26. Paket Berdebar Dan Segelas Susu

38.8K 1.2K 10
                                    

"Paket datangggg!" seru Tomi dengan begitu bahagia.

Jenny jadi berdebar tak karuan di duduknya, dia simpan remot televisi itu asal lalu menghampiri Tomi.

Tomi menurunkan kardus cukup besar itu. Senyumnya terlalu mencurigakan membuat Jenny menekuk alisnya penasaran.

"Eitss tunggu dulu," Tomi berdehem dengan mengulum senyum menyebalkan.

"Apa lagi? Penasaran nih gue!" kesal Jenny.

"Kita bikin janji dulu,"

"Ogah! Mau tahu dulu,"

"Ga bisa! Janji dulu!"

Jenny yang penasaran semakin menatap Tomi kesal. "Janji apa?" balasnya ketus.

"Sebelum itu, senyum dulu dong," Tomi mencolek dagu Jenny yang menatapnya semakin kesal. "Oke-oke, pokoknya janji ya harus coba!" tegasnya.

"Oke, janji!" balas Jenny agar cepat.

"Asyik! Gue catet!" serunya lalu membuka kardus itu dengan senang.

"Ini buat honeymoon?" tanya Jenny dengan tidak sabar melihat isinya. Dia pun membantu membuka lakban itu.

"Iya," Tomi mesem-mesem yang membuat Jenny curiga.

Bukankah lingerie sudah ada.

"Kok gue ga enak hati ya?"

Tomi tertawa geli. "Pokoknya enak," kekehnya.

Jenny semakin curiga plus berdebar. Kenapa pelindungnya banyak sih!

"Isinya berapa?"

"Banyak,"

Jenny menautkan alis berpikir. Apa lampu hias? Sudah selesai semua perintilan. Dia tinggal menunggu hari minggu.

Sesuai kesepakatan. Keduanya akan memulainya minggu, para orang tua pun sudah mengetahui itu. Sebisa mungkin tidak akan mengganggu mereka yang sedang honeymoon.

"TARAAAAA!" seru Tomi dengan begitu cerah.

Jenny menganga, rahangnya terasa akan jatuh. Dia terkejut melihat apa yang dibeli Tomi.

"Biar bervariasi,"

"Lo kebanyakan nonton b*kep!" Jenny memukul lengan Tomi kesal plus agak malu.

Bagaimana bisa Tomi beli alat-alat getar dan hal lainnya itu! Untuk honeymoon katanya, Jenny langsung panas dingin hanya membayangkannya. 

***

Jenny menghela nafas pelan, lagi-lagi teringat benda-benda aneh yang ada di kardus itu. Dasar Tomi, membuatnya tidak bisa fokus.

Jenny antara penasaran, ingin dan juga malu sendiri.

"Berat banget beban kayaknya, cuma di suruh bikinin segelas susu," sindir Tomi yang menghampiri lalu nemplok di belakang Jenny.

Jenny menimpuk kening Tomi sekilas karena jemarinya mencubit perut Jenny walau pelan.

"Yaudah! Susu lo aja!" Tomi so marah lalu terkikik saat mendapat delikan jutek dari Jenny.

"Jen,"

"Hm,"

"Jen," Tomi semakin mengeratkan pelukannya dari belakang itu.

"Hm,"

"Jen,"

"Sendok melayang ya, Tom!" ancamnya jengkel.

Tomi tertawa pelan. "Sekarang aja yuk, honeymoonnya," bujuknya so manja.

Jenny benar-benar menimpuk kening Tomi dengan sendok walau pelan. "Sabar! Sesuai kesepakatan dong! Dua hari ini gue mau istirahat full, biar bisa imbangi lo sama alat-alat yang lo beli," lalu menjulurkan lidah mengejek.

Tomi tertawa mendengarnya. "Ketagihan awas ya! Ntar juga suka," balasnya menjulurkan lidah.

Jenny menyerahkan segelas susu itu pada Tomi. "Di minum ya, nak.. Mama mau istirahat," lalu berjalan meninggalkan dapur.

Tomi mengekor. "Mama, kelonin," rengeknya terdengar menyebalkan.

"Ck! Gue mau istirahat, Tom!"

"Canda, yang."

Tomi mengecup pipi Jenny lalu menyesap segelas susu itu sambil mendahului Jenny dengan santai.

Tomi akan menonton bola.

"Gue tidur duluan, tapi kayaknya di sofa dulu bareng lo, nonton bolanya sampe jam berapa?" Jenny berdiri di samping Tomi yang baru duduk.

"Tengah malem, sini dulu aja," Tomi menepuk sebelahnya.

"Oke, ambil selimut bantal dulu,"

"Sama yang punya gue bantalnya,"

"Hm,"

Tak lama Jenny datang, Jenny terlihat sudah tidak takut lagi. Mungkin karena sudah diobati rumahnya, makanya tidak terlalu ngeri gangguan-gangguannya.

"Nih,"

Tomi menerima, merapihkan dua bantal itu di sofa yang bisa dijadikan kasur itu lalu naik duluan.

Jenny rebahan di pelukan Tomi yang menyambutnya.

"Gue mau nonton juga," Jenny pun membalik posisi memunggungi Tomi.

Tomi menyelimuti tubuhnya dan Jenny lalu Tomi peluk. Nyamannya nonton bola sambil memeluk istri.

Dengan senang hati Tomi menjawab semua pertanyaan Jenny tentang kenapa diberi kartu kuning dan seputar bola lainnya.

Hingga Jenny terlelap. Tomi tersenyum, menusap perut istrinya sambil mengendus wangi rambutnya.

Pertandingan bola belum selesai. Tomi akan terus menontonnya sendiri.

"GOL!" refleks Tomi berseru tidak terkendali sampai Jenny tersentak teramat kaget.

"Tomi!" Jenny merengek hampir menangis saking kaget plus kesal, jantungnya berdebar kencang.

"Maaf, sayang.. Maaf," Tomi memeluk kepala Jenny dengan tawa kecil. Dia lupa sekitar. "Maaf-maaf, Jen" sesalnya.

"Tidur lagi," tambah Tomi dengan mata masih melotot ke televisi.

Jenny menekuk wajahnya kesal, namun kantuk yang berat menjemputnya lagi. Dia terpejam di pelukan Tomi. 

***

"Ngent*t," erang Tomi tanpa bisa membuka matanya saking kantuk berat. Dia baru tidur jam 5 pagi.

Jenny melotot lalu menampar manja bibir Tomi. "Ngigo apa sih! Jorok ngomong ngent*t!" omelnya.

"Lo juga ngomong, maksud gue ngantuk, salah dikit," Tomi masih belum bisa membuka matanya.

"Dikit apanya! Itu jauh!" omel Jenny lagi.

"Sana, masih ngantuk!" Tomi mendorong pelan perut Jenny. "Beneran ngantuk," suaranya melirih semakin pelan.

Tomi benar-benar kembali tidur.

Jenny yang berkacak pinggang pun menghela nafas sabar. Kalau begitu dia akan memesan sarapan untuk diri sendiri saja.

Hingga tak lama dari sarapan, Jenny menguap dan kembali ngantuk. Gini nih kalau kebosanan. Tomi juga malah asyik ngorok ganteng.

Jenny merangkak, tanpa peduli tubuh Tomi tertindih saat dia lewati. Jenny memepet Tomi, masuk ke dalam selimut lalu memeluknya.

"Di luar hujan, mau tidur juga.."

Tomi hanya mengintip sekilas lalu kembali tidur dengan memeluk Jenny. Rasanya hangat dan empuk.

"Udah siang padahal," gumam Jenny.

"Tidur aja," balas Tomi serak dan pelan tanpa membuka mata.

Keduanya benar-benar istirahat mengisi energi untuk honeymoon yang mereka rencanakan. Walau masih di rumah, tetap harus dilaksanakan dengan totalitas.

Kutukan Cinta; Making Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang