“Perihal siapa yang datang pertama, mungkin memang ia pemilik nya pikirnya. Tapi aku bisa merubah nya dengan sebuah ikatan antara aku dan dia. Jika dia mau.” Dafa geming.
“Gue memang ga bisa ubah lo. Tapi gue bisa ganti lo, mungkin.” Kalana Meyyisha.
***
“AH EMANG LO NYA GAK BISA MAIN PAKE NANA”.
“Yehh lo noob, baru main sekali langsung mati tujuh kali. Malu malu in lawan, mana lawan kita anak sd”.
Cowok itu menatap kedua temannya yang sibuk dengan dunia game nya. Sudah ke empat kalinya mereka bertengkar sejak bel istirahat tadi. Sudah empat kali juga mereka berbaikan dan melanjutkan game. Cowok tinggi itu duduk di salah satu kursi kantin pojok bersama temannya. Ia meminum es cekek berasa jeruk ditangannya. Sedari tadi juga, sambil menunggu temannya selesai bermain game, ia hanya melamun entah apa yang ia pikirkan.
“Dafaaaa... ganteng banget sih...”, goda salah satu cewek yang menghampiri cowok yang sedari tadi melamun. Ya, Dafa. Dafa hanya melirik sekilas menatap cewek yang berdiri di hadapannya sambil mengedipkan matanya genit. “Dafa aku boleh minta nomor wa kamu gak?”. Dengan cepat Dafa menggeleng. Dafa bebas melakukan apa yang dia mau, jelas semua cewek seperti penggoda akan menurut pada Dafa. Kebanyakan mereka yang menggoda Dafa hanya untuk memanfaatkan uangnya. Dafa orang yang jelas jelas ber-uang, tak salah bila cewek-cewek penggoda minat mendekati nya walaupun wajah Dafa tidak setampan Iki. Tingkat ketampanan Iki mungkin bisa dibilang nomor dua di sekolah. Nomor satunya pak Ilham. Guru olahraga di sekolahnya.
“Daf dari tadi lo ga join ML sama kita, ayolah join sekali aja”, ajak Iki.
Dafa dengan cepat menggeleng. Ia memutuskan untuk pergi meninggalkan kedua temannya yang tetap asyik dengan game nya. Dengan jalannya yang santai, kedua tangannya di masukkan ke dalam kantong celananya. Tidak sekali cewek cewek di sekolahnya menggoda Dafa hanya untuk memikat hati dan lebih tepatnya, hartanya. Dafa akan selalu acuh dengan semua cewek di sekolah ini, kecuali satu yang selalu melekat di hatinya.
Dafa menghela nafas melihat dua orang yang sedang mengobrol di koridor kelas. Ia menatap keduanya sengit. Ia tampak kesal melihat mereka berdua.
***
“Ibu maaf, saya baru buat satu bait tau buu”, rengek Meyyi pada bu Lilis. Bu Lilis hanya tersenyum. “Gak apa apa nak, ibu percaya sama kamu”. Meyyi tersenyum bangga dengan kesabaran gurunya yang satu ini. Tasya menatap Meyyi sekilas lalu kembali berfikir mengenai puisinya. Puisi Tasya sudah mencapai bait terakhir. Sekilas Meyyi sempat melihat judul puisi Tasya adalah “Pereda kelamnya luka”. Meyyi tau jelas apa yang di maksud Tasya dalam puisi itu. Sungguh ini sangat lucu. Meyyi dan Tasya jelas menceritakan satu sama lain. Dimana Tasya yang menceritakan Meyyi dalam puisi nya dan Meyyi yang menceritakan Tasya dalam puisinya.
Pulang sekolah Meyyi sudah berjanji dengan Lano untuk bertemu di kedai kopi. Lano menepati janjinya. Tibanya Meyyi di kedai kopi, Lano sudah duduk di salah satu kursi di dekat jendela. Ia mendongak mendapati Meyyi yang berjalan ke arahnya. Dengan senyum manisnya ia mempersilahkan Meyyi untuk duduk di hadapannya.
“Jadi gimana nih, apa yang harus gue bantu?”, Lano dengan suara lembutnya melirik Meyyi. Meyyi menyerahkan bukunya membiarkan Lano membacakan puisi miliknya. Lano tersenyum kemudian menuliskan beberapa kata dalam puisi itu. Menyerahkannya pada Meyyi, membiarkan ia membacanya.
Segelintir asa yang terlena
Bisakah kau kembali demi cinta
Cerita kita belum selesai dalam rotasi waktu yang fana
Sudikah kau si “orang yang hilang?”Meyyi tersenyum membaca bait kedua puisi itu. Ia tak membayangkan bahwa Lano bisa merangkai kata-kata juga. Ia menatap Lano kemudian tertawa. “Ternyata bener bisa buat puisi?”. Lano mengacak rambut Meyyi. Meyyi dengan kemeja stone nya dan celana pendek hitam yang melekat di tubuhnya juga rambut yang ia kepang dua tadi saat di rumah . Ia menatap Lano sebal. Akibat dari Lano mengacak rambutnya, tataan rambutnya sudah berubah sekarang. Meyyi memajukan bibirnya sebal. “Ishh kenapa harus rambut sihhhhh sebel banget”. Lano tertawa melihat ekspresinya.
“Haha maaf, abis gemes”.
Meyyi memutarkan bola matanya. Kemudian membuka handphone nya untuk memfoto suasana di kedai kopi dan mempostingnya di sosial media. Sepuluh menit setelah memposting foto itu, sebuah notifikasi muncul di layar handphone nya. Seseorang menyukai postingannya. Melihat nama akunnya, Meyyi mengernyitkan dahinya. Dafa.
Tak memikirkan itu, Meyyi lebih memilih melihat Lano yang sibuk dengan tugas bahasa Inggris nya. Lano pecinta bahasa Inggris kelas kakap sepertinya. Bisa-bisanya ia mengerjakan tugas bahasa Inggris yang selalu menumpuk itu, pikirnya.
“Kenapa sih ngeliatin gue? Ganteng ya?”.
“Ih pede banget sih”.
Kesal akan hal itu, Meyyi memutuskan untuk scroll aplikasi tik tok nya. Lima belas menit berlalu, Lano menatap wajah Meyyi yang masih asyik scroll tik tok dengan WiFi gratis dari kedai. Lano tertawa sekilas. “Mau ke pasar malam di kota gak?”, ajak Lano. Meyyi langsung beralih menatap Lano. Matanya berbinar, jelas ia sudah mengangguk sejak tadi. Bagaimana bisa lelaki ini mengajaknya ke suatu tempat yang menyenangkan baginya.
Disana mereka hanya menikmati wahana bianglala dan ombak laut. Sisanya hanya jajan jajan di sekitar pasar malam. Lano juga bermain permainan yang mempertaruhkan boneka sebagai imbalannya. Kelima kali memainkan permainan itu, akhirnya Lano mendapatkannya dan tentunya di berikan pada Meyyi. Malam itu Meyyi sangat bahagia. Sadar besok masih jadwal sekolah, mereka pulang.
“Habis darimana tuh?”, tanya Reva dengan balutan masker berwarna hijau di mukanya. Meyyi tersenyum memberikan sekantong plastik cilor yang ia beli tadi bersama Lano. “Dari pasar malem sama Lano”, jawab Meyyi. Reva hanya mengangguk karena ia sudah tau sejak tadi siang.
“HAH? LANO? DALANO MAYUPH EH SIAPA TUH?”, teriak Maya terkejut. “Eh lo lagi pup ya pup aja, pake teriak segala dari sana kayak ga berisik aja”, bentak Reva. “Eh berisik lo juga, udah gak usah marahin gue nanti masker lo pecah nyalahin gue”.
“Iya gue ke sana sama Lano, kenapa May?, tanya Meyyi. Yang di tanya tak menjawab. Entah tidak kedengaran atau memang tak mau menjawab.
![](https://img.wattpad.com/cover/362261361-288-k539187.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
01.03
Teen FictionPernah mendengar ucapan orang "sejauh apapun lo maju, orang lama tetap pemenangnya"?. Senyuman itu, yang selalu terpikirkan di kala senja di iringi gemercik hujan rintik sore hari. Tawa itu, yang selalu terdengar saat diri ini tertawa dengan yang la...