DUA PULUH DUA

27 0 0
                                    

'Kamu jangan makan yang aneh-aneh, sayang.'

'Enggak mas. Aku makan masakan bibi aja kok.'

'Nggak ada makan mie instant, nggak ada makanan pedes.'

'Iya mas. Kamu setiap nelpon selalu deh bahas ini mulu. Bawel.'

'Gimana aku nggak bawel? Kamu susah di bilangin.'

'Selama kamu pergi aku nggak pernah kok makan mie instant atau jajanan lainnya. Aku tuh selalu makan masakan bibi mas.'

"Non Karin, seblaknya udah bibi siapin di atas meja ya."

Karin dengan spontan memutar tubuhnya kearah bu Jum lalu meletakkan jari telunjuknya di bibir. Ia memberi kode kepada wanita paruh baya tersebut untuk tidak melanjutkan kalimatnya.

'Sayang, kamu bohongin aku lagi?'

Karin menghela napas sejenak sebelum menjawab pertanyaan Gio. Ia tidak boleh terdengar gugup agar Gio percaya dengannya.

'Enggak mas. Itu bibi salah sebut. Masa soup disebut seblak. Aneh deh bibi.' Balas Karin diiringi kekehan yang di paksakan.

'Bohong dosa loh sayang. Apalagi bohongin suami, makin besar dosanya.'

'Kamu kapan balik, mas?'

'Nggak usah ngalihin pembicaraan.'

'Sorry mas. Janji deh nggak aku makan seblaknya. Aku kasih bibi aja.'

Terdengar Gio menghela napas di ujung sana. 'Aku nggak mau kamu dan anak kita kenapa-kenapa, sayang. Satu bulan lagi kamu juga mau lahiran. Aku mau kamu dan anak kita sehat.'

'Iya mas. Sorry.'

'Aku dua hari lagi pulang. Apa aku harus minta tolong umi buat jagain kamu di rumah? Biar kamu nggak bisa makan sembarangan lagi.'

'Jangan jangan mas. Maksudnya nggak usah. Kasian Umi jauh dari Abi dan adik-adik. Aku bisa kok sendiri.'

'Bener?'

'Iya sayang. Udah kamu balik kerja gih. Aku mau nonton.'

'Yaudah. Mas kerja ya. Kamu baik-baik dirumah. I love you.'

'Love you more, mas.'

Karin bernapas lega setelah mematikan sambungan telponnya dengan Gio. Untung saja hari ini Gio tidak menceramahinya seperti hari-hari sebelumnya.

Karin beranjak dari sofa ruang tv, lalu beralih menuju meja makan. Ia sudah tidak sabar untuk menyantap seblak yang di pesannya via online. Makanan khas kota Bandung tersebut, akhir-akhir ini menjadi favorit Karin. Ia pertama kali mencoba seblak seminggu yang lalu, berawal dari menyicipi punya bi Jum dan akhirnya Karin ketagihan.

"Bi, jangan bilang mas Gio, ya."

"Baik non."

Gio saat ini tengah berada di Paris mengurus pekerjaannya. Pria itu telah berada di Paris dari empat hari yang lalu. Sehingga saat ini Karin hanya ditemani bi Jum dirumah.

Usia kehamilan Karin juga sudah memasuki bulan kesembilan. Perutnya sudah membesar. Bayi yang berada di dalam kandungannya juga begitu aktif. Sesekali Karin meringis ketika si calon bayi menendang perutnya. Tapi Karin bahagia. Dia dan Gio sudah tidak sabar menyambut kelahiran anak pertama mereka. Semua perlengkapan bayi sudah di persiapkan oleh keduanya. Salah satunya kamar bernuansa biru dengan tema Galaksi. Di dindingnya terdapat walpaper bergambar astronot. Semua design kamar calon anak pertama mereka itu ialah ide Karin.

DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang