CHAPTER 7- Untitled

10 2 0
                                        

Someone that I would trust
But how did I fail
To give you all the love that you deserve?
When you're the only thing that's worth
What life is worth
And I don't mind if you hate me

“Lagu yang selalu gue denger. Karena lo. Kalana Meyyisha.” Secret admirer.

“Ga akan ada yang bisa se bertahan itu sama gue”, Kalana Meyyisha.

***

Klik..

Pintu kedai terbuka. Reva yang ingin tahu, melirik ke arah pintu. Seorang lelaki berdiri disana dengan beberapa buku di tangannya. Reva mengenal wajah itu. Ganteng. “Ketua angkatan kita ga sih itu? Siapa sih namanya?”. Maya dan Meyyi serempak menoleh ke arah yang di maksud Reva. Maya dengan wajah yang tak peduli kembali mengerjakan tugasnya. “Iya ketua kita, namanya...”. Tentu Meyyi dan Reva menunggu jawaban temannya satu ini. “Ih bego. Gue nungguin. Siapa namanya?”, tanya Reva penasaran. Maya hanya melirik kemudian memberikan cengiran kuda. “Kalau ga salah namanya Dalano Mayuph Sagaras”.

“Anjir. Itu nama orang apa nama bangsawan, cakep amat”, sindir Reva sesekali melirik ke arah laki laki yang di maksud.

Di seberang. Yang di pantau oleh ketiga cewek itu sedang berjalan ke salah satu kursi. Memesan caramel latte satu gelas pada pelayan. Lelaki yang bernama Dalano Mayuph Sagaras itu membuka handphonenya. Membuka buku pelajarannya, lalu mengerjakan tugas.

Mata Meyyi tersihir pada sosok disana. Ia merasa lelaki itu membuatnya penasaran. Tersadar akan itu, Meyyi melanjutkan tujuannya kesini. Mengerjakan tugas sambil menghirup aroma kopi.

“Akhhh selesai juga deh”, imbuh Meyyi yang melakukan peregangan otot. Maya melirik sekilas kemudian meminum Matcha Latte nya yang mungkin rasanya sudah berbeda. “Tugas Bahasa Inggris emang bikin mabok. Guru stres. Mentang-mentang sekolah di rumah, di suruh kerjain 50 soal. Ga ngotak anjir”, gerutu Maya sebal. Reva mengangguk setuju. “Mau ke kamar mandi ah”.

Mata Meyyi lagi-lagi selalu tersihir oleh lelaki di ujung sana. Selalu penasaran apa dan siapa dia. Merasa diperhatikan dari seberang, Lano mencari seseorang yang sedari tadi memperhatikannya. Ia menangkap Meyyi yang sedang melihat ke arahnya. Lano tersenyum manis. Ia bangkit dari duduknya dan menghampiri Meyyi yang sedang berdua dengan Maya.

“Hai? Lo pasti ga kenal gue ya? Kenalin gue Dalano Mayuph Sagaras. Panggil aja Lano”, sapanya dengan seutas senyum yang terlihat sangat manis, dengan uluran tangan yang sopan. Meyyi mengulurkan tangannya membalas uluran tangan Lano. “Eh hai juga, g-gue Kalana Meyyisha. Panggil a..”. “Meyyi kan?”, ucapan Meyyi jelas terpotong karena Lano. Masih dengan senyum manisnya, Lano menatap Maya kemudian melambaikan tangannya.

“Eh kok tau nama gue? Gue ga terkenal loh”, tanya Meyyi penasaran. Karena baginya, ia tidak begitu populer, hingga harus terkenal di sekolahnya. Lano yang mendengar jawaban Meyyi sedikit tertawa. “Kata siapa lo ga terkenal? Satu sekolah bahkan guru aja kenal sama lo karena pinter dan karenaa...”, Lano tertawa sebentar kemudian melanjutkan ucapannya “karena Iki”. Meyyi mengangguk malu, mempersilahkan Lano untuk duduk namun Lano menolaknya.

Pulang dengan kelelahan yang cukup membuat diri ingin rebahan di atas kasur berhari-hari. Meyyi memakan camilan di atas meja. Membuka aplikasi WhatsApp di handphone nya karena merasa ada notif yang muncul.

+628***
Gue Lanooo!!!
Plis jangan unsave gue, eh maksudnya save gue yaaa....

Jelas Meyyi tertawa membaca pesan masuk dari Lano. Jemari tangannya menari di atas handphone nya untuk membalas pesan Lano. Terlebih dahulu ia menyimpan nomor Lano pada kontaknya.

01.03Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang