𝓡𝓪𝓼𝓬𝓪𝓵_34

201 31 1
                                    

🖤🖤🖤

Masa kritis yang disebutkan dokter akhirnya terlewati oleh Yibo. Meski pemuda tampan itu belum sadar, setidaknya dia mampu bertahan sampai hari berikutnya. Xiao Zhan masih setia menunggu di rumah sakit selama kekasihnya belum sadarkan diri. Sudah dua malam berturut-turut dia menginap, menunggu kekasih tampannya membuka mata.

Waktu hampir pertengahan hari ketika Xiao Zhan baru membersihkan diri, berganti pakaian yang dibawakan Marcus sebelumnya dan bermaksud untuk membeli makanan. Sambil menggosok rambut yang basah, dia menoleh ke arah jendela, mendapati matahari yang sudah semakin naik ke permukaan. Sinar hangat itu menerobos menembus pitrase putih yang menutupi kaca.

Xiao Zhan mendekati tempat tidur, duduk sesaat di sisinya, membelai wajah Yibo yang tertidur, berharap kekasihnya akan terbangun hari ini. Mengulas satu senyum, kepalanya merunduk dan memberi ciuman di pipi. Setelah mengusap penuh sayang, dia bermaksud untuk membersihkan wajah Yibo. Dia baru saja bangun ketika melihat gerakan halus di balik kelopak mata Yibo. Xiao Zhan kembali duduk dan meraih jemari Yibo, harap-harap cemas menunggu reaksi berikutnya.

Xiao Zhan merasakan dadanya membengkak oleh kesenangan ketika mata Yibo perlahan-lahan terbuka. Rasa lega membuncah hingga jantungnya berdegup kencang waktu melihat Yibo mengerjap lambat, tampak berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk dan pelan bergulir menatap ke arahnya.

“Yibo ... akhirnya kau bangun...” dia berbisik dengan mata berkaca-kaca. Kebahagiaan karena kekasihnya sadar membuatnya hampir menangis.

“Xiao Zhan ...”

Suara Yibo terdengar lirih. Tampak berusaha mengangkat tangan ke arahnya dan dia tergesa memegangi dan menyentuhkan telapak tangan Yibo ke wajahnya.

“Aku pikir tidak akan bisa melihatmu lagi,” bisik Yibo.

“Jangan berkata seperti itu. Aku akan melakukan apa pun agar kau bisa melihatku dan memelukku lagi,” sahut Xiao Zhan. Kecupan lembut mampir di jemari Yibo yang pucat.

Bibir Yibo yang kering membentuk satu senyum tipis. Matanya yang sayu menatap ke luar jendela.

“Apakah aku lama tertidur?”

“Tidak,” Xiao Zhan menggeleng, “Kau tidur seperti biasa hanya bangun sedikit terlambat,” lanjutnya.

“Apa aku boleh minum? Rasanya haus sekali,” pinta Yibo.

“Tentu,” sambut Xiao Zhan. Dia menjangkau gelas berisi air putih dari atas meja nakas dan membuka sedotan yang tersedia. Sedotan itu ia dekatkan ke mulut Yibo setelah membantu kepalanya sedikit terangkat.

Senyum Yibo kembali terukir setelah merasakan segar di tenggorokan. Hatinya terasa lega karena dia diberi kesempatan hidup untuk merasakan belaian sang kekasih yang lagi-lagi mengusap wajah.

“Kau terus menunggu di sini?” tanyanya.

“Aku tidak bisa meninggalkanmu. Aku cemas karena kau tidak juga bangun setelah melewati masa kritis,” Xiao Zhan menjawab.

“Kau memang kekasihku yang terbaik.” Yibo tersenyum.

“Kau sudah bisa bercanda. Baru saja sadar,” timpal Xiao Zhan, terkesan protes namun senyum bahagia tersungging di bibirnya.

Yibo balas tersenyum. Meminta jemari Xiao Zhan untuk kembali digenggam karena dia masih sangat lemas untuk bangun.

“Bagaimana dengan Zhu Zhangtian? Apa yang terjadi sore itu?” tanyanya.

“Aku menembaknya,” sahut Xiao Zhan. Dia pun menceritakan kejadian sore itu setelah Yibo tertembak dan tak sadarkan diri. “Aku sudah tidak peduli dengan urusan polisi. Ada Yixing yang membereskan semuanya. Lagi pula ...”

𝑹𝑨𝑺𝑪𝑨𝑳 ; 𝓔𝓿𝓲𝓵 𝓲𝓷 𝓗𝓮𝓪𝓿𝓮𝓷 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang