CHAPTER 13-Baikan

8 1 0
                                        

"Entah ini bener atau salah, tapi gue akan selalu menjadi garda terdepan di saat lo kembali ke dia. Walaupun itu sakit."

"Tapi lebih baik gue mundur sebelum dia kembali ke lo ataupun sebaliknya. Karena gue tau, sejauh apapun gue melangkah untuk jadi garda terdepan atau pendukung lo, tetep aja yang lo mau adalah dia bukan gue."

***

Hari ini Meyyi dan Tasya menunggu pengumuman terkait event yang mereka ikuti. Jam 12:59. Waktu pengumumannya jam 13:00. Satu menit lagi mereka akan mengetahui siapa dan apakah mereka akan masuk ke dalam tiga besar yang di umumkan. Ting. Pesan masuk dari handphone milik Meyyi dan Tasya. Dengan segera, mereka membuka handphone nya dan melihat pengumuman yang tertera.

"Selamat kepada Kalana Meyyisha sebagai juara terbaik 1. Semoga kamu bahagia disana ya!!".

Bergembira, hatinya sangat bahagia. Sedang disisi lain, Tasya menatap sedih, namanya tidak ada di deretan list pemenang. Ia menatap Meyyi lalu tersenyum. "Selamat ya Mey, lo keren". Meyyi tersenyum lalu dengan refleks memeluk Tasya. Ia hendak menitikkan air mata nya tapi ter urung karena malu. Saat ini Tasya dalam dekapan Meyyi, tidak mungkin ia harus menangis di hadapannya. Melepas pelukannya, Meyyi menatap wajah Tasya yang tertunduk lesu, matanya sudah berkaca-kaca saat ini. "Ih jangan nangis dong, lo pasti bisa di kemudian hari, mungkin emang bukan saat ini lo bisa. Ayo dong masa cewek cantik nangis, nanti cantiknya hilang." Meyyi mengusap setitik air mata yang telah mengucur di pipi Tasya.

"Ayo dong syaa masa gini aja nangis, gue yakin kok event berikutnya lo bisa. Pasti bisa."

"Gue lebih sedih sama lo mey."

"Kok gue?".

"Kenapa sih lo baik banget sama gue, di saat gue jatoh kayak gini aja, lo bisa rangkul gue, tapi di saat lo butuh bantuan gue malah buat masalah lo jadi tambah banyak".

"Namanya juga proses Tasya, jangan pernah tinggalin apa yang udah lo lewatin begitu aja, tau kan, dibalik semua kesedihan pasti selalu ada kebahagiaan. Kita cuma perlu sabar".

Tasya memeluk kencang tubuh Meyyi. "Maaf ya, maafin gue udah selalu jahat sama lo", Isak tangisnya terdengar oleh Meyyi. "Hey, malu loh kita masih di sekolah". Meyyi mengendurkan pelukannya lalu beralih menghapus air mata Tasya yang terus mengalir. "Udah ah, lupain aja". Tasya tersenyum lalu sekali lagi mengucapkan kata 'maaf'. Mereka berbaikan kala itu juga. Tasya mengajak Meyyi untuk pergi ke kantin bersama sepulang sekolah. "Loh ngapain pulang sekolah kita ke kantin hahahaha mau bersih-bersih? Mendingan kita ke kedai taman kota aja yuk, lumayan ada WiFi gratis", mereka berdua tertawa lalu mengangguk.

Sebelum jam pelajaran di mulai, guru-guru mengumumkan lewat speaker sekolah mengenai event puisi tadi. "Selamat siang anak-anak, maaf mengganggu waktu belajar kalian, disini saya ingin menginfokan suatu pencapaian besar yang telah di raih teman kalian dan membanggakan nama sekolah. Kalana Meyyisha sebagai juara terbaik 1 dalan event puisi bertemakan perasaan. Keren ya, jangan lupa beri selamat kepada teman kalian". Semua siswa-siswi bertepuk tangan suka ria. Tak sedikit yang mengucapkan selamat pada Meyyi di kelasnya.

"Anjay, traktiran skuy balik sekolah", ucap Reva yang jelas anak satu kelas Meyyi. "Bolehhh, tapi pulang sekolah ini gue mau ketemu sama Tasya". Refleks Reva membelalakkan matanya menatap Meyyi. "Tasya cewenya Iki?", yang ditanya hanya mengangguk sebagai jawaban. "Lo ngapain ketemu sama dia bego?", tanya Reva. Tentu Meyyi sudah tau respon temannya akan kesal seperti sekarang. "Kita udah baikan, dia minta maaf ju-", ucapan Meyyi terpotong saat Reva memotong ucapannya dengan wajah serius. "Kapan? Waktu dia tau lo dapet juara satu dan dia ga dapet apa apa? Lo sadar ga kalo dia memanfaatkan keadaan kayak gini biar dia ga malu sama lo, ih Lo bego banget anjir kesel dah gue". Meyyi mendelik. "Jangan nethink lah jadi orang tuh, siapa tau dia emang mau benahi kesalahan dia, ayo lah Reva jangan simpen dendam sama dia". Reva membanting bukunya saat guru mata pelajaran datang. Ia tak mau membahas hal itu sekarang.

***
"Ih baju apa ya", pikir Meyyi. "Alah, se glamor apapun lo tetep di pandang perusak hubungan dia kok sama si bocah itu," kesal Reva. Maya sudah tau apa yang terjadi pada Reva dan Meyyi. "Kalo lo di apa-apain sama dia, langsung kabarin gue", celetuk Maya yang sebenarnya kesal juga. Ia melihat Meyyi dengan celana pendek dan baju kaos putih melekat di tubuhnya. "Udah lo kayak gitu aja, toh ga akan ke mall ini", sindir Reva. "Ih berisik banget sih lo. Bisa ga diem dulu? Gue lagi mikir nih mau pake baju apa", kesal Meyyi. Reva memutar bola matanya kemudian beralih memainkan handphone nya.

Meyyi sudah rapi dengan celana jeans pendek dan sweater berwarna peach ditubuhnya. Ia menata rambutnya hanya di cepol asal. Saat Meyyi sedang mengoleskan pelembab di wajahnya, handphone nya bersuara pertanda notifikasi.

Lanoo
ppp
ayo main, gaada penolakan gue depan rumah lo
hehehe

Meyyi mendecak kesal. Ia mengoleskan sedikit lip balm di bibirnya lalu berlari keluar rumah. "Gue mau ketemuan sama Tasya di kedai kopi taman kota, lo mau ikut aja atau mau nunggu gue ketemu dia dulu?", tanya Meyyi. Lano menyunggingkan senyum manis nya pada Meyyi kemudian mengangguk. "Ikut aja, tenang gue ga akan nguping pembicaraan kalian, gue bakal scroll tik tok sampe mampus. Lumayan WiFi gratis", kami tertawa. "Hahaha sama sih, gue juga abis itu mau abisin WiFi disana", mereka tertawa lagi kedua kalinya. "Yaudah ayok naik nyonya", Lano menurunkan step motornya.

***

"Lo mau kemana bro? Wangi amat?", tanya Dafa. Iki memakaikan jaket jeans berwarna hitam untuk menutupi kaos putihnya. Dengan celana hitam selutut melekat padanya. Ia mengambil topi hitam lalu memakainya. "Gue mau ngobrol sama Tasya", jawabnya. "Nge-date nih?", sindir Alvi. Mereka semua sedang berada di rumah Iki. Tentu Iki yang mengundang mereka untuk datang. Awalnya mereka akan Mabar Mobile Legends disana, tapi harus sirna karna Tasya yang secara tiba-tiba meminta untuk bertemu di kedai kopi taman kota.

"Jadi gimana? lo mau tetep lanjut hubungan sama dia?", tanya Dafa. Alvi yang ingin tahu langsung melirik ke arah Iki. "Mungkin ini hari terakhir gue date sama dia", jawaban Iki membuat kedua temannya tercengang. Tak ingin di tabrak pertanyaan lagi, Iki memilih untuk segera pergi ke tempat yang di tuju.

Iki berjalan setelah berhasil memarkirkan mobilnya, menelusuri jalan menuju kedai. Di pojok sana, ia melihat Tasya dengan dress biru langit yang anggun. Gadis itu selalu tampil cantik dan imut. Tasya selalu memakai baju berwarna cerah, menampakkan kesan ceria padanya. Rambutnya ia biarkan tergerai dengan jepitan berwarna senada dengan bajunya. Iki menghampiri gadis itu. Tasya tersenyum menatap kehadiran Iki. "Aku mau ajak kamu ketemu sama seseorang loh", ucapnya. Iki tersenyum "siapa?". "Rahasiaaa", senyum ceria ini, senyum yang mengisi kekosongan hatinya, bagaimana Iki bisa semudah itu untuk akan mengatakan kata putus padanya. Sepuluh menit berlalu, Iki melihat seseorang datang menghampirinya dan Tasya. Tasya tersenyum lalu memanggil pasangan itu. Hatinya seperti di tusuk untuk kedua kalinya.

"Kenapa gue harus menjadi penonton pasangan ini? Kenapa gue harus ada disini? Kenapa Tasya mau gue ketemu dia? Dan kenapa dia harus bawa si brengsek ini?", batinnya.

01.03Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang