Cinta n Teddy 30

26 2 1
                                    

Setibanya kami di rumah sakit, Teddy menemani Hanni ke UGD, sedangkan Bryan yang menemaniku di ruang tunggu.

Tidak lama kemudian, Teddy menghampiri kami di ruang tunggu dan menyampaikan informasi dari dokter, bahwa beruntungnya pisau cutter tidak sampai membuat putus pembuluh darah arterinya
Hanni. Dan ia masih bisa tertolong. Hanya saja, Hani mengalami syok karena ia kehilangan cukup banyak darah yang menyebabkannya masih harus di rawat inap.

Kami pun bersepakat untuk ada yang tinggal di rumah sakit.

T : "Cinta, kamu pulang sama Bryan ya. Karena Hanni belum mau di tinggal."

B : "Iya Cinta sama aku aman."

C : "Oh..ya udah gapapa."

T : "Khawatir nanti dia berbuat nekat lagi. Aku tunggu biar tenang dulu situasinya, aku minta maaf ya Cin."

C : "Ya udah gapapa, kamu temenin Hanni aja dulu. Nanti kita berkabar aja ya."

T : "Terimakasih ya sayang."

B : "Ya udah, pulang sekarang aja, udah malam banget ini, kasian Cinta."

T : "Hati-hati, jangan lupa kabari aku ya."

C : "Ya udah kita tinggal ya."

Di sepanjang perjalanan aku hanya terdiam, pikiranku mengingat kejadian tadi. Betapa Teddy terlihat sangat khawatir terhadap Hanni. Ketika di mobil, sesekali aku melihat ia mengusap kepala Hanni, membenahi rambutnya, dan berusaha menenangkannya.

Apakah aku cemburu? tapi Hanni memang mengkhawatirkan keadaannya. Dadaku terasa sesak, mungkin aku kelelahan atau aku menahan tangis.

Bryan mencoba menyalakan musik untuk membuyarkan lamunanku.

B : "Kamu suka lagu jazz? Aku punya banyak koleksi bagus nih. Aku play ya, biar kamu relax."

Aku masih terdiam, lagi-lagi ia berusaha membuka percakapan denganku.

B : "Kamu kalo mau nangis, nangis aja Cin. Ga perlu di pendam, kadangkala kita ga perlu memendam semuanya. Adakalanya kita mau nangis, adakalanya mau marah, luapkan aja. Ga perlu terlalu kuat juga. Ga usah malu sama aku ya."

Aku hanya memandang ke jendela pintu mobil saat ini.

Cinta n TeddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang