🖤🖤🖤
Informasi tentang kesepakatan lain itu akhirnya didapatkan Xiao Zhan setelah menyiksa Sarfaraz sampai babak belur. Pria blasteran itu mengatakan tentang seseorang bernama Wangfu yang akan mengirim persenjataan ke kota Soho. Meski belum merasa puas memukuli Sarfaraz, namun Xiao Zhan akhirnya meninggalkan pria tersebut setelah dibujuk oleh Yibo. Keduanya membiarkan pria itu tetap terikat di kursi dalam keadaan nyaris tak sadarkan diri.
Yibo berjalan terlebih dulu dan menaiki tangga di sisi ruangan. Dia tiba di atas yang merupakan ruang dapur. Ruang bawah tanah itu berada tepat di bawah rumahnya, satu ruangan yang sengaja dibangun olehnya untuk situasi darurat. Dia menutup pintu yang sama persis dengan dinding hingga menyamarkan warna jika tidak diteliti lebih dekat.
“Apa yang akan kau lakukan dengan informasi itu?” dia bertanya pada Xiao Zhan yang melangkah ke dekat meja makan.
“Aku tidak tahu apa dia memberikan informasi yang benar atau hanya membodohi kita,” Xiao Zhan menjawab setelah meneguk beberapa tegukan air putih. Sesaat kemudian dia melirik buku jarinya yang sedikit merah karena terus beradu dengan tulang wajah Sarfaraz. Dia meniup tangan yang terasa panas dan mengibaskannya pelan-pelan.
“Dia tidak bisa dibiarkan lari setelah melihat kita bersama,” Yibo berkata sambil ikut menjangkau gelas yang ia isi dengan air mineral.
“Tentu saja. Aku akan dengan senang hati membunuhnya,” sambut Xiao Zhan. Dia memutar tubuh, melirik pada lengan Yibo yang dibalut perban. “Kau harus ke dokter.”
“Tidak perlu. Lagi pula kau sudah mengeluarkan pelurunya.”
“Lukamu akan infeksi. Kau pun perlu obat.”
“Obatku ada di sini.”
Yibo ikut memutar tubuh menghadap Xiao Zhan yang menampilkan ekspresi khawatir. “Kau bisa mengobatiku lebih dari apa pun.”
“Aku serius, Yibo. Wajahmu terlihat pucat,” bantah Xiao Zhan.
“Mungkin aku hanya lelah dan juga terkejut dengan kejadian hari ini. Aku tidak menduga kalau Sarfaraz terus mengawasi kita. Perasaanku akhir-akhir ini benar, kita selalu dibuntuti.”
“Sarfaraz sudah di tangan kita.”
Xiao Zhan mengulurkan tangan, mengusap sisi wajah Yibo.
“Aku tidak yakin,” Yibo menggeleng, “Sepertinya bukan hanya satu orang yang mengawasi kita. Aku masih merasa khawatir.”
“Kita mungkin harus segera bergerak. Aku tidak bisa membiarkan masalah ini berlarut-larut. Aku akan menuntut Zhu Zhangtian dengan menggunakan Sarfaraz.”
“Kau pikir Zhu Zhangtian bisa ditekan begitu saja? Dia lebih rela mengorbankan rekannya daripada menyerahkan diri pada polisi,” kata Yibo, helaan napasnya terdengar lelah.
Xiao Zhan tidak menanggapi, hanya terdiam beberapa saat sambil menyentuh lengan Yibo yang terluka.
“Lebih baik aku ganti perbannya. Darahmu masih keluar,” dia membelokkan topik pembicaraan dan berhasil membuat Yibo menurut. Pemuda itu duduk di salah satu kursi meja makan dari kayu berlapis busa.
Xiao Zhan beranjak mengambil kotak obat dan membubuhkan lagi obat luka serta mengganti perban. Dia melirik sekilas, mendapati wajah muram Yibo yang hanya menatap tanpa fokus.“Apa yang kau pikirkan?” dia bertanya setelah mengikat rapi perban baru pada luka.
“Aku tidak tahu. Aku selalu merasa semua ini tidak sederhana. Sepertinya akan ada kejadian yang tidak terduga setelah ini,” jawaban Yibo diiringi hembusan napas berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑹𝑨𝑺𝑪𝑨𝑳 ; 𝓔𝓿𝓲𝓵 𝓲𝓷 𝓗𝓮𝓪𝓿𝓮𝓷 [𝐄𝐧𝐝]
ActionWang Yibo, memiliki hati yang sesungguhnya baik, namun terjerumus dalam kejahatan hingga bertemu dengan polisi yang membantunya melakukan hal-hal luar biasa untuk kembali seperti semula. Dia mulai dekat dengan polisi muda yang memberinya kehidupan b...