Noah dan Maxime sudah di jebloskan ke penjara oleh Fathir. Mereka ternyata masih memiliki ikatan darah, yakni Noah adalah keponakan dari Maxime.
Fathir tidak menyangka jika salah teman teman dari putra bungsunya itu ialah kerabat dari orang yang telah berkhianat kepadanya dulu.
Lima tahun yang lalu, Fathir memiliki kontrak kerja sama dengan seorang pengusaha muda bernama Maxime. Fathir sangat yakin kalau kerja sama kali ini akan sangat menguntungkan mengingat perusahaan Maxime juga gak kalah suksesnya.
Namun setelah tiga bulan berjalan kebohongan dan kejahatan Maxime terungkap. Orang itu sudah menggelapkan hampir semua dana pemasukan dadi kerja sama itu. Menjadikan Fathir mengalami kerugian yang sangat besar.
Oleh karena itu, Fathir memasukkan Maxime ke dalam ruang penjara karena akibat tindakannya tersebut.
Maxime mendekam di penjara selama hampir 4 tahun. Hingga suatu hari ketika dirinya dinyatakan bebas, ia bertekad akan membalaskan dendamnya pada anak-anak Fathir. Dan perihal Noah menjadi siswa baru dan satu sekolah dengan Rahsya, hal itu termasuk dari semua rencana busuk Maxime.
Fathir masih memikirkan kejadian itu hingga sebuah pergerakan kecil dari jemari yang digenggamnya perlahan terbuka membuat ia kembali dari lamunannya.
"Adek! Dengar Ayah dek?" Kedua mata Rahsya masih nampak berusaha untuk terbuka. Tak lama dari itu, kedua netranya terbuka meskipun masih dengan binar yang redup.
Mulut mungil Rahsya terlihat ingin mengucapkan sesuatu. Namun anak itu terlihat sangat kesakitan efek selang ventilator yang baru saja dilepas pagi tadi.
"Makasih dek, makasih jagoan Ayah. Adek hebat" pria itu tak henti-hentinya mencium kening serta pipi sang putra. Ia sangat senang karena putra bungsunya yang terpejam selama tiga hari itu dapat kembali.
"A-ayah" setelah beberapa detik, akhirnya ia dapat mengucapkan sepatah kata meskipun terbata.
"Iya sayang, ini Ayah. Adek hebat, Rahsya jagoan Ayah" tidak terasa air mata Ayah menetes hingga membasahi kedua pipi pria itu. Bukan air mata kesedihan namun air mata bahagia.
Tangan Rahsya yang terbebas dari infus terangkat untuk mengusap air mata yang membekas di pipi Ayah. Namun pergerakannya terhenti kala Ayah menuntun tangan itu untuk kembali digenggamnya.
Ceklek
Suara pintu terbuka disusul dengan masuknya seorang wanita serta remaja yang masih mengenakan seragam sekolah ke dalam ruangan itu.
"Adekkkk!!!" Al dan Bunda sama-sama terkejut ketika melihat sosok itu telah membuka kedua matanya.
Lalu kedua orang itu berjalan mendekat ke brankar Rahsya dan Bunda langsung memeluk tubuh lemas itu.
"Bun-da".
"Iya sayang, ini Bunda. Adek hebat, makasih sayang" wanita itu juga sama, menciumi kening serta kedua pipi sang putra. Meskipun ada nassal canula yang bertengger di hidung mancung putranya, ia masih tetap mencium kedua pipi Rahsya dengan berhati-hati tentunya.
"Dek, jangan tidur lama-lama lagi ya." Al yang duduk ditepian brankar menggenggam jemari Rahsya yang terlihat kecil di tangannya.
Rahsya hanya mengangguk kecil dan tersenyum. Lalu tak lama, seorang Dokter dan perawat masuk ke dalam ruangan itu.
o0o
Alvaro kakaknya Rahsya.
Gib, Rahsya udah bangun.Okeeeee
Otw gueee.Gibran yang baru saja selesai bermain basket bersama kedua sahabatnya langsung bergegas menuju parkiran sekolah agar dapat cepat sampai ke rumah sakit. Bahkan mereka tidak berganti pakaian terlebih dahulu. Masa bodoh dengan Al yang mungkin akan mengusir mereka karena bau keringat.