Cinta n Teddy 13

31 2 2
                                    

T : "Kalo kamu sudah siap ketemu dia hari ini, ya kita ajak dia datang di tempat lain. Kita bisa janjian nanti. Tapi, ya buat apa ketemu dia sih?"

C : "Ya aku cuma penasaran dia mau ngomongin apa. Soal rujuknya kalian itu."

T : "Astaga... kamu masih percaya dia? Aku ga pernah mengiyakan perkara ide rujuk itu. Tapi sifat dia itu kan pemaksa, apa yang dia inginkan harus terwujud. Dia yang meminta bercerai, sekarang dia juga yang minta rujuk. Kalo dia ga sakit, aku ga perduli lagi tentang dia."

C : "Hah? Sakit? Sakit apa dia?"

T : "Sakit mental si Hanni itu."

Belum sempat ku bertanya kembali atas kalimat Teddy barusan, apakah hanya bercanda atau serius.

Pintu lift terbuka, dan kami pun bergegas ke parkiran menghindari lobby.

Aku sedikit kesal dengan Hanni, tapi bingung harus bagaimana. Untuk bertemu pun aku masih takut, aku berpikir kembali, bagaimana jika apa yang di katakan Teddy itu benar adanya, tapi jika ku mengingat ke belakang, emosi Hanni sepertinya memang tidak stabil.

Setiba di parkiran, belum sempat kami masuk ke dalam mobil, tiba-tiba seorang wanita datang menghampiri dari arah belakang, dan menarik lenganku dengan kasar.

H : "Heh, tunggu. Kamu Cinta kan? Saya tunggu kamu ya dari tadi. Ga punya sopan santun ya kamu."

Sambil berkacak pinggang, dan satu tangan menunjuk ke wajahku.

Teddy yang berada di sampingku spontan menarik tangan Hanni.

T : "Han, ngapain kamu kayak gini? Ga malu kamu?"

Beberapa security tampak memperhatikan kami.

Cinta n TeddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang