Tomi berlari melewati ilalang. Saat terbangun, Jenny sudah tidak ada. Entah kemana Tomi akan berlari.
Semua hanya ilalang, pohon-pohon tinggi tidak ada. Pemukiman tidak ada.
Tomi terus berlari dengan terengah, mengabaikan suara kakek-kakek yang terus mengalun tanpa raga.
"Ubah niatmu, ubah niatmu.. Lakukan dengan benar, dengan ketulusan.."
Tomi menjadi emosi. Kakinya berhenti berlari dan menatap langit yang terbias warna menjadi kuning senja itu.
"GUE UDAH BERUSAHA!"
Tomi terengah hebat. Dia tidak tahu harus kemana lagi mencari Jenny. Dia tidak tahu ada di mana.
"JEEEENN!" Tomi menatap ke sekeliling dengan panik.
"Sadarlah, nak.."
Tomi kembali mendengar suara itu.
"Gali ingatanmu, cepatlah kembali.."
Tomi meremas rambutnya frustasi. Dia menjerit sekuat tenaga dan semua gelap. Setelahnya Tomi bangun dengan cepat.
Ternyata semua mimpi?
Tomi terbatuk-batuk, nafasnya sesak dan juga terasa seperti benar-benar berlari.
"Ada apa?"
Tomi menoleh ke belakang, di sana Jenny terlihat baru bangun tidur. Masih di bawah selimut seperti semalam.
Benar-benar mimpi.
"Lo mimpi buruk? Ck! Masih malem juga!" sebal Jenny lalu memunggungi Tomi yang terdiam.
Rasanya begitu nyata. Tomi jadi terus mengingat apa yang dia dengar dalam mimpi.
"Jen,"
"Apa?!" sewotnya. Dia masih lelah dan ngantuk.
"Kita di sini udah berapa hari?"
Jenny membuka mata lalu berpikir dan berhitung. "Sekitar 2 minggu kurang sehari," jawabnya.
"Ha?! Secepet itu?!" beo Tomi kaget. Dia pikir baru 3 hari atau seminggu.
Tomi menyugar rambutnya frustasi. Semua yang ada di sini terasa aneh. Suara di dalam mimpinya juga. Tomi merasa seperti sedang melewatkan sesuatu. Tapi apa itu.
"Lo masih mau lama gitu?!" Jenny semakin sewot, pipi berisinya mengembung kesal.
"Ck!" Tomi melirik sebal. Bukan soal itu! "Ada yang aneh,"
"Lo emang selalu aneh!" balas Jenny ketus.
Tomi menatap Jenny dengan malas. Sudahlah, besok saja dia bahas. Dia butuh tidur agar selalu sehat dan bisa menjalankan misi yang menguras tenaga.
***
Jenny membuka matanya saat merasa geli di perutnya. Seperti ada angin menggelitiknya. Dia buka selimut itu.
Jenny melotot samar. Tomi tengah terlelap damai di depan perutnya. Ternyata tidur Jenny yang acak-acakan.
Jenny melepas belitan Tomi, dia ingin segera mandi dan membersihkan diri. Semoga hari ini tidak harus berendam.
Tomi akan minta tambahan jika iya.
"Tom, kita harus bersih-bersih.." Jenny menepuk pipi Tomi hingga terjaga.
"Oke." Tomi beranjak, memakai jubah tidurnya lalu membuka pintu belakang rumah kayu itu. Di sana ada kamar mandi yang lumayan bersih walau hanya berbahan kayu.
"Airnya udah penuh," Tomi memeriksa kubangan di dalam bak yang hanya di semen berbentuk kotak itu.
Tomi meraih gayung dari bekas kelapa itu. "Tinggal bersih-bersih, pake sabun aja keramasnya," tunjuknya pada sebatang sabun mandi.
Jenny mengangguk pasrah. Di sini desa yang jauh dari kota. Ada sabun saja sudah untung bagi Jenny.
"Jangan lama, dingin." Tomi mempuk-puk kepala Jenny. "Gue males peluk lo," candanya.
"Siapa juga yang mau di peluk!" dumelnya lalu mengamati air dan kebutuhannya. "Awas kalau masuk ke dalem rumah, tungguin dulu!" perintahnya.
Tomi mengangguk, dia duduk di kursi kayu pendek yang menjadi tempat dia menunggu Jenny mandi.
Tomi melirik sesekali ke tempat Jenny berada. Jenny terlihat berjongkok malu jika mandi sambil berdiri.
Tomi harus berbincang dengan Ulio. Dia akan mencari kayu, daun atau apapun untuk menutup kamar mandi sangat sederhana itu.
"JANGAN LIAT!" galak Jenny.
"Ck! Udah sering pegang juga! Gue udah tahu rasanya malah!" gumam Tomi yang tidak bisa di dengar Jenny.
Tomi kembali melamun. Dia mencoba mengingat suara yang dia dengar di dalam mimpinya.
Ada kata cinta yang dibawa-bawa. Apa dia harus mulai mencintai Jenny? Apa jika berbicara soal itu, Jenny akan mau?
"Lo bintitan ya! Dibilang jangan liat!"
Tomi mengerjap, bahkan dia baru sadar ternyata sedang memandang Jenny yang masih membersihkan diri.
"Lo cepetan makanya! Jangan abisin airnya!" Tomi jadi membalas galak.
Jenny melirik judes.
Keduanya terlihat seperti Tom and Jerry yang biasanya.
"Gue mau pulang! Lama banget, mau perawatan rambut, kulit," keluh Jenny yang tengah memakai handuk yang begitu lusuh. Membuatnya semakin sedih.
"Ambil hikmahnya aja, lo akan bisa bersyukur saat pulang nanti, anak manja kayak lo emang harus belajar hidup sederhana di desa gini," cerocos Tomi sambil melewati Jenny. Dia akan mandi.
Jenny duduk di tempat Tomi duduk sebelumnya.
Tomi mulai mandi dengan cepat. Jenny melihat itu menggeleng samar. Emang dasar laki-laki.
Tomi memakai sabun, membasuh miliknya yang keras selama melihat Jenny. Dia mencoba abai saja.
Jenny tanpa sadar menatap apa yang setiap Tomi lakukan.
Tomi yang sadar pun menoleh dan tersenyum usil. "Lo juga liat-liat, ga kedip gitu." tuduhnya.
Padahal Jenny juga sedang melamun sambil menikmati matahari pagi yang mulai hangat.
"APA?! Geer banget!" Jenny memalingkan wajahnya yang memerah.
"Sini aja, gabung kalau mau mandi lagi,"
"Ga makasih, dasar nyebelin mesum!" dumel Jenny salah tingkah malu.
Tomi tersenyum tipis lalu kembali fokus dan mulai berpikir. Dia harus kembali mengelilingi desa. Siapa tahu ada petunjuk.
Tomi merasa aneh. Dia seperti terperangkap disatu cangkang bukan berada di dunia yang dia pijak.
Mengingat waktu begitu cepat berlalu bagai kedipan mata.
"Gue ga mesum," Tomi memilih membalas gumaman Jenny yang samar dia dengar. "Tapi, ntar malem gue mau lo nungging ya," kekehnya jahil.
Jenny jelas menekuk wajahnya dan memilih masuk lebih dulu untuk berpakaian. Dia jika menunggu Tomi dan memakai pakaian bersama takut di serang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Making Love (TAMAT)
Romance#dewasa Apa mungkin terdampar di pulau terkutuk yang mengharuskan mereka menikah dan harus melakukan making love selama 30 hari setiap malamnya yang penuh syarat bisa membuat jatuh cinta? Mereka kan tidak pernah akur? Tomi dan Jenny akan menjawabny...