"Wahh.. Selamat ya," Masayu memeluk Jenny dengan senang.
"Selamat ya, Jen.." Bunga melempar senyum tenang. "Nih," sebuket bunga indah Bunga berikan.
Jenny terhenyak sejenak. Dia jadi ingat anak kecil yang ada di desa kutukan. Namanya pun sama Bunga.
"Kenapa? Ga asing ya?" kekeh Bunga yang membuat Jenny tersenyum canggung.
Jenny menerimanya.
"Makasih ya," Jenny memilih tidak membahas soal anak kecil itu. Tidak mungkinkan itu Bunga yang kini menjadi temannya.
Dunia sungguh banyak misteri.
Jenny pun menghampiri Tomi yang sudah menunggu di motor.
"Tom, telepon siapa?"
Tomi melirik sekilas. "Iya, Lang.. Ntar gue kirim alamatnya ya, gue tutup.." pamitnya lalu mematikan sambungan.
"Gilang.."
Jenny terdiam ragu. "Apa serius kita komunikasi sama temen yang dulu? Mbah juga belum tahu siapa yang mau pisahin kita, Tom.." ujarnya.
"Cie, ga mau pisah sama gue," Tomi mencolek dagu Jenny usil.
Jenny tetap menatap datar. Tomi pun berhenti becanda. Dia raih jemari Jenny. "Jadi jangan dulu kasih alamat kita?" tanya Tomi mulai serius.
Jenny mengangguk. "Gue takut, gue lagi hamil juga, mungkin kalau lahir boleh, kata mbah perjuangan kita berakhir, bener-bener berakhir," jawabnya.
Tomi mengangguk, dia pasangkan helm di kepala Jenny, mengaitkan talinya.
"Naik, hati-hati.."
Jenny pun naik, memeluk Tomi dan motor pun meninggalkan kampus.
"Mau jalan-jalan ga?"
Jenny terdiam sejenak. "Mau tidur, males jalan," jawabnya agak sedikit berteriak.
***
Tomi asyik scroll Instagram, tiarap santai dengan Jenny rebahan menyamping melihat apa yang sedang Tomi lihat.
"Cewek cantik yang lewat," sindir Jenny.
Tomi mengulum senyum. "Cemburu?" dicolek hidung Jenny.
"Ck! Apa sih," Jenny mencubit pipi Tomi dengan kesal.
"Mereka lewat sendiri,"
"Gue ga bodoh! Lo follow mereka!" omel Jenny seraya menjambak sekilas rambut Tomi.
Tomi tertawa pelan.
"Gue unfollow deh, ini kan akun lama gue, sebelum gue punya bini yang cemburuan,"
"Gue engga ya!" Jenny menendang pelan paha Tomi.
"Ga papa," Tomi mendekat, memeluk perut Jenny. "Seneng gue kalau lo cemburu, posesif.. Kitakan lagi berusaha jatuh cinta, ga ada salahnya sama suami," lanjutnya.
Jenny mendengus lalu terpejam saat Tomi mendekat dan mengecup bibirnya sekilas.
"Nih, gue unfollow ya.."
Jenny mengangguk pelan. Tomi tersenyum, mengecup pipi Jenny yang so malu lalu mulai mengunfollow semua perempuan yang dia kenal sebelum mereka menikah.
"Kok gue di unfollow juga?" protes Jenny.
"Ha? Masa sih," Tomi mencari akun Jenny. "Oh lupa, udah di follow lagi," lalu dikecup bibir Jenny sekilas.
"Lo suka banget cium!"
"Sukalah, siapa sangka lulus SMA gue bisa punya pacar halal, gue sentuh bebas ga jadi masalah," kekeh Tomi sambil mengecupi wajah Jenny.
Jenny kembali kesal, dia menyesal menyinggung itu.
"Mau mimi mamah," Tomi ndusel usil.
"Ih!" Jenny menahan kepala Tomi agar berhenti namun anehnya dia tidak terlalu menolak, membiarkan pakaiannya di naikan Tomi.
"Gue cuma bisa mainin mereka, masih harus libur," keluh Tomi yang asyik di bulatan dalam bra yang dia turunkan.
Jenny menggigit bibir saat Tomi benar-benar mimi seperti yang dia ucapkan. Apakah dia akan memiliki dua bayi kelak.
Jenny menggeliat kegelian, keenakan.
Tomi terus memijat, meremas dan mengulumnya. Terpejam menikmati hiburannya.
Jenny mendesah halus, nafasnya memberat terengah. Tubuhnya tersentak samar saat lidah itu bermain, memutar dan menekannya.
"Oh astaga.."
Tomi tersenyum di sela-sela kulumannya. Jenny menikmatinya, menggeliat dengan menggemaskan.
Oh astaga.. Dia memiliki istri yang dulunya tidak pernah akur. Sungguh rasanya nano-nano, mana Jenny cantik, tubuhnya bagus.. Sungguh beruntung.
Jenny kian membusung, meremas dan menyisir rambut Tomi.
Tomi menyudahinya lalu berpindah bermain di bibir Jenny, membelai bibir bawah dan atasnya sampai bengkak dan basah lalu membelit lidahnya.
Jenny membalas, memeluk tengkuk Tomi. Mengusapnya, membelai punggungnya. Entah kenapa Jenny menginginkan Tomi.
Sungguh menginginkannya untuk lebih jauh lagi.
"Woah, santai, yang.." kekeh Tomi setelah melepas ciumannya.
Jenny terlihat menggebu sampai Tomi hampir kewalahan. Ada apa dengan Jennynya?
Jenny mengerjap malu. Dia tidak terkendali. Karena terlanjur malu, Jenny meraih tengkuk Tomi, menciumnya lagi membuat Tomi mengulum senyum dalam ciuman yang menuntut itu.
"Kita ga bisa, harus libur dulu," bisik Tomi dengan agak terengah.
Jenny kembali menyatukan bibirnya dengan bibir Tomi. Entah sejak kapan ciuman bersama Tomi seenak itu. Ingin lagi dan lagi.
***
"Lang, berhenti sakitin cewek yang lo cintai! Cinta lo ga sehat,"
"Gue tahu."
"Ya kalau lo tahu berhenti! Lo udah terlalu gila, ilmu hitam itu bisa balik ke diri sendiri,"
"Gue ga peduli!"
"Gue peduli sama lo!"
"Gue ga akan rela Jenny jatuh ke tangan orang lain! Gue ga bisa! Kenapa yang gue cintai selalu pergi dari gue? Apa gue ga berhak dicintai?"
"Lo dibutain cinta!"
"Gue ga peduli! Lebih baik lo pergi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Making Love (TAMAT)
Romansa#dewasa Apa mungkin terdampar di pulau terkutuk yang mengharuskan mereka menikah dan harus melakukan making love selama 30 hari setiap malamnya yang penuh syarat bisa membuat jatuh cinta? Mereka kan tidak pernah akur? Tomi dan Jenny akan menjawabny...