𝓡𝓪𝓼𝓬𝓪𝓵_31

148 31 3
                                    

🖤🖤🖤

Setelah semua hal menyakitkan yang disajikan di depan mereka, Zhengting tidak lagi membahas hal buruk itu dan hanya meminta Yibo untuk masuk ke dalam mobil. Dia sendiri duduk diam di balik kemudi dan menunggu Yibo yang hanya termangu dalam kebisuan. Diiringi helaan napas panjang, dia mulai menyalakan mesin, berniat untuk mengantar Yibo kembali ke rumahnya. Tetapi baru saja beberapa kilometer mobilnya meninggalkan kediaman Zhu, Yibo yang sebelumnya membisu dengan raut muka syok tiba-tiba bereaksi. Berpaling padanya dengan wajah panik dan suaranya yang gemetar memohon penuh kepiluan.

“Aku ingin melihat Jiang Lei. Aku ingin melihatnya. Bawa aku ke sana. Kita pergi ke sana ...”

Merasa prihatin dan sedih, Zhengting berusaha memberi senyuman sambil mengusap tangan yang memegangi lengannya.

“Kita akan ke sana. Tenanglah. Aku akan membawamu,” dia menyahut dan mengubah haluan, mengemudikan mobilnya menuju sisi kota. Meski tidak yakin apakah masih sempat untuk mencegah anak buah ayahnya melempar mayat Jiang Lei ke laut, setidaknya dia harus mencoba untuk tiba bertepatan dengan tindakan mereka.

Sekilas menepuk bahu Yibo, dia mulai menginjak pedal gas cukup dalam, berusaha mengejar waktu menuju ke pantai terdekat. Arah ke wilayah Sai Wan sedikit gelap dan cukup jauh karena berada di bagian selatan Hongkong.

Pantai itu gelap, tanpa penerangan yang berarti. Debur ombaknya cukup besar di malam hari. Menyapu tepian, menarik pasir hitam pekat itu ke garis pantai. Aroma air laut menyergap penciuman Yibo sewaktu dia tergesa membuka pintu mobil dan menyaksikan dua orang pria yang baru saja meninggalkan pantai. Tanpa peduli jarak yang masih jauh karena mobil Zhengting berhenti di tepi jalan, dia turun dan berlari menuju pantai.

Karena terkejut oleh tindakan Yibo, Zhengting menginjak rem secara mendadak menyebabkan dirinya terdorong ke depan seiring mobil yang berhenti.

“Yibo???” dia berseru melihat pemuda itu nyaris tersungkur keluar dari mobil dan menyerbu ke arah pantai. Dengan khawatir, Zhengting tergesa mengikuti, membanting pintu mobil dan menyusul Yibo yang berlutut di pasir basah.

“Yibo?!”

Sekali lagi dia memanggil sambil berjalan mendekat dan membiarkan sepatunya tenggelam dalam pasir. Dia paham seperti apa perasaan Yibo sekarang. Kedatangan mereka terlambat karena mayat Jiang Lei sudah tidak terlihat dan jelas sekali sudah terbawa oleh arus ombak. Tarikan kuat ombak menyeret mayat itu ke tengah dan tenggelam dalam lautan luas yang tak berujung.

Zhengting merasakan kedua matanya menghangat sewaktu mendengar raungan Yibo yang menyayat hati. Pemuda itu berlutut menghadap lautan hitam dan berteriak sejadi-jadinya, mengeluarkan seluruh rasa dan emosi yang terpendam, menembus suara ombak dan desau angin malam yang mendinginkan tubuh. Dia ikut berlutut di sisi Yibo, merangkulkan kedua lengan dengan harapan bisa memberikan kekuatannya pada pemuda yang sedang dilanda luka dan kemarahan. Mau tidak mau, dia terbawa hanyut oleh suasana dan ikut meneteskan air mata menyaksikan Yibo yang menangis sambil terus berteriak hingga suaranya mulai parau.

“Yibo, kau harus kuat. Tenanglah, Yibo.”

Dia memeluk bahu Yibo yang terguncang, yang kini terduduk lemas di atas pasir basah. Dia masih terus memberi pelukan dan usapan sampai Yibo terdiam dan menyisakan tangisan putus asa. Dia merasakan lengan Yibo yang balas memeluknya, membiarkan pemuda itu menumpahkan kesedihan di dadanya. Angin laut yang dingin dan menyemburkan serpihan air tidak membuat mereka beranjak. Zhengting menunggu hingga emosi Yibo kembali pulih seperti biasa.

Beberapa meter di belakang mobil Zhengting yang berhenti, tanpa sepengetahuan mereka, Xiao Zhan berdiri di dekat mobil menyaksikan semua hal yang terjadi. Dirinya yang terus mengikuti kepergian Yibo harus mendapati kenyataan bahwa kekasihnya sekarang mendapat rasa sakit yang begitu dalam. Dia sangat menyesali pada saat ini bukan dirinya yang berada di sana, menemani Yibo yang begitu terpuruk karena kematian sahabatnya. Dalam kesendiriannya, dia hanya bisa mengepalkan sepuluh jemarinya kuat-kuat, merasakan emosi dan kemarahan Yibo mengalir ke dalam diri.

𝑹𝑨𝑺𝑪𝑨𝑳 ; 𝓔𝓿𝓲𝓵 𝓲𝓷 𝓗𝓮𝓪𝓿𝓮𝓷 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang