DUA PULUH SATU

44 4 0
                                    

Karin mengikat tali pinggang piyama kimononya. Sebelum duduk di depan meja rias, Karin sempat menoleh kepada Gio yang tengah sibuk dengan laptop. Beberapa hari terakhir, pekerjaan Gio begitu menumpuk, sehingga sebelum tidur pun ia sibuk dengan pekerjaannya. Karin memahami hal tersebut, karena ayah pun dulu begitu. Sangat  sibuk dengan pekerjaannya.

Setelah mengeringkan rambut, Karin menghampiri Gio yang duduk diatas ranjang. Karin memangkas jarak diantara mereka, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Gio.

"Sibuk banget sih mas?"

"Kerjaan mas numpuk, sayang. Mas juga harus nyiapin materi buat ngajar besok."

"Jam berapa?"

"Mas ngajar jam sepuluh."

Karin tidak menjawab lagi. Dia memperhatikan wajah Gio. Wajah berkulit putih tersebut di tumbuhi bulu-bulu membentuk brewok tipis. Rahangnya yang kokoh membuat raut tegas dari wajah pria itu. Hidung mancung menambah ketampanannya.

Dengan tiba-tiba, Karin mencium pipi Gio beberapa kali. Dia begitu gemas melihatnya.

Gio tersenyum seraya tangannya mengelus pipi Karin, sedangkan matanya masih terpaku kepada layar laptop yang ada di pangkuannya.

Karin mengambil alih laptop lalu meletakkannya diatas kasur. Sebelum Gio protes, Karin terlebih dahulu merebahkan kepalanya di pangkuan Gio.

"Kamu nggak boleh protes, mas. Aku pengen quality time sama kamu."

Gio tersenyum seraya mengelus kepala Karin.

"Kamu tuh nggak boleh kerja mulu. Tubuh kamu juga butuh istirahat."

"Aku kerja kan buat kamu sama anak-anak kita nanti."

"Buat apa punya banyak uang kalau kamu nya sakit? Aku nggak apa-apa hidup pas-pasan, asal kan kamu nya sehat."

"Duh.. So sweet nya istri mas."

Karin mengulum senyum. "Mas.. Kalau misalnya aku sekarat, trus cara nyelamatin aku itu, kamu harus nyium Zhea, kira-kira kamu bakal ngelakuinnya nggak?"

Ya Allah. Cobaan apalagi ini? Batin Gio.

"Mas jawab ih."

"Aku lebih milih sekarat sama kamu."

"Nggak bisa gitu, mas. Dia pilihannya cuma dua, milih nyium Zhea atau biarin aku sekarat? Aku ganti deh, buat nyelamatin aku, satu-satu nya cara yaitu kamu harus nyium Zhea sama Zakia. Kamu bakal lakuin atau nggak?"

"Nggak ada pilihan lain?"

"Aku tambah lagi deh, kamu harus nyium Zhea, Zakia, sama Sherly."

Gio terkekeh mendengarnya. Perempuan selalu mencari cara untuk menyakiti dirinya sendiri. Dan selalu mencari cara agar pertengkaran selalu terjadi. Salah satu contohnya ialah pertanyaan Karin.

"Jangan ketawa ih, jawab dulu."

"Aku nggak bakal nyium mereka, sayang."

"Jadi kamu biarin aku sekarat? Kamu nggak bakal nolong aku dong?"

"Aku lebih baik mati dari pada nyium cewek lain."

Karin tersenyum mendengar jawaban Gio. Jawaban sesederhana itu mampu membuat pipi Karin bersemu merah.

"Kamu kebanyakan nonton konten tiktok nih. Ngasih pertanyaan yang aneh-aneh aja." Gio mencubit hidung Karin.

"Yee biarin. Aku gabut tau dirumah mulu."

"Nanti kapan-kapan kita liburan ya."

"Bener ya mas."

"Iya sayang."

DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang