CHAPTER 6-Heather

12 2 0
                                    

Watch as she stands with her, holding your hand
Put your arm around her shoulder
Now I'm getting colder
But how could I hate her? She's such an angel

But then again, kinda wish she were dead as she
Walks by, what a sight for sore eyes
Brighter than a blue sky
She's got you mesmerized while I die

Heather'

“Ternyata gue salah. Sakit itu waktu liat dia sama cewe yang dia suka jadi dua orang yang saling suka. Ternyata, emang kita se gak mungkin itu ya buat bareng-bareng?”, Kalana Meyyisha.

“Kalo ane sih nyaranin ente untuk nyari cowok yang baek baek aja sih, yang gak plin plan sama pilihan nye. Kayak ane misalnya”, Dafa geming.

***

“G-gue suka hujan... tapi gue ga suka petir nya..”, tak sadar air matanya sudah membasahi pipinya. Remuk sekali hatinya.

Mungkin ini saatnya. Saat dimana ia harus merelakan apa yang ia miliki untuk kedua kalinya. Ya. Walaupun jelas Iki belum sempat dimiliki oleh Meyyi, tetapi jelas hati Meyyi tulus menyukai nya.

Meyyi meninggalkan mie instan yang sudah matang di atas kompor. Mematikan kompor, lalu masuk ke dalam kamarnya. Reva dan Maya sedang asyik bermain ponsel. Tak sadar kedatangan Meyyi.

Kenangan dimana Berlian pergi terbesit dalam pikiran Meyyi saat ini. Hatinya tambah sesak. Mungkin pikirnya ia akan pergi menyusul Berlian juga kala itu. Dadanya sesak. Sakit. Meyyi sudah mengepalkan tangannya memegang erat seprai kasur yang sudah tak beraturan.

“AAAAAAAA.... DUNIA GA ADIL SAMA GUE...”. Isak tangis Meyyi jelas terdengar oleh Reva dan Maya.

Reva dan Maya yang menyadari hal itu langsung memeluk Meyyi yang meronta-ronta. “G-gue gak pantes di dunia ini Rev.. May... ga ada yang berpihak sama gue. Gue capek.” Maya tahu apa yang dirasakan sahabatnya itu. “Mey gue tau ini sakit, tapi bukan berarti lo harus nyerah mey”.

Reva berlari ke arah dapur lalu mengambil segelas air putih. Ia memberikannya pada Meyyi yang masih lemas di pundak Maya. “Minum dulu sayangku..”. Meyyi meneguk air yang di berikan oleh Reva. Ia menatap teman-teman nya satu persatu “jangan pergi kayak orang-orang ya.. gue ga mau kehilangan lagi. Mama gue udah pergi ninggalin luka ke gue. Sekarang, orang yang ga bisa gue miliki juga pergi. Kaliannn??? Ga akan pergi kan??”, tepat setelah mengatakan itu, Meyyi jatuh pingsan di bahu Maya.

“Gak Mey kita ga akan pergi tinggalin lo apapun dan gimana pun keadaan lo”.

***

“Mama..”

“Sini nak duduk disamping mama”.

“Mama ayo pulang ke rumah, rumahnya jadi sepi karna mama pergi. Pulang yuk”.

Berlian menggeleng pelan. Menatap wajah gadis yang selalu menjadi anak kecil di matanya.

“Kamu harus bisa lewati semua rintangan saat ini nak, jauh sebelum kamu dapatkan rintangan itu, kamu juga sudah bisa lewati rintangan sebelumnya. Jangan buat kamu menyerah lalu menyesal untuk berhenti disini. Kita tidak tau apa yang akan terjadi di kemudian hari...”

“Maaah... aku capek”. Meyyi meneteskan air matanya. Berlian dengan sigap memeluk gadis kecilnya.

“Kamu boleh capek nak tapi tidak untuk menyerah.”

“Tapi siapa yang harus aku percaya setelah ini ma? Semua orang pergi tinggalin aku”.

“Mereka pergi karna tugas mereka udah selesai. Tenang aja, mereka akan kembali jika tugas mereka belum selesai dan akan menyelesaikan tugasnya.”

“Ma.. apa tugas mama udah selesai?”. Berlian mengangguk lembut mengiyakan pertanyaan gadis kecilnya. Ia menatap Meyyi penuh sayang. Membelai rambutnya. “Coba kamu bayangkan. Setiap satu permen kamu yang jatuh ke lantai, kamu dapat lima permen setelahnya. Begitu juga masalah kamu”. Berlian hendak beranjak meninggalkan Meyyi sendiri di ruang sepi itu. Ruangan berwarna putih seperti kubus. Hanya mereka berdua di dalam sana. “Mama mau kemana lagi? Mau tinggalin aku lagi?”. Berlian tak menjawab, ia terus melangkahkan kakinya hingga tak terlihat lagi.

“MAMAAAAA JANGAN PERGI LAGI”. Terbangun dari tidurnya. Meyyi sadar kejadian tadi hanyalah mimpi belaka. Ia melihat kedua temannya yang tertidur pulas.

***

Pagi ini sekolah seperti biasa dilaksanakan secara daring. Meyyi membuka aplikasi WhatsApp untuk melihat tugas yang ada hari ini. Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris sudah memberikan tugas-tugas yang cukup membuat mood  Meyyi dan kedua temannya ambruk. Memang sih sekolah dalam jaringan dikerjakan di rumah. Tapi sangat membosankan bagi mereka.

“Ngerjain tugas di kedai kopi baru yuk”, ajak Maya antusias pada dua temannya. Yang di ajak bicara menoleh bersamaan. “Kedai kopi baru dimana?”, tanya Reva. “Perasaan di sini tiap hari ada mulu kedai baru”, tambahnya. Meyyi memikirkan apa yang Reva katakan. Memang saat ini banyak sekali kedai yang baru buka. Tanpa banyak bertanya, Meyyi hanya menunggu kedua temannya untuk bersiap-siap. Karena Meyyi pikir ia hanya perlu memakai outer untuk keluar rumah, tanpa harus memikirkan outfit seperti anak gen z. Ya.. walaupun dia juga gen z.

Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke kedai baru yang Maya katakan.  Mengerjakan tugas dengan suasana wangi kopi adalah hal yang sangat disukai oleh Meyyi. Tenang, walaupun berisik. Maya dan Reva jelas memesan Matcha Latte. Lain hal nya dengan Meyyi yang justru sangat membenci Matcha. Rasa rumput.

“Lo mau pesen apa Mey?”, tanya Maya.

“Intinya jangan pesenin dia rumput kesukaan kita May”, tawa mereka berdua pecah. Sedang yang di sindir hanya menyinisi. “Caramel aja”.

Klik..

Pintu kedai terbuka. Reva yang ingin tahu, melirik ke arah pintu. Seorang lelaki berdiri disana dengan beberapa buku di tangannya. Reva mengenal wajah itu. Ganteng. “Ketua angkatan kita ga sih itu? Siapa sih namanya?”. Maya dan Meyyi serempak menoleh ke arah yang di maksud Reva. Maya dengan wajah yang tak peduli kembali mengerjakan tugasnya. “Iya ketua kita, namanya...”

....

....

. ..

01.03Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang