Al sudah sampai di rumah terlebih dahulu. Ia juga sudah bertanya pada satpam rumah apakah Rahsya sudah pulang atau belum. Namun kata pria itu dirinya belum melihat kedatangan Rahsya.
Kemudian Al memutuskan untuk masuk ke kamarnya setelah diberitahu salah satu ART nya jika Bunda tengah berada di butik milik wanita itu.
Remaja itu sudah berganti pakaian berupa celana pendek serta kaos abu polos. Ia berjalan menuju ruang makan karena perutnya terasa kosong dan butuh asupan.
Baru saja Al menginjakan kaki di anak tangga terakhir, Rahsya beserta ketiga sahabatnya berjalan dari pintu utama dan hendak menuju kamar Rahsya.
"Bunda mana kak?" Tanya Rahsya ketika sudah berhadapan dengan Al.
"Lagi di butik. Lo kenapa baru sampe?" Balas Al.
"Angga nyetir nya kaya siput." Jawab Rahsya mengarang lalu berjalan terlebih dahulu. Dirinya tidak mungkin memberitahu Al jika tadi ia sempat menemani Nala di halte sekolah.
o0o
"Kenapa gak langsung di tembak?" Ujar Gibran to the point ketika Rahsya baru saja keluar dari kamar mandi setelah berganti pakaian.
"hah?" Dahi Rahsya mengkerut bingung dengan pertanyaan Gibran. Irsyad dan Angga juga terkejut dengan pertanyaan aneh dari Gibran.
Gibran menghela nafas pelan lalu duduk diatas tempat tidur Rahsya.
"Nala, Lo suka kan sama dia?" Tanya Gibran dengan pandangan yang menatap lekat kedua mata Rahsya. Sedangkan Irsyad dan Angga memilih diam dengan kedua tangan yang tetap bermain game di ponselnya. Namun bisa dipastikan telinga mereka masih dapat mendengar percakapan Rahsya dan Gibran.
Rahsya berjalan mendekat ke arah Gibran. Lalu merebahkan tubuhnya disamping Gibran. Mengelus permukaan kasur yang terasa dingin dan menghirup udara sebanyak mungkin.
"Gue gak mau nyakitin Nala." Balas Rahsya dengan kedua mata yang memandang lurus ke atas.
"Nyakitin?".
"Lo bisa bayangin gak kalo misalnya gue nembak Nala terus kita pacaran. Tapi nanti tiba-tiba gue pergi gitu aja. Gimana perasaannya Nala?" Ucap Rahsya sendu.
"Gue gak suka Lo ngomong gitu, gue yakin Lo pasti sembuh." Angga yang semula asik dengan game nya kini sudah ikut duduk diatas kasur.
Rahsya hanya mengangguk ragu. Bahkan ia tidak yakin dengan dirinya sendiri apalagi dengan orang lain?
Anak itu kemudian menutup kedua maniknya hingga tak lama dengkuran halus terdengar darinya.
o0o
Al memasuki kamar Rahsya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu tentunya. Kedua matanya langsung menangkap sosok Rahsya yang masih berkutat dengan buku serta pulpen di genggamannya.
Setelah makan malam tadi Rahsya bergegas masuk ke kamar padahal anak itu hanya sedikit memakan makanannya.
"Dek" panggil Al yang langsung mengundang tatapan dari Rahsya.
Rahsya hanya mengangguk lalu kembali fokus dengan buku yang ada di meja belajarnya. Menutup buku itu lalu menyimpannya pada laci.
"Udah jam segini kok belum tidur?" Al melihat sekilas jarum jam yang sudah menunjukkan angka 9 lebih.
"Tadi habis nugas." Balas Rahsya lalu anak itu bangkit dari duduknya.
Sssshhhh.
Namun tiba-tiba anak itu meringis pelan dengan sebelah tangan yang memegangi kepalanya.
Dengan sigap Al menghampiri adeknya dan menahan tubuh itu agar tidak terjatuh. Al menuntun Rahsya untuk berjalan menuju kasur yang jaraknya hanya beberapa langkah saja.
Hingga di langkah kedua Rahsya meluruhkan tubuhnya karena rasa sakit yang mendera di kepalanya serta lemas menguasai kedua kakinya.
"Astaghfirullah!!! Adek!!" Al terkejut kala melihat adeknya yang tiba-tiba terjatuh dengan kedua tangan menarik-narik beberapa helai rambutnya.
Laki-laki itu memeluk tubuh ringkih Rahsya dan menahan anak itu untuk tidak menjambak rambutnya sendiri.
"Dek tenang, jangan dipukul. Jangan dipukul kepalanya." Al kalut, bahkan saat ini seluruh tubuhnya bergetar hebat dengan kedua tangan yang tetap mendekap erat tubuh adeknya.
"Sa-kit kak kepala a-dek s-sa-kitt" sebuah kristal bening terjun dari kelopak mata Rahsya yang terlihat memerah. Bahkan sedari tadi Rahsya terus mengigit bibir bagian dalamnya untuk menyalurkan rasa sakit yang tiada henti menghujam tubuhnya.
"AYAHHH!! BUNDA!!" Al berteriak keras untuk memanggil kedua orang tuanya. Untung saja tadi ia tidak menutup pintu kamar jadi kemungkinan Ayah dan Bunda akan mendengar teriakannya.
Rahsya masih bergumam tidak jelas dengan air mata yang turut menghiasai kedua pipinya yang memerah. kedua mata anak itu juga sudah terpejam meskipun sebenarnya Rahsya masih berada diambang kesadaran.
"Adekkk!!!" Kedua orang tua itu berlari menerjang kedua anak mereka yang salah satu sedang berjuang untuk tetap bertahan.
Sang Ayah bergerak cepat dengan mengangkat tubuh Rahsya lalu membawanya berlari menuju pintu utama dan memanggil sopir pribadi untuk mengantarkannya ke rumah sakit.
"Adek bertahan ya, kita obatin adek biar gak sakit." Rahsya masih mendengar samar ucapan Ayahnya kala dirinya berada dalam gendongan pria itu. Hingga perlahan kedua matanya benar-benar tertutup rapat dan kesadarannya menghilang.
o0o
Pukul 23.00 WIB.
Remaja tampan itu masih asik dengan pejamnya. Mungkin sampai esok, karena kata dokter. Rahsya masih terlelap karena pengaruh obat tidur.
Satu jam yang lalu mereka sampai di rumah sakit. Dan pada tim medis langsung membawa Rahsya ke dalam UGD. Bahkan anak itu sempat kejang saat dokter tengah menanganinya.
Dan sekarang Rahsya masih tertidur dengan Al serta Bunda yang setia menemaninya. Sedangkan Ayah sedang pulang untuk mengambil beberapa keperluan Rahsya di rumah sakit.
Sebenarnya Bunda dan Ayah sudah menyuruh Al untuk pulang karena besok anak itu harus sekolah. Namun remaja itu menolak dengan alasan masih ingin menunggu adeknya untuk bangun. Padahal ucapan sang dokter tadi mengatakan bahwa kemungkinan Rahsya akan bangun pada esok hari.
"Lo bikin gue jantungan mulu" ujar Al yang dari tadi terus memainkan jemari Rahsya.
"Kalo gitu caranya, lama-lama gue bisa mati jantungan gara-gara liat kondisi Lo yang naik turun." Al masih asyik berbicara sendiri tanpa ada yang menjawab.
Sedangkan Bunda, wanita itu sudah tertidur di sofa yang berada di pojok ruangan.
Untuk kesekian kalinya, bolehkah Al meminta agar Tuhan tetap mempertahankan adeknya? Ia hanya tidak ingin sosok itu pergi darinya. Ia tak mau jika harus menjadi anak tunggal.
o0o