CHAPTER 12-Ungkap

10 1 0
                                        

"Ga sepenuhnya lo akan selalu menang, tiap orang ada masanya. Tiap massa? Ada orangnya? Tapi kalau sepenuh massa di isi sama satu orang yang sama? Gimana?", Dalano Mayuph Sagaras.

"Tentang semua yang gue lalui, gue cuma menunggu 1 Maret tahun itu terulang lagi." Kalana Meyyisha.

***

Iki tersenyum menyimpulkan dirinya harus berbincang dengan Dafa hari ini. Iki menatap punggung Meyyi yang masih terlihat disudut matanya. "Gue seharusnya menyalahkan lo disini. Harusnya dari awal lo jangan lahir ke dunia ini Mey. Harusnya gue juga ga tertarik sama cewek se ngeselin lo. Kenapa juga lo bisa tarik gue dari semua sisi, kenapa senyum lo buat gue jadi teduh, kenapa mata lo menyimpan banyak ribuan tanya, kenapa bahasa lo selalu kasar, kenapa lo jarang ngomong sama lawan jenis, kenapa lo pinter di semua hal, kenapa lo punya daya tarik tersendiri? Kenapa?", pikiran Iki kalut. Ia memilih menelungkup kan kepalanya di atas meja. Menunggu bel masuk.

me
balik ini bilang ke Tasya Tasya itu kalo gue mau ngobrol sama dia.

Benar. Sepulang sekolah Iki menemui Tasya yang sudah menunggu di gerbang sekolah. Sebelum itu, ia melihat Meyyi berdiri di depan ruang kelasnya. Iki menghampirinya, membisikkan kalimatnya pada Meyyi. Iki tau ini gila, jelas sangat aneh baginya karena ini secara tiba-tiba. Tapi Iki tidak mau ia kehilangan Meyyi. Iki akan tetap mempertahankannya, walaupun Iki tidak mau hubungannya dengan Dafa menjadi berubah. Setelah mengatakan hal itu, Iki menghampiri Tasya. Gadis imut itu berdiri dengan buku tulis di tangannya. Ia tersenyum kala melihat Iki menghampirinya. Bagaimana tidak? Tasya menyukai Iki sejak Iki baru saja pindah ke sekolah ini. Sebenarnya rumor itu sudah beredar, Tasya memang blak-blakkan menyukainya. Tapi Iki jelas tidak akan pernah peduli. Niatnya, Iki hanya akan mengatakan ini pada Tasya, selepas itu ia akan kembali pada Meyyi dan menanyakan balasannya.

"Lo?", tunjuk Iki pada Tasya. Dibalas anggukan olehnya. "Jangan suka sama gue, gue suka sama orang la-".

"WOI DANENDRA FAIIIKKKK YU, NGAPAIN LO MOJOK-MOJOK", seseorang dari belakangnya berteriak. Ya. Dafa. Iki saat ini jelas ingin memukul wajah Dafa. Iki tau, Dafa sengaja melakukan itu karena ada Meyyi disana. Tatapan Meyyi dan teman-temannya sudah berpaling padanya dan Tasya. Apalagi melihat wajah Tasya yang membuat Iki kesal, bagaimana tidak? Dia sudah mesem-mesem sejak tadi. Iki tau, saat ini ia tidak akan bisa menjelaskan apapun pada Meyyi. Toh Meyyi bukan siapa siapanya.

Ia sudah pusing dengan perdebatan ini, teman-teman Meyyi sudah mengamuk padanya. Iki melihat Meyyi yang berjalan melaluinya. Pergi. Entahlah, mungkin ia pulang. "Dia juga ga akan peduli gue sama siapapun itu, dia gak mungkin suka sama gue kan haha", pikirnya. Setelah perdebatan selesai. Iki memutuskan untuk segera pulang, tapi tangannya di cekal oleh seseorang. Dafa.

"Jadi ini cara lo? Bisa ga? Cara lo ga perlu nyakitin hati Meyyi? Dia juga punya hati bangsat!". Bogeman mentah didapat oleh Iki di rahang kanannya. Iki mengaduh kesakitan. Menatap wajah Dafa yang penuh amarah. Senyuman tipis ter-ulas di wajahnya. "Ini masih disekolah Daf, ayo ke belakang sekolah". Iki berjalan menuju halaman belakang sekolah yang acak-acakan, diikuti oleh Dafa.

Iki sudah mendapat tiga bogeman mentah dari Dafa. Entah wajahnya sudah bagaimana sekarang. "Akhh.. muka gue udah bonyok bangsat, tambah aja sampe gue mati di tangan lo", umpat Iki sambil memegangi wajahnya yang sudah membiru dan mengeluarkan sedikit cairan berwarna merah. Dafa dengan nafas memburu menghentikannya. "Gue masih inget lo temen gue bego. Kalo lo mati, gue gak bisa nyogok nenek lo biar bisa lulus sekolah, gue masih inget nenek lo jasa terbesar sekolah", kesalnya. Iki mengusap cairan berwarna merah dari sudut bibirnya. Ia menatap Dafa yang masih membara dengan nafas tidak teraturnya. "Gue ga tau ini bakal buat dia sakit hati. Tapi, bukannya ini yang lo mau?".

"Gue se berusaha itu buat nutupin kalo gue ga terima lo bilang kayak gitu ke gue waktu di rumah gue. Tapi di saat lo udah tau apa yang gue lakuin sekarang, lo malah marah sama gue. Jelas-jelas tadi gue liat lo sengaja panas-panas in Meyyi biar dia kesel dan benci sama gue kan? Gue tau Daf, cara lo basi. Sekarang lo malah salahin gue?. Lucu. Dari awal gue emang ga mau punya temen, karena gue tau kalo soal kayak gini bakal rusak hubungan pertemanan. Keliatan kan? Jelas ini semua lo yang mau."

"Kali ini gue bener bener jadi palsu. Pendukung palsu!. Gue akan dukung lo di depan Alvi, tapi belakang dia? Ibarat gue nusuk lo. Udah lah. Persetan dengan urusan cewek. Lo buat gue juga kesel sama dia karena rusak persahabatan gue dan lo. Sekarang terserah lo, gue udah lepas dia. Gue akan turutin apa yang lo mau, gue akan deketin cewek yang suka sama gue walaupun gue gak suka sama sekali. Jangan buat orang yang lo suka, merusak persahabatan lo selanjutnya Daf. Silahkan lo deketin Meyyi sepuasnya, gue akan mundur, gue akan buat dia benci sama gue. Gue akan buat dia ga mau liat muka gue lagi daf."

Dafa mengusap wajahnya gusar. Ia menghampiri Iki yang sudah lelah dengan semua drama ini. Ia merangkul Iki. "Jangan buat dia jadi benci sama lo. Dia suka sama lo Ki.. gue tau dari temen-temennya. Gue juga selalu perhatiin dia kalo bercanda sama lo". Iki menatap wajah Dafa serius. "Tenang aja, habis ini dia ga akan suka gue lagi. Gue percaya dia bakal cepet lupain ini semua. Sorry Daf buat kita jadi kayak gini", Iki menepuk-nepuk pelan pundak Dafa.

"...."

"Hahahahah", mereka tertawa bersamaan. "Jangan kayak bocah lagi ya Daf, gue akan jadi garda terdepan kalo lo jadian sama dia", tawa lepas Iki terdengar jelas di telinga Dafa. "Soal lo mau deketin Tasya? Bener?", tanya Dafa kepo. Iki dengan cepat mengangguk. "Biar kalo lo sama Meyyi jadian, kita bisa double date tuh hahahah".

flashback off

Dafa menghampiri Iki. Ia menepuk bahu Iki pelan. "Ga akan ada yang bisa gantiin posisi lo di hati dia. Dia ga segampang itu untuk lupa seseorang Ki. Mungkin kali ini gue yang akan nyerah. Tapi jangan buat hubungan lo sama Tasya juga renggang".

Pikirannya berkecamuk. Hatinya semakin sakit jika mengingat kejadian itu. Iki harus merelakan Meyyi walaupun dia bukan siapa-siapanya. Iki harus berpura-pura mencintai sepenuh hati orang yang tidak ia sukai. Tidak. Jelas Iki mulai jatuh hati pada Tasya. Entahlah. Iki bingung dengan pikirannya sendiri. "Kenapa ini harus terjadi sekarang. Kenapa ga dari awal lo yang nyerah untuk gue Daf."

jadi? tanggal 1 Maret tahun itu adalah hari apa bagi Meyyi?

01.03Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang