ganggu, piring atau gelas pecah, ga nyaman.. Padahal kita udah pindah,"
Tomi terdiam, usapannya pun berhenti. Obrolan mereka mulai serius. Dia pun tidak tahu harus menjawab apa, bahkan sekarang Tomi gelisah. Dia takut terjadi yang lebih buruk pada Jenny.
"Gue akan berusaha, Jen.. Kita udah denger semua perin-" Tomi menoleh ke nakas, ponselnya berdering. "Bentar," Tomi mengukung Jenny untuk bisa menggapai ponselnya.
Jenny terpejam merasakan kulit Tomi menyapa wajahnya sekilas lalu Tomi duduk di samping Jenny yang masih rebahan.
"Siapa?"
"Hm? Si mbah," Tomi mengangkatnya. "Ya, mbah?"
Jenny mendudukan tubuhnya, memepet Tomi penasaran. Suaranya agak tidak jelas membuatnya terus menempel namun keningnya di dorong Tomi untuk menjauh dan mengkodenya untuk diam.
Jenny cemberut dengan menunggu penasaran. Tomi terlihat serius lalu tersenyum sumringah sambil menatapnya.
Jenny mengerjap gugup. Ada apa? Apakah kabar baik?
Kenapa sih dengan reaksi Tomi. Membuatnya penasaran dan semua itu terlihat menyebalkan.
"Apa sih!" bisik Jenny sambil menyelimuti Tomi yang terlalu terbuka.
Tomi mengkode untuk diam. "Oh iya, mbah.. Iya, siap.." responnya setelah sekian lama diam mendengarkan.
Astaga! Jenny penasaran sampai berdebar-debar.
"Terima kasih, mbah! Terima kasih, Tomi tutup ya,"
Jenny bersiap mendengar kabar itu. Menatap Tomi penuh harap.
"Jen,"
"A-apa?"
Tomi meraih wajah Jenny lalu mengecupinya dengan menyebalkan saking banyak dan membuat wajahnya basah.
"Lepas!" jerit Jenny sangat kesal, mana penasaran.
"Sukses, lo hamil sekarang.. Lusa kita pulang, ketemu bunda sama mbah, dia mau kasih lo sama bayi pelindung, tenang aja, sekarang mbah jaga lo dari jauh,"
Jenny masih diam. "Gimana bisa mbah tahu?" balasnya setelah sekian lama diam.
Tomi jadi terdiam. Dia tidak tahu juga. "Coba ntar pagi test," semangatnya. Tomi senang, semua syarat sudah terpenuhi, Jenny akan normal kembali dan penderitaan mereka akan berakhir. Semoga.
PRANG!
Tomi dan Jenny tersentak teramat kaget, dengan cepat Tomi memeluk Jenny dengan gelisah.
"Kata si mbah, mereka ga akan sakitin kita, itu reaksi dari upaya mbah jaga lo, tenang aja,"
Tomi menelan ludah, pandangannya terpaku pada satu titik seperti bayangan. Di sini hanya dia dan Jenny. Lalu...
Tomi terdiam tidak bersuara, dia memilih mebenamkan wajahnya ke bahu Jenny, tetap memeluk dan terus berdo'a.
***
"Tom? Sakit?" Jenny menatap Tomi cemas. Di sini hanya Tomi yang bisa diandalkan, jika sakit Jenny jadi takut.
"Lemes aja, demam bentaran.. Bawa tidur juga sembuh," Tomi terlihat tidak bertenaga di atas kasur.
"Kuliah pagi, ga bisa masuk kayaknya, lo per-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Making Love (TAMAT)
Romance#dewasa Apa mungkin terdampar di pulau terkutuk yang mengharuskan mereka menikah dan harus melakukan making love selama 30 hari setiap malamnya yang penuh syarat bisa membuat jatuh cinta? Mereka kan tidak pernah akur? Tomi dan Jenny akan menjawabny...