TIGA PULUH EMPAT

48 4 2
                                    

Setiap hari yang dilakukan Karin hanya berdiam diri di kamar. Dia tidak melakukan aktivitas apapun. Badan Karin semakin kurus karena tidak ada satu makanan pun yang masuk ke dalam tubuhnya. Semua makanan yang diantar bi Sri atau Rena ke kamar, tidak pernah disentuh Karin. Bi Sri dan Rena sudah berusaha membujuk, tapi tetap saja Karin menolak.

Setiap hari juga Karin menangis. Apalagi melihat foto-foto Gio bersama Zhea dan Hisyam serta Alaya yang di tag atau dikirim orang-orang ke akun Instagram Karin. Wanita itu hanya bisa menangis tanpa bisa berbuat apa-apa. Apa Gio secepat itu melupakannya? Apa Gio bahagia tidak bersama Karin? Semua itu memenuhi kepala Karin.

Setiap hari Karin berharap dan meminta kepada Allah agar Gio datang menjemputnya. Karin berharap suaminya itu memaafkannya dan membawanya pulang kembali. 

Seiring berjalannya waktu, harapan itu semakin besar dan juga pupus. Gio tidak kunjung menjemputnya. 

Mungkin rumah tangganya benar-benar sudah berakhir.

Karin membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Ia beranjak dari kasur menuju meja rias. Di perhatikannya wanita yang ada di pantulan cermin tersebut. Rambut kusut berantakan. Mata bengkak dengan lingkaran hitam dibawahnya. Bibir pucat dan kering. Dan wajah yang terlihat lusuh dan penuh belas kasihan.

Ibu tidak berguna. Ngasih asi ke anak aja lo ga bisa. Pesan yang dikirim kan Zhea kala itu berputar begitu saja di kepalanya.

Ga heran sama nih cewek. Dari dulu kan emang ga cukup sama satu cowo.

Sok hijrah. Taunya tetap lont*

Cerai aja deh menurut gue. Kasian Gio dapat istri ga bener

Bapak dia juga malu liat kelakuan anaknya.

Buka aja hijab lo! Ga cocok sama kelakuan lo. Murahan! 

Komentar netizen pada sebuah akun gosip yang dibaca Karin juga bergema di telinga nya. Semua itu jelas mengganggu Karin. Kadang ia juga menangis membaca komentar-komentar negatif terhadap dirinya.

Dengan perlahan Karin meraih rambutnya yang kusut. Setahun yang lalu Karin memutuskan untuk menutup rambutnya menggunakan hijab bentuk ketaatannya kepada sang pencipta. Karin juga telah melakukan semua yang diperintahkan Allah, seperti sholat tepat waktu, membaca al-quran setiap hari, sholat tahajud serta ibadah yang lainnya, tapi kenapa Allah masih memberinya cobaan?  Apa dosa Karin selama ini begitu banyak sehingga Allah menghukumya seperti sekarang ini?

Allah ambil bunda disaat Karin duduk di bangku SMP. Sepuluh tahun kemudian, Allah juga panggil ayah yang membuat Karin begitu hancur. Tidak mudah bagi Karin untuk bangkit kembali setelah kehilangan ayah. Sekarang yang Karin punya hanya Gio dan Hisyam, tapi Allah kembali mengujinya dengan menjauhkan Karin dari kedua laki-laki yang sangat penting dalam hidupnya itu. Gio dan Hisyam adalah separuh napas Karin. Hidupnya bergantung kepada mereka. Jika sekarang separuh napasnya juga hilang, bagaimana Karin bisa melanjutkan hidupnya?

"Tuhan.. Aku sudah melaksanakan semua perintahmu." Satu bulir air mata berhasil lolos dari pelupuk matanya. "Aku kerjakan apa yang kamu suruh. Aku shalat lima waktu. Aku shalat malam. Aku juga menutup aurat seperti yang engkau minta. Tapi kenapa engkau beri aku cobaan yang begitu berat, Tuhan?" Tangis Karin pecah. 

 "Disaat engkau ambil bunda, aku punya ayah, Tuhan. Disaat kau panggil ayah, aku punya mas Gio. Tapi jika mas Gio juga kau jauhkan dari aku, aku bersandar sama siapa lagi Tuhan?" Tangis Karin semakin deras. Kepalanya menengadah keatas, seolah menatap  sang pencipta. "Ini berat, aku nggak sanggup." Lirihnya.

Selang beberapa menit kemudian, Karin kembali memandangi wajahnya di cermin. Di tatap nya wajah tersebut lekat-lekat. Disana tidak ada lagi Karin dengan senyuman manisnya. Tidak ada Karin yang bahagia seperti dulu.

DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang