Mungkin inilah waktunya
Mungkin inilah saatnya
Aku mengerti rasa sesal
Saat ada yang pergi menghilang… Kau datang mengukir luka
Yang sayang 'tuk dilupakan
Kau pergi tanpa mengajarkan
Cara 'tuk merelakan mu“Kesalahan paling fatal bagi gue adalah ketika gue menemukan orang yang berlagak sok sempurna di dunia ini dan ngeremehin orang yang punya kekurangan di dunia.” Kalana Meyyisha.
“Gue mungkin suatu saat akan nyesel sama ucapan gue ke lo”, Danendra Faiki.
***
Sudah beberapa hari ini Meyyi selalu memikirkan ucapan Iki hari itu. Sakit. Jelas tak perlu ditanya soal itu. Hati Meyyi sudah sangat rapuh mengingat semua itu.
Jadwal daring-luring masih berjalan di sekolahnya. Meyyi sudah mengirimkan tugasnya via online pada gurunya. Ia sedang membaca wattpad sekarang. Melihat Reva dan Maya yang sibuk mengunyah mie instan sambil fokus menonton drakor di tv.
Entah sudah berapa hari Meyyi tidak berkomunikasi dengan Iki. Selepas kejadian hari itu, Meyyi tak ingin berkomunikasi dengan Iki begitupun sebaliknya.
“Hoooooo.... tuhan ku cinta diaaaaa ku ingin bersamanya.... ku ingin habiskan.. mie ini tanpa kamu minta..... houoooo”, sudah berapa kali Maya menyanyikan lagu yang sama. Hanya bagian ujung yang selalu ia ganti. Bosan mendengar itu, Reva menyumpal mulut Maya dengan kerupuk udang. “Ihwww, rewwpwa gwuuwee lwaagwii nywaanywii iwwwww”, sebal Maya. Melihat itu, Reva hanya meliriknya sinis.
***
“Ah anjir masa lost streak mulu si dari tadi anjir emang Estes jelek banget tai”. Dafa dengan raut wajah sebal nya mencak-mencak di depan teman-temannya.
“Lo nya aja yang ga bisa main Estes, noob”. Alvi sengaja mengompori Dafa yang sedang kesal disana.
“Emang enak pake Alu jir”.
“Alah noob”.
“Itu namanya hari ini bukan hari keberuntungan gue Al”.
“Hari apa sih lo beruntung?”.
“Babik lo”.
“Ya emang salah?”.
“Hari dimana gue punya cewek yang bisa di pamerin”.
“Siapa dah yang mau sama lo Daf?”.
Tak ingin kedua temannya ribut, Iki secara tiba-tiba menunjukkan layar handphone nya. Terlihat wajah seorang gadis sipit yang tengah berpose dua jari.
“Cakep kan cewek gue?”, sombong Iki. Ya. Mereka sudah berpacaran sejak dua hari yang lalu selepas kejadian itu. Dafa memalingkan wajahnya setelah melihat foto Tasya di handphone milik Iki. “Alah, percuma cantik kalo bisa ngubah lo jadi kayak gini Ki”. Lanjut dengan permainannya, Dafa sedikit melirik Alvi.
“Jangan sesali apa yang udah lo pilih ki.” Alvi menasehati. Menatap wajah Iki yang sepertinya tidak peduli dengan ceramah temannya itu.
“Kenapa gue harus nyesel kalo gue sekarang jadi suka sama Tasya. Dia bener bisa obati luka gue. Luka yang berhasil dibuat sama dia”. Jelas kalian tau, dia yang Iki maksud adalah Kalana Meyyisha.
“Hmm... bagi gue lo cuma jadiin Tasya sebagai penyembuh Ki. Padahal sebenernya jelas bukan lo yang sakit disini, tapi Meyyi. Jujur gue aja masih terngiang sama omongan lo di kantin waktu itu, sampe buat Meyyi bilang kalo dia ga akan pernah anggap kalo pernah kenal sama lo lagi. Dia nangis tapi lo tetep biasa aja. Aneh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
01.03
Teen FictionPernah mendengar ucapan orang "sejauh apapun lo maju, orang lama tetap pemenangnya"?. Senyuman itu, yang selalu terpikirkan di kala senja di iringi gemercik hujan rintik sore hari. Tawa itu, yang selalu terdengar saat diri ini tertawa dengan yang la...