TIGA PULUH

60 3 0
                                    

Bukannya dari awal kamu nggak cinta sama Gio?

Iya Christ. Aku nggak cinta sama mas Gio. Aku terpaksa nikah sama dia. Aku cintanya itu sama kamu.

Karin menggeleng ketika rekaman suaranya bersama Christ di putar Gia. Seseorang telah mengirim potongan pembicaraannya bersama Christ serta beberapa foto mereka di restoran ke nomor semua orang yang berada diruang makan. Kini, Karin tidak bisa membela diri. Siapapun tidak akan percaya dengan bantahannya. Dan mungkin, sebentar lagi Gio juga akan sangat murka kepadanya.

"Kamu keterlaluan Karin!" Tanpa sadar umi mengambil gelas yang berada di atas meja lalu menyiramkannya kepada Karin yang membuat seisi ruangan kaget. Begitu pula dengan Karin.

"Istri macam apa kamu? Percuma penampilan kamu seperti ini kalau kamu masih main sama laki-laki lain diluar sana! Kamu tidak hanya mempermalukan Gio, tapi juga keluarga saya! Malu  saya punya menantu seperti kamu!"

Karin hanya bisa menangis. Harga dirinya sudah tidak ada lagi di depan keluarga Gio, Haikal, Dinda, Zhea dan Rena. Hancur semuanya.

"Murahan.!" Sindir Gia di iringi senyum smirk nya. Gadis itu merasa menang karena apa yang dikatakannya mengenai Karin terbukti.

"Katanya kamu nggak cinta sama anak saya. Ya sudah, kamu ceraikan anak saya! Gio juga nggak butuh istri kayak kamu! Coba dulu kamu nggak ngerebut Gio dari Zhea, pasti anak saya bahagia."

"Umi! Cukup!" Setelah mengatakan dua kata tersebut, Gio membawa Karin keluar dari ruang makan.

Gio menarik Karin menuju kamar. Sesekali Karin meringis kesakitan karena Gio begitu kuat mencengkram pergelangan tangannya.

Tamat riwayat hidup Karin. Kali ini Karin benar-benar selesai.

"Mas--"

Gio menyentakkan tangan Karin. Ia tidak peduli dengan ringisan yang keluar dari mulut Karin.

Karin melihat wajah Gio memerah. Air mata berlinang di pelupuk matanya. Tatapan Gio tidak seteduh biasanya. Kini tatapan itu sulit Karin artikan. Tapi yang bisa Karin simpulkan, Gio benar-benar kecewa kepadanya.

"Dua kali, Rin. Dua kali kamu khianati aku." Air mata Gio akhirnya luruh juga. "Dan itu sama orang yang sama."

"Aku kurang apa? Coba kamu kasih tau aku, kurangnya aku dimana?"

Kamu nggak ada kurangnya, mas.

Karin menggeleng dengan pipi basah oleh air mata.

"Apa yang ada di pikiran kamu waktu kamu jalan sama laki-laki itu? Apa kamu nggak pikirin aku sama anak kita?"

Gio menarik rambutnya frustasi. Emosi Gio begitu membara tapi ia tidak bisa meluapkannya dengan berapi-api. Gio kecewa. Benar-benar kecewa hingga  ia sudah tidak bisa marah.

"Kenapa terjadi lagi sih, Rin? Kenapa harus kamu yang lakukan ini ke aku? Kenapa harus kamu?!"

Gio mendekat ke arah Karin. Tangannya memegang kedua pundak Karin. "Kasih tau aku. Apa kurangnya aku?!" Kali ini suara Gio naik satu oktaf. Membuat Karin semakin menundukkan kepala. Tidak berani menatap Gio.

"Malam itu kamu bilang kamu nemenin Rena, ternyata kamu makan sama mantan kamu itu! Kamu tega bohongin aku dan ninggalin anak kita tanpa stock ASI! Aku kecewa sama kamu, benar-benar kecewa!"

"Aku selalu melibatkan kamu dalam hidup aku, Rin. Tapi apa aku ada dalam hidup kamu? Apa pernikahan kita selama ini bukan hal serius bagi kamu?! Jawab aku,Rin!!"

"Aku---" Bahkan untuk melanjutkan kalimatnya Karin tidak mampu. 

"Harusnya dari awal aku sadar, kamu nggak pernah serius dalam pernikahan ini!"

DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang