"Hai,"
Jenny menoleh ke samping. Matanya melotot sesaat lalu tersenyum.
"Gimana ponakan gue? Sehat-sehatkan?" Lina tersenyum hangat, menatap matahari tenggelam dengan suara deru ombak yang menghantam karang menemani.
Jenny kembali menatap laut lepas di depannya. "Dia sehat," suaranya bergetar menahan tangis. Dia sadar, semua ini mimpi. Mungkin Lina ingin bertemu dengannya.
Jenny berharap tidak akan bangun dulu.
"Kapan-kapan boleh gue ketemu?"
Jenny mengangguk saja lalu menyeka air matanya secepat mungkin.
"Lo gimana kabarnya, Lin?"
"Baik, hidup di desa ini ga buruk. Gue nunggu dijemput waktunya aja.. Karena gue pergi belum waktunya, makanya gue di sini dulu," senyumnya kembali terbit.
Anehnya Jenny juga sadar dan tahu. Lina meninggal karena adanya keterlibatan Gilang juga. Ilmu hitam yang membuatnya terjerat di sini.
"Gue bahagia.." Lina merebahkan tubuhnya di pasir itu. "Liat lo sama Tomi bahagia.. Rasanya apa yang gue lakuin ga sia-sia.." lanjutnya.
Jenny menyeka lagi air matanya yang jatuh. Dia menatap sekeliling. Dia tengah berada di desa kutukan?
Mimpi yang terasa begitu nyata.
"Gue mau berterima kasih," lirih Jenny lalu menatap Lina tanpa bisa membendung air matanya.
Lina tersenyum, wajahnya begitu cantik terbias senja. Lina terlihat lebih bahagia.
"Gue juga mau pamit yang bener." Lina mendudukan lagi tubuhnya hingga berhadapan dengan Jenny.
"Yang terjadi di tempat camp," Jenny terisak pelan.
"Lo mau inget?" tanya Lina.
Jenny mengangguk. Dia ingin tahu yang sebenarnya. Apakah ingatannya sudah benar atau tidak.
Lina mengangsurkan sebuah gembok dan kunci. "Lo buka sendiri aja saat pulang dari sini," balasnya.
"Lo- lo ga pulang?"
"Engga, di sini rumah gue.." Lina kembali tersenyum.
Jenny semakin terisak. "Makasih dan maaf, Lin.." dadanya terasa sesak.
Lina memeluk Jenny. Mengusap punggungnya yang bergetar.
"Gue juga maaf, jadi trauma buat lo.. Gue bener-bener bahagia liat kalian bahagia. Jadi janji sama gue. Apa yang terjadi dulu, jangan jadi penghalang lo buat bahagia. Gue seneng punya sahabat kayak lo, gue akan jadi sahabat lo selamanya, gue akan berdo'a demi bahagia lo, lo baik sama gue selama ini. Gue ga nyesel tentang semuanya.."
Jenny terisak tergugu, memeluk Lina kian erat. Apakah ini pertemuan terakhirnya?
"Lin, lo mau pergi?" tanyanya bergetar lirih.
"Gue masih terkunci di sini, belum saatnya pergi. Kenapa? Lo mau ketemu gue lagi?" kekehnya.
Lina mengurai pelukan, menyeka air mata Jenny.
"Jangan sering ketemu ya, bahaya buat lo. Gue akan sering liat lo dari sini, jaga kalian dari sini. "
Jenny semakin terisak. "Gue juga bahagia punya sahabat kayak lo, Lin." suaranya semakin bergetar lirih.
"Gue tahu." Lina tersenyum menenangkan.
"Jaga Aiko sama Tomi ya, Jen.. Udah jangan sedih, kita main yuk, senja bentar lagi tenggelam, lo akan pulang saat itu.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Making Love (TAMAT)
Romance#dewasa Apa mungkin terdampar di pulau terkutuk yang mengharuskan mereka menikah dan harus melakukan making love selama 30 hari setiap malamnya yang penuh syarat bisa membuat jatuh cinta? Mereka kan tidak pernah akur? Tomi dan Jenny akan menjawabny...