🖤🖤🖤
Matahari sedikit tertutup awan sore itu ketika Wang Yibo tiba di kediaman Zhu. Hembusan angin masih terasa hangat meski langit tidak sepenuhnya terang. Seiring helaan napas yang mengawali langkah kakinya, Yibo memasuki pintu rumah besar tersebut dan tiba di halaman dalam rumah.
Halaman samping itu diisi satu set meja kursi dari rotan, beberapa bunga dalam pot, tanaman hijau tumbuh subur di sisi halaman. Bagian tengah dipasangi paving-block warna hitam yang menjadi tempat berdirinya satu gazebo kecil dari kayu warna coklat muda. Di gazebo yang beralaskan karpet motif tikar, Tn. Zhu duduk bersandar sambil menikmati hembusan angin yang membelai wajah.
Sekilas Yibo memutar bola mata sebelum benar-benar berjalan mendekat dan kini berdiri di dekat salah satu tiang. Sepuluh langkah dari gazebo di tengah halaman.
“Selamat datang di keluarga Zhu dan dalam bisnis kita,” Tn. Zhu berkata, tersenyum pada Yibo yang masih berdiri jauh darinya.
“Aku tidak tahu harus berpikir apa, dan tidak mengerti dengan jalannya takdir,” balas Yibo, melipat tangan di depan dada dan bersandar pada tiang.
“Apa yang akan kau lakukan sekarang? Kau akan meninggalkan semua milikmu? Apa lagi yang kurang darimu?”
“Banyak sekali kekurangan,” Yibo bergumam pelan, berkata untuk diri sendiri sambil mendesah bosan.
Tn. Zhu menyunggingkan senyum tipis. Perlahan bangun dari duduknya, lambat melangkah menapaki paving-block menghampiri Yibo yang melempar pandangan pada rumpun bunga di sudut halaman.
“Ada dua pilihan,” ujarnya santai. “Sebagai ayah, aku ingin memberikan anaknya kebahagiaan dan cinta yang dalam. Hal itu juga yang dia harapkan darimu. Menetaplah dan jadilah pasangan yang baik bagi Zhengting. Sebenarnya aku ingin mempertahankan sosok penting dan berguna sepertimu, namun kau juga bisa memilih untuk melepaskan semuanya. Hanya saja, kau pasti mengerti hal lain apa yang harus kau tinggalkan di sini dan kau bisa terbebas selamanya.”
Yeah terbebas selamanya karena aku harus meninggalkan nyawaku di sini, bajingan brengsek
Dalam diam, batin Yibo habis-habisan menyumpahi pria paruh baya yang memasang wajah tanpa dosa. Mimik muka itu sangat meyakinkan, seakan tanpa paksaan terhadapnya, namun dia tahu di balik tatapannya yang sok bersahabat, terkandung ancaman kejam yang menyertai sorot matanya.
Aku benar-benar membutuhkan doa seluruh umat
Yibo menghela napas panjang, meluruskan tangan dan membalas tatapan meski harus menahan diri untuk tidak memperlihatkan keberaniannya.
“Anda tahu aku seperti apa. Aku tidak mungkin hidup di jalanan. Bukankah jalan ini lebih nyaman untuk dijalani? Mendapatkan kekayaan dan cinta. Siapa yang tidak tergoda?” dia mulai bersilat lidah.
“Aku tahu kau pemuda berotak cerdas. Pilihanmu membuatku puas,” Tn. Zhu tersenyum lebar. Langkahnya menghampiri Yibo dan menepuk pundak si pemuda. Dia mengajak pemuda tampan itu memasuki rumah diiringi kalimat penuh tekanan.
“Keluarga adalah penghalang bagi orang suci, penjahat dan pemimpin. Aku ingin menjadikan besi yang tidak terpakai menjadi sesuatu yang berharga menggunakan keterampilan nenek moyang kita, tapi sekali lagi keluarga selalu menjadi penghalang.”
“Menurutku keluarga justru adalah pendukung dan alasan kita bertindak di atas bumi ini,” timpal Yibo.
“Kau salah.”
Senyum miring Tn. Zhu tercipta.
“Keluarga adalah kelemahan. Salah satu hal yang bisa dijadikan seseorang untuk mengancam kita. Kita hanya bisa percaya pada diri sendiri,” lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑹𝑨𝑺𝑪𝑨𝑳 ; 𝓔𝓿𝓲𝓵 𝓲𝓷 𝓗𝓮𝓪𝓿𝓮𝓷 [𝐄𝐧𝐝]
ActionWang Yibo, memiliki hati yang sesungguhnya baik, namun terjerumus dalam kejahatan hingga bertemu dengan polisi yang membantunya melakukan hal-hal luar biasa untuk kembali seperti semula. Dia mulai dekat dengan polisi muda yang memberinya kehidupan b...