3. Berc*nta Dan Berendam

180K 2.2K 16
                                    

Jenny terengah lemas, dia menyesal tidak mendengarkan ucapan Tomi yang menyuruhnya mengisi perut dulu.

"Gigit, cepet." Tomi mendekatkan apel bekas gigitan Jenny ke bibirnya yang terbuka dan terengah itu.

Jenny menggigitnya, mengunyahnya pelan dan Tomi ikut menggigitnya tanpa jijik. Misinya belum selesai, mereka masih harus melakukan yang kedua.

Keduanya terus mengunyah sambil saling menatap. Tomi mendekatkan lagi apel ke bibir Jenny dan Jenny menggigitnya.

Terus saja begitu hingga habis.

Jenny masih menatap Tomi yang berada di atasnya. Mereka masih saling mengisi dan bersitatap. Keduanya pun masih mengunyah gigitan terakhir.

"Apa, cantik?" Tomi mencoba memecah keheningan dengan candaan.

Jenny berpaling.

"Kita mulai lagi," Tomi memeluk Jenny agar wanita itu tidak malu karena tubuh polosnya terpampang.

Perlahan Jenny terpejam saat bibir Tomi bergerak dari leher hingga ke sebelah dadanya. Terus bermain sebentar di sana.

Jenny meremas punggung Tomi. Kaki Jenny gelisah bergesekan.

"To-Tom.." Jenny menahan wajah Tomi agar berhenti.

Keduanya saling menatap dan terengah. Tomi kembali pada bibir Jenny dan mulai bergerak perlahan.

***

Jenny menatap punggung Tomi. Keduanya sudah selesai. Jenny hanya bisa rebahan hingga pagi dan Tomi seperti biasa duduk termenung setelah semuanya selesai.

"Lo ga tidur?" Jenny memecahkan keheningan.

Tomi menoleh, dia pikir Jenny sudah tertidur seperti biasanya. "Kenapa? Lo mau gue temenin?" godanya mencoba mencairkan suasana yang canggung.

"Ck! Pergi sana!" usirnya galak nan ketus. Padahal Jenny sedang serius.

"Sayangnya ga bisa, kita baru bisa keluar pagi," Tomi masuk ke dalam kain yang menyelimuti Jenny lalu rebahan dengan posisi menyamping ke arah Jenny.

Jenny mendelik galak.

"Lo maafin guekan, Jen?" Tomi masih menatap sisi wajah Jenny.

Jenny menghembuskan nafas berat. "Kita berjuang di sini, lo berusaha nyelametin gue, ga usah dibahas.." sewotnya.

Hening cukup lama.

"Jadi, lo istri gue nih sekarang?" Tomi mencolek bahu Jenny.

Jenny melirik tajam. Tomi terlihat usil untuk yang pertama kalinya semenjak kejadian terdampar.

Jenny memunggungi Tomi, berusaha membelitkan selimut di tubuhnya. Tak hanya berjuang soal kutukan, cuaca pun dia harus berjuang.

"Dingin?" Tomi membantu membelitkan selimut, dia tidak apa kedinginan. Sudah berhari-hari mencoba biasa. Pagi akan cerah dan hangat, semua dingin akan berganti.

Jenny terdiam bingung. Apa dia akan terus-terusan egois? Gengsi?

"Lo ju-juga masuk," cicit Jenny agak ketus gengsi.

"Kemana?" Tomi menopang kepalanya untuk mengintip wajah Jenny.

"Ya lo pikir aja! Lo pasti dingin! Ga masalah kita satu selimut!" ketus Jenny kepalang jengkel plus malu.

"Ck! Woles kali, santai.. Gitu banget nadanya," Tomi masuk ke dalam selimut agak was-was dag dig dug.

Keduanya akan sangat berdempetan. Tomi takut dia bangun lagi. Padahal misinya sudah selesai.

Jenny agak melotot samar saat merasakan sesuatu yang mengganjal itu. Dia tidak bodoh, dia juga beberapa hari ini merasakannya.

"Rileks," bisik Tomi sambil menyentuh bahu Jenny.

"Ck! Apa sih!" Jenny menepisnya membuat Tomi memilih membelit perut Jenny.

Ternyata tidur begitu lebih hangat.

"Sstt.. Jangan berontak, kita perlu tidur," potong Tomi sebelum Jenny menolak tindakannya.

***

Tomi terlihat akan membuka mata saat pintu berbahan kayu itu di ketuk. Samar dia mendengar suara bundanya. Itu tidak mungkin.

Tomi pun tersentak bangun membuka matanya.

"Jen, bangun.." Tomi mengguncang bahu Jenny lalu menyelimutinya.

Tomi turun, meraih celana dan jubah tidurnya yang lusuh pemberian dari para tetua di desa ini.

Jenny pun bangun dengan cepat, dia meraih pakaian tidurnya yang sepertinya sepasang dengan Tomi karena mirip.

Tomi memastikan Jenny terlebih dahulu lalu baru membuka pintunya.

"Selamat pagi," Ulio tersenyum dengan membawa beberapa buah-buahan di keranjang kayu itu.

"Pagi, pak yul.." Tomi tersenyum tipis. Dia ikut memanggil Ulio seperti yang lain.

"Kami sudah menyiapkan pemandian hangat untuk kalian berdua,"

Tomi menoleh sekilas saat Jenny mendekat dan berdiri di belakangnya.

"Tanang saja, mba Jen.. Semua tempat tertutup," jelas Agus di belakang Ulio.

Jenny tersenyum tipis nan canggung. Mereka masih beberapa hari di desa ini. Jelas saja masih merasa asing aneh dan tidak bisa dijelaskan lagi.

"Baik, terima kasih, pak.." sopan Tomi seraya meraih jemari Jenny untuk membawanya ke sana.

Jenny dan Tomi terus mengekor. Jenny terlihat tidak nyaman, dia dan Tomi selalu terlihat seperti tontonan bagi warga di sini.

Semua orang terlihat tertarik padanya dan Tomi. Menganggap dia dan Tomi sebagai penolong mereka.

***

"Kalau ga dibuka, lo basah saat keluar nanti.." Tomi melepaskan seluruh pakaian begitu saja. Air di dalam lubang yang di semen rapih itu terlihat menggiurkan dan pasti hangat.

Tomi butuh merilekskan tubuhnya yang selalu berjuang setiap malam.

30 hari tidak akan lama.

"Gue.." Jenny mengedarkan pandangannya kesetiap juru yang dikelilingi kayu. Tidak ada celah untuk mengintip sesuai dengan perkataan pak Agus sebagai orang terdekat dan kepercayaan Ulio di sini.

"Kita butuh ini," Tomi mendesah lega nan nikmat saat tubuhnya hingga sebatas leher direndam air hangat. "ini healing.." ujarnya terpejam nikmat.

Jenny terlihat tertarik plus malu. Dia tidak melihat Tomi yang sepercaya diri itu. Haruskah dia turun?

"Sini, Jen.." Tomi menatap Jenny yang wajahnya merah. "Lo bukan gadis lagi, ga usah malu gitu.." canda Tomi.

Jenny menekuk wajahnya marah. Kenapa Tomi harus menyinggung itu sih! Membuatnya sedih saja. Dasar cowok! Ga ngerti!

"Sorry," Tomi berujar agak panik. Dia baru sadar dengan ucapannya. "Gue cuma mau lo rileks.. Ini bikin badan enak," jelasnya cepat.

Jenny pun menurutinya. "Lo hadap sana!" ketusnya.

Tomi pun segera memunggungi Jenny. Tanpa melihat pun Tomi sudah bisa membayangkan. Dia sudah berkali-kali menyentuh Jenny.

Tomi tidak menyangka takdirnya akan begini dengan Jenny.

Apa orang rumah mencari dia dan Jenny? Pasti, bahkan berita dia dan teman-temannya hilang mungkin sudah ramai.

Kutukan Cinta; Making Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang