DUA PULUH LIMA

34 0 0
                                    

Allahuakbar Allahuakbar.

La ilaa ha illallah.

Air mata Gio menetes setelah mengadzani putra pertamanya. Gio tidak menyangka, saat ini ia telah menjadi seorang ayah. Air mata haru Gio tidak dapat terbendung melihat manusia kecil yang berada di tangannya.

"Jadi anak sholeh ya nak." Gumamnya kemudian mencium pipi bayi laki-laki tersebut.

"Permisi pak Gio." Dokter Sinta menghampiri Gio.

"Bagaimana keadaan istri saya, dok?" Setelah selesai operasi, Gio sama sekali belum bertemu dengan Karin. Saat persalinan selesai, dokter meminta Gio ke ruang anak untuk mengadzani putranya itu.

"Kondisi ibu Karin setelah melahirkan sempat tidak sadarkan diri, pak. Alhamdulillah setelah kita lakukan tindakan, ibu Karin kembali pulih dan saat ini sedang beristirahat. Bapak sudah bisa menemui ibu ya pak. Untuk bayinya nanti suster yang akan mengantar ke kamar."

"Terimakasih dokter."

Sebelum menuju ke kamar inap, Gio menyerahkan anaknya kepada suster yang berada disana.

Di dalam kamar, Karin di temani oleh keluarga Gio, Haikal, Dinda, Zhea dan Rena yang datang ketika Karin berada di dalam ruang operasi. Sedangkan keluarga Karin akan sampai sekitar  lima belas menit lagi. Karin masih terbaring diatas tempat tidur dengan mata terpejam.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Bagaimana keadaan cucu Umi, Gio?"

"Alhamdulillah sehat Umi."

"Alhamdulillah. Terimakasih doa nya abi umi."

"Sama-sama nak."

Tidak jauh dari sofa ruang tamu kamar, Gio melihat istrinya masih terbaring disana. Gio berjalan ke arah Karin lalu memegang tangannya. Tanpa Gio sadari, air matanya jatuh membasahi pipi Karin. Gio mencium kening Karin.

"Terimakasih sudah berjuang, sayang." Tuturnya dengan tulus.

"Sayang." Panggil Gio ketika mata Karin terbuka. Senyum lega terbentuk dari bibir Gio.

Sekarang Gio benar-benar lega. Karin sudah sadarkan diri.

"Mana anak kita, mas?"

"Sedang di periksa dokter, sayang. Sebentar lagi kamu akan ketemu anak kita."

Karin mengangguk lalu meraih tangan Gio. Wanita itu tidak bersuara, tapi ganggamannya di tangan Gio begitu erat. Seolah-olah takut di tinggalkan.

"Karin, selamat ya nak." Ucapan selamat pertama kali di ucapkan Abi. Kemudian di ikuti umi dan yang lainnya.

"Terimakasih abi, umi. Semua ini juga berkat doa abi dan umi."

"Karin hebat." Puji Dinda.

"Terimakasih mbak."

"Non Karin, selamat ya. Semoga non Karin dan anak non Karin sehat selalu."

"Makasih Ren. Lo sendiri kesini?"

"Tadi di antar Rio, non. Dia juga titip salam buat non."

Karin mengangguk.

"Permisi." Seorang suster membawa bayi laki-laki Gio dan Karin ke dalam kamar. Tentu saja cucu pertama keluarga Farukh mencuri perhatian semua orang yang berada di dalam kamar tersebut.

"Masyaallah. Gantengnya cucu umi."

"Ini bayi laki-lakinya ya bapak, ibu. Alhamdulillah bayinya sehat dan ganteng."

DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang