TIGA PULUH DELAPAN

58 5 0
                                    

"Mas, kemarin aku beli infuser baru aroma vanilla. Kamu pasti suka deh. Aku ganti infuser nya ya."

"Jangan Zhe."

"Kenapa?"

"Aroma lavender yang sekarang itu favorit Karin." Biarkan Gio merasakan kehadiran Karin dirumah ini melalui aroma lavender kesukaannya.

Ekspresi Zhea langsung berubah kesal. Ia masukkan lagi infuser ke dalam kotak. Lalu membiarkannya terletak begitu saja diatas meja ruang tengah.

"Mas, move on dong. Masa Karin mulu, dia udah nggak ada dirumah ini."

"Biarin aku ngerasain kehadiran Karin disini dari semua hal-hal yang disukainya, termasuk aroma lavender yang mau kamu ganti itu."

"Please dah mas, Karin udah selingkuhin kamu dan ka-------"

"Zhea, stop! Kamu nggak usah ikut campur masalah rumah tangga aku!"

"Aku cuma mau ngingetin kamu. Karin bukan istri yang baik buat kamu!"

"Kamu nggak berhak menilai Karin seperti itu!"

"Kenapa kamu masih belain Karin? Kamu mikir mas, dia udah bikin kamu dan keluarga kamu malu! Dia selingkuhan kamu! Dia peluk-pelukan sama laki-laki lain! Sadar mas, dia nggak cinta sama kamu!"

"Zhea stop!" Suara Gio menggelegar memenuhi seisi ruangan. Untung saat ini diruang tengah hanya mereka berdua. Anak-anak sedang bermain di taman belakang bersama mbak Siska. "Kamu udah terlalu jauh masuk dalam rumah tangga aku! Selama ini aku masih terima kamu karena kamu sahabat aku dan karena umi. Tapi kali ini kamu keterlaluan, Zhe! Kamu nggak berhak menilai baik buruknya Karin! Kamu nggak kenal dia!"

"Mas, sorry." Suara Zhea memelas. Ia sadar telah membuat Gio marah. "Sorry banget aku nyinggung perasaan kamu. Aku nggak bermaksud. Aku disini mau bantuin kamu dan jalanin amanah umi buat jagain kamu dan Hisyam."

"Aku bukan anak kecil lagi yang perlu di jagain. Aku bisa sendiri dan Hisyam anak aku. Aku bisa jaga dia."

"Sorry Zhe, silahkan kamu keluar dari rumah aku." Lanjut Gio kemudian berlalu meninggalkan Zhea yang terdiam di tempatnya.

Zhea benar-benar telah membuat Gio marah. Selama mereka menjalin hubungan dan berteman baik, Zhea tidak pernah melihat Gio semarah ini dan mengusirnya dari rumah.

Karin, lo benar-benar ngerusak hubungan gue sama Gio. Lo harus balas ini semua. -Zhea-

*

Gio melipat sajadah setelah mengakhiri ibadah sholat maghrib. Kemudian Gio mengambil al-quran lalu membacanya. Tidak terasa air mata Gio jatuh. Hatinya begitu merindukan Karin. Ia rindu saat dimana mereka melaksanakan ibadah berdua. Biasanya setelah sholat maghrib, Gio akan menyimak bacaan al quran Karin dan memperbaikinya jika bacaan Karin kurang tepat.

Apa selama ini Gio terlalu keras mempertahan kan egonya?

Jujur, di hati Gio paling dalam ia ingin Karin kembali. Tapi logikanya menolak. Gio terlalu sakit menerima kenyataan bahwa Karin tidak pernah mencintainya.

Suara pintu kamar di ketuk seiring dengan Gio menyelesaikan membaca kitab suci al-quran. Di tutupnya petunjuk dari sang pencipta tersebut lalu di letakkannya ke tempat semula. Gio usap air mata yang tersisa sebelum membuka pintu kamar.

"Maaf tuan, diluar ada tamu."

"Siapa bi?"

"Pak Ameer, tuan."

Gio mengangguk. "Tolong siapkan minuman dan kue bi."

"Baik tuan." Kemudian bi Jum lebih dulu turun ke lantai satu.

DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang