"Ini kampus baru gue," Tomi mematikan mesin motornya lalu melepas helm dan Jenny pun melepas helmnya barulah turun dari motor diikuti Tomi.
Jenny membiarkan helmnya diambil Tomi, pandangannya meliar ke sekeliling kampus yang tidak terlalu besar dan ternama.
"Gue juga di sini?"
Tomi mengangguk lalu merangkul Jenny ala bestie. "Iyalah, kita ga boleh pisah inget kata bunda!" dijawil hidung Jenny sekilas.
Jenny menyingkirkan rangkulannya. "Jurusan—"
"Kata bunda, ga mesti sama.. Lo lulus aja udah seneng kita,"
Jenny mendelik kesal. Mentang-mentang dia sudah menikah begitu? Mentang-mentang ada stereotipe kalau wanita itu akan berakhir di dapur begitu?
"Biasa aja natap suaminya! Ga sopan!" Tomi menjitak Jenny lalu merangkulnya sambil mengajaknya berjalan, membuat Jenny seperti terseret.
Jenny dengan kesal menyingkirkannya.
"Galak amat jadi istri," Tomi menoleh pada satu ruangan. "Kita ke sana," lalu meraih jemari Jenny, kali ini menuntunnya dengan benar.
Jenny pun adem ayem sambil menatap sekeliling yang cukup ramai orang-orang yang berkuliah di sana.
"Tom, tapi kita beda jurusankan?"
"Engga, sama biar sekelas, lulus bareng,"
"Astaga! Emang harus sekembar itu? Bunda ck! Sebel!" dumel Jenny dengan wajah kian ditekuk.
***
"Nih, air dari mbah dukun,"
Tomi dan Jenny sudah kembali setelah mengurus ini itu di kampus.
"Ha? Gila lo.." Jenny membuka dan meminumnya. Baginya itu hanya air putih biasa.
Tomi tidak merespon, orang minuman itu memang sudah diberi do'a. "Katanya, orang yang mau jahatin kita itu masih belum puas," jelasnya.
Jenny menghembuskan nafas panjang. "Apa sih, pake hal begituan.. Pengecut!" dumel Jenny kesal. Masalahnya dia tidak percaya tapi mengalaminya.
"Minum yang bener," Tomi juga meminum satu botol lain yang sama, sudah diberi jampi-jampi yang entah apa.
Dia hanya bisa percaya saja pada Tuhan, bunda dan mbah itu. Toh masih tentang keselamatan Jenny.
Tomi menjadi penasaran. Kenapa si pelaku mengincar Jenny, apa motifnya. Perasaan musuh Jenny selama inikan hanya dia seorang.
"Tom, gue punya musuh ga sih?" Alis Jenny bertaut serius.
Tomi malah terkekeh menyebalkan. "Kok kita sehati sih, gue lagi mikirin itu, apa kita ini kembar? Oh atau jodoh?" godanya antusias.
"Makan tu jodoh!" Jenny menjejalkan roti bekas makannya ke mulut Tomi.
Tomi tidak membuangnya, dia malah mengunyahnya hingga habis sambil menatap kepergian Jenny.
"Dia kok makin cakep ya?" gumam Tomi dengan masih mengunyah.
***
PRANG!
Tomi dengan segera terjaga. Jenny pun sama kagetnya. Padahal keduanya tengah tidur terlelap dan waktu pun sudah tengah malam.
"Apaan tuh? Tikus? Ga mungkin, kucing apalagi," gumam Jenny yang masih bisa Tomi dengar.
"Lo tunggu di sini," Tomi turun dari kasur sambil membenarkan boxernya yang miring.
"Engga mau!" Jenny segera loncat dan mepet di punggung Tomi yang lumayan kekar tanpa tertutup apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Making Love (TAMAT)
Romance#dewasa Apa mungkin terdampar di pulau terkutuk yang mengharuskan mereka menikah dan harus melakukan making love selama 30 hari setiap malamnya yang penuh syarat bisa membuat jatuh cinta? Mereka kan tidak pernah akur? Tomi dan Jenny akan menjawabny...