CHAPTER 25 - Lepas

11 2 0
                                    

"Kesempurnaan yang tiap orang miliki pasti menyimpan luka yang mendalam hingga ia dapat menciptakan kesempurnaan."

***

Dua minggu menjelang kelulusan. Meyyi mendapati info tentang Iki yang ternyata di belakangnya masih selalu berkomunikasi atau bahkan bertemu dengan mantannya, Tasya. Hati Meyyi memang sakit dan sehancur itu. Tapi ia berusaha tenang.

"Kehidupan gue udah sehancur ini untuk gue merasakan sakit di luar sana. Setenang ini tapi kepala gue selalu berisik. Hati gue gak akan pernah tenang kalo gue inget semua kejadian masalalu itu." Rintik hujan sudah beberapa menit lalu berhasil membasahi tanaman yang ada di halaman rumah Meyyi. Ia menatap ponselnya, melihat beberapa bukti tentang kelakuan kekasihnya di sana. Meyyi memang tidak tau apa tujuan mereka bertemu, tapi kenapa harus tanpa sepengetahuannya.

me
May, thanks info nya selama ini
btw besok gue mau ke sana deh, kayaknya gue mau selesain semuanya besok

Mayyaw
eh besok juga gue kesana kok
biar ada jadwal main dulu sama kalian hehehe
santai aja, kalo lo minta gue intel-in siapa pun itu gue akan jadi garda terdepan bersama Reva tentunya.

Meyyi menutup handphonenya. Seperti yang kalian baca, selama ini ia selalu mendapat info soal Iki dari kedua temannya. Apalagi Reva yang tidak pulang ke kampung halamannya dan memilih untuk tinggal disana. Lebih mempermudah dalam misi mencari info bukan?.

Meyyi menuruni anak tangga. Ia berjalan menuju ruang kerja Rodi. Mengetuk pintunya lalu masuk. Rodi yang sedang sibuk dengan laptopnya lantas mengalihkan matanya menatap tajam Meyyi di ambang pintu. "Pah, besok aku mau kesana lagi. Ada urusan yang harus aku kerjain. A-aku juga sebentar lagi mau wisuda," dengan ragu Meyyi berbicara. "Sana pergi. Jika bisa, jangan pernah kembali. Tapi ingat! Saya membutuhkan nilai kamu untuk saya periksa, dan ingat kesepakatan kita!." Rodi sedikit menaikkan intonasi suara nya.

Besoknya ia sudah siap dengan rambut yang di kuncir rapi, baju coklat dan celana putih yang sudah melekat. Ia tidak membawa koper seperti awal pulang ke rumah ini. Meyyi hanya menggendong tas ransel berwarna hitam miliknya. Meyyi mengetikkan pesan singkat di handphone nya.

me
nanti mlm kita ktmu ya

Tidak ada balasan pesan dari Iki yang notabenenya masih kekasihnya. Ia memasukkan handphonenya lalu berjalan menuju rumahnya bersama teman-temannya. Ia melihat Maya yang baru saja turun dari taksinya. Meyyi menghampirinya lalu langsung memeluknya keras.

"Kangen ya lo sama gue?," bisik Maya di telinganya. Meyyi mendecak sebal. Tapi tidak salah jika ia benar-benar merindukan temannya ini. "Si Reva mana?," tanya Meyyi pada Maya yang sibuk menarik-narik kopernya ke dalam kamar diikuti Meyyi dengan ranselnya. "Nanti juga dateng bentar lagi," balas Maya singkat.

"HAI GAYS OMAIGAT GUE KANGEN SAMA KALIAN. KALIAN PASTI KANGEN JUGA KAN SAMA GUE? YA AMPUN IYA GUE KANGEN SAMA KALIAN. BETE GUE DISINI SELAMA INI." Siapa lagi kalau bukan Reva yang tadi berteriak. Ia memeluk erat tubuh mungil Meyyi lalu bergantian memeluk tubuh Maya. Sejenak, mereka tertawa bersama.

"Kita bentar lagi lulus. Resmi!!!," teriak mereka bertiga serempak. Lantas tertawa lagi setelahnya.

"Eh gimana Mey jadinya? Mau lo putusin aja?," tanya Reva sambil mengunyah permennya. Maya masih sibuk menata bajunya ke dalam lemari. Sedangkan Meyyi menonton televisi. "Gak tau," jawabnya sambil mengangkat bahu.

Malamnya, kedua temannya sudah tau apa yang akan di lakukan oleh Meyyi. Ia mengenakan dress berwarna hitam dengan rambut yang di sanggul rapi. Iki sudah ada di depan untuk menjemputnya. Just info, mereka akan pergi makan malam di restoran yang cukup mewah.

Duduk di salah satu meja yang sudah di pesan sebelumnya oleh Meyyi. Sebenarnya Meyyi berusaha meninggalkan Iki sendiri di meja yang sudah ia pesan. Meyyi pergi ke kamar mandi, melirik jam di handphone nya lalu tersenyum manis. Sedangkan di sisi lain, Iki bingung dengan keberadaan Tasya yang secara tiba-tiba mengenakan dress biru muda. Ia duduk di salah satu kursi di meja itu lalu tersenyum menatap Iki.

"Hai," sapanya. Iki tersenyum. "Kamu kesini ada apa?," tanya Iki ramah. Tasya menggeleng, ia menceritakan bahwa ia hanya dapat undangan untuk datang kesini. Meyyi dengan polesan tipis di wajahnya datang dengan senyum yang begitu manis.

"Eh udah dateng nih Sya.." Seberusaha mungkin Meyyi memeluk Tasya ala-ala ibu-ibu saat pengajian. Ia duduk tepat di hadapan Iki. Tak lama, hidangan pun datang dan mereka makan dalam keheningan. Iki yang sedari tadi bingung, terus berusaha melanjutkan makannya. Selesai makan, mereka masih di landa keheningan hingga Meyyi bersuara.

"Jadi gimana? Kalian udah balikan?." Sontak Iki terbatuk renyah. Sedangkan Tasya memberikan tatapan terkejutnya. "Kita gak balikan kok. Lagian kalian kan masih pacaran," jawabnya berusaha untuk santai.

"Lagian kamu kenapa sih kok tiba-tiba nanya begitu?," ucap Iki spontan tidak terima dengan pertanyaan Meyyi. Meyyi tersenyum sinis. "Lagian gue sama Iki masih pacaran kata lo? Udah enggak mulai hari ini, silahkan kalo kalian mau balikan. Sini balikan depan gue!." Nada bicara Meyyi berubah. Hatinya terasa sesak tapi ia berusaha setegar mungkin.

"Kamu nih apa-apaan sih? Aku gak mau putus ya sama kamu!," tak sengaja sepertinya Iki membentak Meyyi.

"Gue yang mau putus sama lo. Gue gak peduli lo mau putus atau enggak sama gue. Gue jijik ya sama orang yang selama ini main belakang sama gue. Apalagi sama mantannya. Kayak gak ada pilihan lain aja deh."

"Main belakang apa sih yang kamu maksud?."

"Aku tau ya!. Semua tentang kamu aku tau. Kamu sendiri yang bolehin aku untuk selalu pantau kamu kalau kita hubungan jarak jauh. Tapi sewaktu aku pantau kamu, malah kamu yang ngelak kayak gini?."

"Jadi kamu pantau aku? Kamu gak percaya sama aku?."

"Iya. Aku gak percaya sama cowo kayak kamu. Dan cewek yang gak tau diri kayak dia," telunjuk Meyyi menunjukkan tepat di hadapan wajah mungil Tasya.

"Gu-gue enggak pernah ketemu sama Iki sekali pun," ucapnya. Meyyi menyunggingkan senyumnya. "Padahal gue gak nyebut, tapi lo ngaku sendiri kalo ketemuan. Lucu banget sih kalian. Pantes cocok."

"Bisa ga mulut lo di jaga?."

"Upss. Maaf ya? Eh kayaknya gue ga harus minta maaf kan gue gak salah. Jadi ya gak perlu lah ya?."

Meyyi bangkit dari duduknya hendak pergi. Air mata Meyyi sudah menetes sejak tadi. Tapi ia tetap berusaha santai menghadapinya. "Aku minta maaf. Maaf udah kecewain kamu. Aku yang salah," Iki bangkit dari duduknya lalu menarik lengan Meyyi. Meyyi tidak tahan lagi dengan semua ini. Isak tangisnya sudah terdengar oleh Iki sekarang. Rasanya malu sekali jika ia harus menangis saat melabrak pacarnya bersama dengan selingkuhannya yang diketahui adalah mantannya.

"Lepas. Gue mau balik. Tenang aja, ini semua udah gue bayar, anggap aja kalian gue traktir." Meyyi melepaskan pegangan tangan dari Iki lalu berlalu meninggalkannya bersama Tasya. Sekilas Meyyi mendengar Iki berteriak pasrah. Sakit sekali rasanya setelah ia mengatakan itu semua.

01.03Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang