TIGA BELAS

45 5 0
                                    

Karin menyuap sereal yang telah di sediakan bi Jum diatas meja makan. Kursi di hadapannya kosong karena Gio belum turun untuk sarapan. Setelah berdebat sepulang dari rumah sakit, Karin sama sekali tidak berkomunikasi dengan Gio. Diantara mereka hanya ada keheningan. Saat di kamar pun keduanya saling diam. Bahkan Karin tidur memunggungi Gio. Suaminya itu sudah beberapa kali mencoba untuk membuka obrolan, tapi Karin selalu menghindar. Perasaannya saat ini sedang tidak karuan. Dia sedang tidak ingin berbicara dengan Gio. Semenjak hamil, emosi Karin pun semakin tidak bisa di kontrol.

Mata Karin menangkap Gio menuruni anak tangga satu persatu. Sepertinya sudah siap untuk berangkat kerja.

"Tuan mau sarapan apa? Mau sereal atau nasi goreng?"

"Nggak usah bi. Saya sarapan roti aja."

"Baik tuan. Permisi."

Gio meraih selembar roti kemudian mengoleskan selai coklat diatasnya. Matanya memandang Karin yang sedang menyuap sereal. Saat ini mereka seperti dua orang yang tidak saling kenal. Bahkan wanita tersebut sudah hampir dua hari mendiamkan Gio.

Gio berdehem. Dia tidak ingin keheningan ini terus melanda mereka. Gio harus memulai terlebih dahulu.

"Kamu hari ini ada agenda?"

"Ada."

"Agenda apa?"

Karin tidak menjawab. Dia meraih mangkok yang masih berisi sereal lalu meletakkannya di westafel. Semenjak bertengkar dengan Gio, nafsu makan Karin benar-benar berkurang.

"Malam ini aku mau tidur dirumah ayah."

Mendengar hal tersebut membuat Gio berhenti mengunyah dan meletakkan rotinya diatas piring.

"Mas temenin."

"Nggak perlu."

"Tapi kamu lagi-"

Tanpa mendengarkan kalimat Gio sampai selesai, Karin berlalu begitu saja.

Gio hanya bisa menghela napas melihat Karin. Dia meneguk air putih beberapa tegukan, kemudian meninggalkan meja makan. Gio harus ke kantor karena begitu banyak pekerjaan yang telah menunggunya. Urusan dengan Karin, akan segera mungkin ia selesaikan.

"Mang nanti Karin katanya mau keluar. Selalu laporkan kepada saya kemanapun dia pergi."

"Baik tuan."

Setelah itu, mobil Gio melaju meninggalkan rumah dengan kecepatan sedang.

*

Karin memperhatikan pantulan dirinya di cermin. Tidak ada tampak rona kebahagian di sana meskipun wajahnya sudah di poles dengan make- up.  Kemudian Karin memegangi perutnya yang saat ini sudah terlihat sedikit membuncit. Tidak sabar rasanya untuk bertemu langsung dengan buah hatinya itu.

Selang beberapa detik, Karin mengambil hp lalu menelpon Dinda.

"Assalamualaikum mbak."

"Waalaikumsalam Rin."

"Sorry ya mbak aku ganggu mbak pagi-pagi."

"Nggak ganggu kok Rin. Ada apa?"

"Mbak hari ini ada dirumah? Aku mau ketemu sama mbak."

"Yaudah kamu kerumah aja ya. Aku dirumah kok."

"Makasih mbak. Assalamuaiakum."

"Waalaikumsalam."

Setelah sambungan telpon terputus, Karin mengambil kunci mobil lalu bergegas keluar kamar. Dari kemarin Karin sudah berniat untuk menemui Dinda. Ia ingin menanyakan perihal hubungan Gio dengan Zhea di masa lalu.

DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang