"Bener ga ada gangguan lagi, biasanya ada piring atau gelas jadi korban.." Jenny meraih tissue untuk melap tangannya yang baru dia cuci.
Tomi membersihkan burungnya.
"Jadi, kutukan itu ada ya.. Ilmu hitam itu ada ya, serem banget,"
Tomi memakai celana lalu membasuh tangannya, melirik Jenny yang asyik mengusap tangannya dengan tissue sambil melamun. .
"Masih banyak misteri di dunia ini," Tomi mengecup kilat pipi Jenny lalu meninggalkannya begitu saja.
Jenny membuang tissue itu ke tong sampah lalu masuk ke kamar dan rebahan lagi di kasur sambil bermain ponsel.
"Lo curiga sama seseorang ga?"
Tomi menoleh sekilas. "Ga ada, gue ga tahu akan ada orang yang suka sama lo," jawabnya jujur.
Jenny menangkapnya lain. "Lo juga suka tuh sama gue sekarang! Gue cakep kali, kenapa emangnya kalau ada yang suka? Gue banyak ya yang suka," sewotnya.
Tomi tertawa mendengarnya. "Gue salah ngomong kayaknya," lalu mendekat, mengecupi lengan Jenny walau si empunya menepis galak.
"Baperan banget sih, lo.."
"Apa? Cari ribut ya! Mentang-mentang udah gue kulum terus ngecrot!"
Tomi mencubit bibir itu cepat. "Bahasa lo gitu banget, dasar!" kekehnya.
"Emang iya! Lo nyebelin!" rajuknya.
"Mau gue bikin kejang-kejang ga pake mulut?" godanya sebagai bentuk bujukan, siapa tahu berhasil dan dia pun mendapat untung.
Jenny pura-pura menimang lalu melebarkan kakinya. "Boleh, yang enak ya," lalu mengedip usil so seksi.
Tomi menampar manja paha Jenny lalu bergerak mengukungnya. Tomi mulai bermain di bibir Jenny, menghisap dan menggigit kecil bibir bawahnya.
Tomi melepaskan bawahan, mengangkat atasan tanpa melepasnya. Jenny hanya menatap menanti bagaimana Tomi membuatnya mendesahkan namanya.
"Kita jadi nakal ya, Tom.." kekeh Jenny.
***
"Kalau nanti cuti gimana? Gue sendiri di sini?" tanya Jenny sambil membuka paket persiapan honeymoon di rumah yang baru datang dua.
"Mau ajak adik, atau—"
"Engga mau, malu.. Nanti aja kalau udah sering ketemu bareng lo baru mau,"
"Sejak kapan lo jadi maluan sih," Tomi meraih wajah Jenny, mengecupi bibirnya lalu berakhir melumatnya.
Jenny hanya pasrah menerima, membalas lalu keduanya berhenti dengan sama terengah.
"Lanjut buka,"
"Buka lo?"
"Ini!" sewot Jenny sambil menunjuk paket itu.
Tomi terkekeh, dia tidak membantu, malah memepet, memeluk Jenny dari belakang. Sesekali dia hanya membantu sedikit selebihnya mengecupi leher Jenny.
***
"Jelek! Tendanya kurang tegak," keluh Jenny begitu bawel.
"Punya gue yang tegak, tenda ga masalah.." balasnya santai. "Jangan berisik deh,"
"Ck! Yang bener dong, biar bagus di kamera,"
"Iya, sayang.. Sabar ya, diem ya biar bisa fokus," balas Tomi selembut mungkin, pasti Jenny akan diam.
"Yang bener," rengek Jenny manja, pasti Tomi juga akan luluh. "Ntar waktu goyang roboh gimana,"
Tomi langsung tersenyum tidak kesal lagi. "Iya, ini di benerin lagi," luluhnya tidak menyebalkan.
Jenny mengulum senyum, sungguh geli dengan semua yang terjadi padanya dan Tomi.
Jenny pun memilih mulai merapihkan beberapa Dedaunan palsu, menimang bagusnya di simpan di mana saja.
Jenny ingin rasanya benar-benar seperti di hutan yang hangat.
"Pake suara khas hutan di speaker ya, biar makin kerasa mirip," celetuk Jenny.
"Hm, atur aja, gue sih lebih suka denger desahan lo aja," jawab Tomi acuh tak acuh, dia terus membenarkan tenda.
"Ck! Kucing mesum,"
Tomi mendekati Jenny dengan berkeringat, memasang tenda ternyata tidak semudah bayangannya.
"Cas dulu, mulai lemes nih," Tomi memanyunkan bibirnya.
Jenny mendelik sebal namun tetap menciumnya bahkan pasrah saja saat di rebahkan di karpet bulu.
Sepertinya Tomi ingin ngecas yang lebih dari ciuman.
"Cuma ngecas doang," Tomi terlalu keras, dia bergairah jika Jenny sudah mengomel dan galak.
Benar saja, Tomi melakukannya secepat mungkin sampai rasanya Jenny melayang dan menggila. Terlalu cepat kucing itu memburu kepuasan.
Tomi merebahkan tubuhnya di samping Jenny. "Ha ~ istirahat dulu hias tendanya, masih banyak barang yang belum dateng," ujar Tomi dengan nafas sedikit terengah.
"Udah ngecasnya?" Jenny akan membersihkan diri agar bisa kembali membantu.
"Sekali lagi, emang boleh?"
***
"Paket," dengan usil Tomi meniru kang paket.
Jenny berjalan santai ke pintu depan, perasaan semua paket sudah sampai. Rumahnya bahkan hampir mirip hutan sekarang.
"Pak—Yu!" lanjut Jenny saat sadar dia tertipu.
Tomi tertawa renyah lalu masuk membawa sekotak makanan yang diinginkan Jenny.
"Abis ini ngecas lagi ya sekali," bujuk Tomi seraya menyimpan semua apa yang dia bawa.
"Ngecas mulu!" protes Jenny sambil membantu membuka setiap bungkusnya.
"Lo yang bilangkan, hari ini juga masa subur lo, jangan lewatin kesempatan, stamina gue juga lagi oke,"
Jenny mengabaikannya. Dia sungguh kelaparan setelah menghias rumahnya bersama Tomi dan juga Tomi begitu lama membeli makanannya.
"Enak ga?"
Jenny mengangguk. "Udah beres semuanya, kapan kita honeymoon?" tanyanya.
"Ntar kalau orang tua udah di kasih tahu, ntar ga asyik kalau kita lagi berkuda mereka dateng,"
Jenny mendelik mendengar ucapannya. "Bener sih, jangan sampe nanggung.." balasnya.
"Makan yang banyak," Tomi tersenyum begitu manis.
"Keliatan ada maunya! Awas ya kalau gayanya aneh-aneh!"
"Ekhem.. Ada satu paket lagi ntar dateng,"
"Paket?" alis Jenny bertaut curiga. "Paket apa?" tanyanya.
"Ada deh,, pokonya enak.." Tomi mengulum senyum terlihat senang.
Jenny jadi penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Making Love (TAMAT)
Romansa#dewasa Apa mungkin terdampar di pulau terkutuk yang mengharuskan mereka menikah dan harus melakukan making love selama 30 hari setiap malamnya yang penuh syarat bisa membuat jatuh cinta? Mereka kan tidak pernah akur? Tomi dan Jenny akan menjawabny...