Cinta n Teddy 57

17 2 0
                                    

Penerbanganku menuju Jakarta terasa berbeda. Selain karena aku merasa berat meninggalkan keluargaku, aku pun merasa ada ingatan bersama Teddy yang harus siap untuk ku kubur baik-baik.

Meskipun pesan dari orangtua Hanni kepada Bryan, untuk tetap membuatku dekat seperti keluarga dengan mereka, rasanya aku tidak menginginkannya.

Karena aku belum ingin berteman dengan Teddy maupun Hanni. Selain karena aku tidak menyukai Hanni, akupun enggan menjalin hubungan lagi dengan Teddy.
Bahkan jika saja Bryan bukanlah temanku dulu, mungkin aku enggan berbaik-baik dengannya.

Aku memang tidak boleh menyesali semua yang terjadi, apalagi jika ku mengingat-ingat pesan ibuku. Bahwa apapun yang telah terjadi memang harus terjadi. Kewajibanku selanjutnya adalah tetap jalani hidup, menerima, memaafkan, dan biarkan semuanya berlalu.

Ku mulai dengan memblokir nomor Teddy, untuk menghindari pesan-pesan yang masih ku terima sampai dengan saat ini. Tidak ada satupun pesannya yang ku balas.
Semua hanya ku baca dan ku abaikan.
Ku hapus foto-foto dan beberapa video kebersamaanku dengannya yang ada di handphoneku.

Rasanya masih ada beberapa di laptop dan juga di meja kantorku. Rasanya semua ini seperti mengulang sebuah perjalanan yang sudah pernah kulalui sebelumnya. Apakah ini adalah kebodohanku atau memang jalan ini yang harus kulalui? Tidak sadar aku menghela nafas, dan memejamkan mataku, karena rasanya mataku perih sekali.

Sepertinya Bryan memperhatikan ku sejak tadi, dan ia mulai menepuk-nepuk bahuku sambil berkata.

B : "Pelan-pelan aja jalannya, ga usah terlalu ngebut."

C : "Jalan apa?"

B : "Melupakan mas Teddy."

C : "Maksud kamu?"

B : "Iya bertahap, jangan emosional nanti kamu menyesal."

C : "Aku cuma mau hapus yang di handphone ini dulu."

Aku merasa malu, dan Bryan mencoba mengalihkan pembicaraan.

B : "Besok mulai kerja dong. Ga capek kan?"

C : "Ga sih. Aku juga udah mau cepat-cepat masuk kantor aja."

B : "Jangan langsung di forsir, apalagi cuma untuk isi kekosongan."

C : "Big No. Akan ku kerjakan biasa aja."

B : "Good. Keep contact with me."

C : "Ya."

B : "Apa pesan terakhir dari mas Teddy?"

C : "Katanya mau ketemu aku."

B : "Terus kira-kira kamu mau ketemu ga?"

C : "Ga usah deh, aku ga mau memulai peperangan lagi. Apalagi dia sudah menikah dan kamu tau sendiri Hanni seperti itu."

B : "Ya aku minta maaf untuk itu."

C : "Udah ga usah di omongin. Aku mau tidur aja."

Ku simpan handphoneku dan mencoba memejamkan mata.

B : "Okay, go sleep. Tapi satu hal yang perlu di ingat, tidak boleh membenci, dendam, dan jangan memutuskan tali silaturahmi."

Sambil memejamkan mata aku pun asal mengucap.

C : "Iya Pak Bryan. Untuk sekarang, biarkan aku dulu. Mungkin lama-lama aku juga bisa baik lagi."

Entah mengapa tiba-tiba Bryan mengusap-usap kepalaku dan berkata.

B : "Kalo dasarnya punya hati baik, pasti akan baik."

Akupun hanya terdiam, dan mencoba menahan air mataku.

Cinta n TeddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang