Cinta n Teddy 56

10 2 0
                                    

Mereka tertawa, dan aku hanya bisa tersenyum. Aku menghela nafas dan memperhatikan Rindu yang terlihat sangat merindukanku.

Bryan mengambil tas dari genggamanku, dan Rindu menggandeng tanganku. Kami berjalan menuju salah satu taxi.

C : "Kenapa kamu ke Jogja?"

Ku coba bertanya kepada Bryan.

B : "Sekalian liburan dan aku khawatir sama kamu."

C : "Aku gapapa."

B : "Ya aku juga butuh liburan"

Mengapa begitu tergesa. Tapi, jika bukan
Karena Teddy, tidak mungkin ia mengenal Rindu.
Akupun menanyakan kepada Bryan kembali.

C : "Mas Teddy yang suruh atau inisiatif kamu sendiri?"

B : "Aku cuma tanya, ada nomor hp yang bisa di hubungi ga di Jogja, and Mas Teddy kasih nomor handphone adik kamu. Terus aku janjian sama Rindu. Jadi, inisiatif aku aja sih."

C : "Repot banget kamu."

Rindu hanya terlihat menyimak, dan sepertinya ia sadar ada yang tidak beres dengan hubunganku dan Teddy. Tapi, Rindu tidak menanyakan apapun padaku saat ini, ia hanya diam dan menyela pembicaraan kami.

R : "Nanti menginap di mana rencananya mas?"

B : "Gampang, nanti aku cari hotel."

R : "Mau rencana jalan-jalan ga?"

B : "Iya, Nanti kalo mau jalan-jalan aku jemput kalian ya."

R : "Ok mas, kita jalan-jalan mumpung Mbak Cinta di rumah."

B : "Sekalian aku juga butuh refresh."
Aku melihat Bryan dan Rindu yang asik berbincang. Ku cek handphoneku dan kulihat ada beberapa pesan masuk dari Teddy.

💌 : Cinta.. sudah sampai ya?
💌 : Maafin aku ya Cinta, aku benar-benar minta maaf.
💌 : Aku janji akan tetap menemani kamu, semampu aku.
💌 : Salam untuk Rindu ya.

Semua pesannya hanya ku baca, rasanya ingin sekali aku blokir nomornya Teddy. Aku merasa sudah tidak ada lagi yang perlu di bicarakan dengannya.

Setiba di rumah, Bryan berbasa-basi sejenak dengan kedua orang tuaku dan berpamitan untuk segera mencari penginapan.

Walaupun kedua orang tuaku mempersilahkan Bryan menggunakan kamar kosong di rumah kami, tapi aku dan Bryan bersepakat untuk menolaknya.

Selain karena untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan dari kedua orangtuaku, aku pun sedang ingin berkumpul dengan keluargaku tanpa harus terdistraksi oleh hadirnya Bryan.

Beberapa hariku di Jogja, kuhabiskan bersama keluargaku. Dan di beberapa  kesempatan ada Bryan yang juga ikut bergabung denganku dan Rindu.

B : "Besok balik ke Jakarta kita naik pesawat aja ya Cin."

C : "Kamu cutinya sampai kapan Bryan?"

B : "Ya aku bareng kamu aja."

C : "Ga di cariin sama Hanni?"

B : "Sudah sama mas Teddy, tenang dia. Aku kan juga butuh istirahat, lelah juga kalo harus terus kerja ikutin Kak Han."

C : "Sudah pesan tiket?"

B : "Ya Nanti aku cari. Besok, aku jemput kamu dulu ya."

C : "Ya udah Ok."

Sejujurnya, aku sudah tidak ingin membicarakan Teddy dan Hanni, tapi jika bersama Bryan, terkadang topik pembicaraan kami mengingatkan tentang mereka.

C : "Jadi mereka menikah kapan?"

B : "Sepertinya sudah. Tapi, ga usah bahas itu lah."

C : "Kenapa mas Teddy masih bisa kirim pesan ke aku?"

B : "Kalo kamu ga nyaman, abaikan saja, ga perlu di balas."

C : " Nanti aku blokir aja deh."

B : "Terakhir aku tanya nomor Handphone Rindu, mas Teddy juga titip salam untuk kamu."

C : "Oh."

Di beberapa kesempatan masih ku lihat beberapa pesan dari Teddy. Sebagian aku baca, tapi banyak juga yang aku abaikan.
Dapat kurasakan ketulusan Bryan, ia bukan hanya menemaniku, tapi ia pun berusaha menghibur dan memastikan aku baik-baik saja.

C : "Terima kasih Bryan."

B : "Buat apa?"

C : "Semuanya."

Cinta n TeddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang