DUA PULUH TIGA

25 0 0
                                    

"Karin dirumah aman, mang?"

Mang Asep menoleh kearah kaca mobil sebelum menjawab pertanyaan majikannya itu. "Alhamdulillah aman pak. Maaf pak, bapak kenapa pulangnya mendadak?"

"Kerjaan saya sudah selesai."

Ingatan Gio kembali berputar ke kejadian tadi malam. Saat Gio tengah meeting, Karin menelponnya dengan terisak. Hal tersebut tentu membuat Gio khawatir dan meninggalkan meeting beberapa saat.

"Sayang kamu kenapa? Kenapa tiba-tiba nangis? Barusan di chat kamu bilang mau tidur. Kenapa sekarang kamu nangis?" Pertanyaan bertubi-tubi Gio lontarkan.

Karin terus saja terisak tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan Gio.

"Sayang, jangan bikin aku khawatir."

"A-aku---"

"Kamu kenapa?"

"A-aku ka-ngen ka-mu."

Gio bisa sedikit bernapas lega mendengar jawaban Karin. Tapi apa benar Karin menangis karena hal itu?

"Ka-mu ka-pan pu-lang mas?"

"Mas pulang lusa, sayang. Udah kamu jangan nangis lagi ya. Sekarang kamu tidur, udah malam."

"I-ya mas. I love you."

"Love you more, sayang."

Setelah panggilan berakhir, tidak sengaja Gio membuka aplikasi WhatsApp dan melihat unggahan story Gia.

Apa karena ini Karin nangis? Pikir Gio

Gio kembali ke ruang meeting. Ia meminta Tio untuk menyelesaikan semua pekerjaan mereka agar besok bisa kembali ke Indonesia. Gio tidak tenang jika harus meninggalkan Karin dalam waktu lama. Di tambah kondisi Karin saat ini.

"Silahkan pak."

"Terimakasih mang." Gio keluar mobil setelah mang Asep membukakan pintu.

Gio melangkah menuju kamar setelah bi Jum mengatakan bahwa Karin berada di kamar dan belum keluar untuk sarapan. Dengan pelan Gio membuka pintu kamar. Ia mendengar suara air dari kamar mandi dan sepertinya istrinya itu tengah mandi.

Gio melepaskan jaket yang dikenakannya sehingga kini ia hanya mengenakan baju kaos polos bewarna hitam. Gio duduk di ranjang menunggu Karin keluar dari kamar mandi.

Sepuluh menit berlalu, akhirnya yang di tunggu keluar juga. Bibir Gio membentuk senyum melihat Karin tengah sibuk mengikat tali bathrobe yang membalut tubuhnya. Wanita itu sama sekali tidak menyadari kehadiran Gio.

"Ehem." Suara Gio membuat Karin terlonjak kaget.

Karin terdiam sejenak memandang Gio seolah yang di depannya itu tidak nyata.

"Mas Gio?" Gumam Karin tidak percaya. Dia mengucek matanya beberapa kali sebelum akhirnya berlari memeluk Gio.

Gio membalas pelukan tersebut meskipun pelukannya tidak seerat dulu dikarenakan terhalang perut Karin yang sudah besar. Gio mencium kedua pipi, kening dan berakhir di bibir istrinya itu. Rasanya mereka terpisah baru lima hari, tapi rasanya seperti tidak bertemu bertahun-tahun. Keduanya sama-sama melepas rindu.

"Kok kamu udah disini, sayang? Kemarin kamu bilang lusa baru balik." Tanya Karin setelah Gio melepaskan pelukan mereka. Karin duduk di pangkuan Gio dengan tangan yang melingkar di leher Gio.

"Kemarin ada yang nangis-nangis nelpon aku. Katanya kangen."

Karin hanya tertawa mendengar jawaban itu. Kemudian tangannya mengusap kelopak bawah mata Gio yang menghitam. Pasti suaminya itu begadang untuk menyelesaikan semua pekerjaannya.

DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang