21

642 65 1
                                    

Setelah beberapa hari Rahsya mendekam di rumah, akhirnya hari ini ia sudah diperbolehkan sekolah. Meski dengan puluhan aturan yang ditetapkan Ayah, namun Rahsya seolah abai. Yang penting ia dapat kembali sekolah pikirnya.

"Kalo udah capek gak kuat di kelas, langsung ke UKS atau ke ruangan Ayah. Jangan paksain tubuh Lo!" Sejak tadi Al tidak berhenti untuk mewanti-wanti Rahsya agar tidak kecapean.

Iyaaa, bawel ihh. Udah cepetan berangkat" balas Rahsya sambil memakai jaket denim nya.

Kedua remaja itu lalu berpamitan kepada orang tua mereka. Dan memasuki sebuah mobil yang akan dikendarai oleh Al.

Di dalam mobil, hanya ada keheningan diantara kedua lelaki tampan itu. Hingga panggilan dari Rahsya memecah kesunyian dalam kendaraan itu.

"Kak".

"Kenapa dek?".

"Emmm, seneng deh bisa sekolah lagi. Waktu gue kemo, gue ngerasa udah gak kuat. Gue juga mikirnya pasti udah gak bisa sekolah lagi. Tapi ternyata--".

"Tapi ternyata Lo lebih kuat dari itu dek. Makasih ya" ucapan Rahsya langsung dipotong oleh Al. Namun kali ini Rahsya tidak marah karena ucapannya dipotong begitu saja, namun ia malah tersenyum manis.

"makasih buat apa?" Tanya Rahsya yang bingung dengan ucapan terima kasih dari kakaknya.

"Makasih udah tetap bertahan. Gue sayang sama Lo, Lo tau kan?" Balas Al lalu tangan kirinya terjulur untuk menggenggam tangan Rahsya yang berada didekatnya."Sama-sama. gue juga sayang sama Lo kakak gue yang paling bawel" ucap Rahsya lalu mendapat cubitan gemas oleh Rahsya di pipinya.

Setelahnya, keheningan kembali menyelimuti dua insan itu hingga mobil mereka memasuki area sekolah.

o0o

Rahsya berjalan menuju kelasnya dengan diantar oleh Al. Sesekali kedua lelaki itu tersenyum ramah ketika ada beberapa murid yang menyapa. Padahal Rahsya dan Al tidak mengenali mereka semua tetapi kedua anak itu tetap membalas sapaan mereka dengan senang.

"assalamualaikum" salam Rahsya ketika baru saja masuk ke dalam kelas.

Seketika semua murid satu kelas diam dan langsung mengalihkan atensi mereka ke arah Rahsya. Gibran, Irsyad dan Angga langsung berlari menerjang Rahsya dengan sebuah pelukan yang sangat erat.

Al yang menyaksikannya hanya tersenyum kemudian mengacak Surai hitam Rahsya dan pamit untuk menuju kelasnya sendiri.

"Gue kangen banget sama nih bocil." Ucap Irsyad yang sedari tadi tidak melepas pelukannya.

Rahsya hanya tersenyum dan mengangguk dalam dekapan Irsyad.

"Lo kok gak bilang kalo hari ini mau sekolah." Ujar Gibran ketika Irsyad sudah melepaskan pelukannya.

"Sengaja, mau surprise ceritanya." Balas Rahsya dengan cengiran diakhir kalimatnya.

Ketiga sahabat Rahsya lalu mengangguk dan tersenyum, kemudian mereka memasuki ruang kelas ketika bel sekolah sudah berbunyi.

"Hai Nala" sapa Rahsya kepada seorang gadis yang duduk dibangku sampingnya.

Hai Sya, udah sembuh?" Balas gadis itu dengan tersenyum bahkan kedua pipinya sedikit bersemu merah.

"udah, kan didoain sama lo." Jawab Rahsya lalu tersenyum dan berjalan menuju ke tempat duduknya.

Tak tahukah Rahsya jika sekarang Nala tengah tersenyum tipis dengan kedua pipi yang sudah berubah menjadi semerah tomat.

o0o

Bel pulang sekolah telah berbunyi sepuluh menit yang lalu, namun keempat remaja itu masih duduk tenang di kelas. Karena mereka memang tidak suka berdesak-desakan ketika berjalan menuju parkiran. Kali ini ketiga teman Rahsya berkeinginan untuk bermain di rumah Rahsya. Mereka berkata tidak mau pulang ke rumah dahulu melainkan langsung ke rumah Rahsya.

Rahsya membuka ponselnya ketika ada suara pesan masuk yang dirinya tau jika itu dari sang kakak.

Kak Alvaro.
Lo dimana?
Kakak samperin ke kelas ya.

Sorry kak, Lo duluan aja.
Gue bareng Gibran sama yang lain.

Oke.
Langsung pulang!

Rahsya tidak membalas lagi pesan dari sang kakak. Ia terlalu malas jika sifat overprotektive Al mulai muncul.

Kini anak itu berjalan keluar kelas diikuti oleh ketiga sahabatnya. Kali ini yang membawa mobil hanya Gibran, jadi tanpa menunggu waktu lama mereka langsung masuk kedalam mobil itu dengan Angga yang berada dibalik kemudi.

Mobil merah itu keluar dari gerbang sekolah dengan kecepatan pelan. Ketika melewati sebuah halte yang terletak tidak jauh dari sekolah. Rahsya melihat seseorang tengah duduk sendiri dengan pandangan yang fokus terhadap ponselnya.

"Stop dulu!" Reflek Angga menginjak pedal rem dengan spontan. Awalnya Angga tidak mengerti mengapa Rahsya mendadak ingin menghentikan mobil. Namun ketika Angga melihat siapa yang duduk di bangku Halte sendirian, ia langsung paham.

"Kena--".

Belum sempat Gibran menyelesaikan ucapannya, Rahsya langsung membuka pintu mobil dan berjalan ketempat orang itu.

"Liat noh!" Ujar Angga ketika Rahsya sudah keluar dari mobil.

Ketiga remaja itu lalu tersenyum melihat teman mereka yang sepertinya sudah mengerti tentang cinta.

"Pantesan".

o0o

"Nungguin siapa?" Ucap Rahsya tiba-tiba ketika sudah duduk di samping orang itu.

Orang itu mendongak dan menghadap ke arah Rahsya. Senyumnya kamu mengembang dengan semu merah yang perlahan muncul di kedua pipinya.

"Rahsya, kok Lo disini?" Orang itu Nala. Dirinya terkejut karena ternyata orang yang tiba-tiba duduk disampingnya adalah Rahsya.

"Gue mau pulang sama temen-temen, tuh mobilnya Gibran. Lo sendiri, kenapa masih di sini?" Balas Rahsya.

Nala menganggukkan kepalanya paham. "Gue nungguin ojol." Jawab Nala dengan sesekali mengecek ponselnya.

"bareng gue aja sama anak-anak. Dari pada lama nunggunya" ucap Rahsya dengan menatap lekat kedua manik cantik Nala.

"Ah? E-em gak usah. Paling bentar lagi datang" balas Nala kikuk. Sungguh saat ini ia merasa seluruh persendiannya kaku serta lidahnya  kelu. Nala yakin pasti sekarang kedua pipinya sudah berubah menjadi merah tomat.

"Kalo gak mau gak papa. Tapi gue cuma mau bilang, jangan nunggu sesuatu yang gak pasti. Nanti kalo gak Dateng, nyesel banget." Ujar Rahsya dengan senyuman khasnya. lalu anak itu kembali masuk ke dalam mobil Gibran. Menyisakan Nala yang mematung ditempat karena ucapan Rahsya.

Sesampainya di dalam mobil, Rahsya langsung menyenderkan tubuh dengan tangan yang memijat pelan kepalanya. Ketika lelaki yang lain hanya diam lalu Angga mulai melajukan mobilnya dan Gibran dengan sigap memijat pelan kepala Rahsya.

Gibran tau jika sekarang Rahsya pasti sedang merasakan sakit pada kepalanya. Namun anak itu tak akan langsung mengaku jika yang dirasakannya masih dapat ia tahan.

o0o

Karunasankara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang