Setelah menikah, kamu akan dibagi dua.
Bukan tubuhmu, tapi waktumu. Waktu untuk keluargamu dan keluarga pasanganmu.
Kira-kira itulah yang selama ini aku lakukan.
Setiap weekend, agendaku dan Mas Nata wajib bermalam di rumah Mama dan weekend selanjutnya ke rumah Ibu. Rumah kami tidak jauh-jauh amat, cuma beda arah. Rumah Mama ke arah kiri, rumah Ibu ke kanan dan rumah Mas Nata--yang kuanggap rumahku juga--berada di tengah-tengah.
Dari dulu Mas Nata memang punya otak dan tenaga pekerja keras, ulet, teliti, rajin dan tahu caranya agar kegelundungan banyak uang. Makanya aku tidak kaget kalau di usia yang terbilang masih muda, Mas Nata sudah punya rumah sendiri, mobil sendiri, usaha sendiri dan juga istri sendiri. Ya iyalah! Kalau istri orang bisa bahaya!
Oke, next to the topic.
Kesemuanya aset Mas Nata itu no sewa, no cicil, no ngutang, no ngibul, no mimpi, no omong doang, eh ternyata punya orang. The real hak milik Mas Nata sendiri. Wagelaseh.
Oh wait, apakah setelah mengetahui ini kalian tiba-tiba berharap jadi istri Mas Nata?
Sini biar aku bisikin.
Semua kekayaan itu memang sudah ada sebelum Mas Nata menikah denganku, jadi bisa dibilang aku ini beruntung. Iya, untung dalam hal perekonomian, tapi urusan perasaan ... wah miskinnya sampai ke usus-usus sih ini.
Aku mencongkel-congkel belek dari mataku. Mengumpulkan rambut gelombangku yang sudah acak-kadut untuk kuikat satu. Saatnya fighting bantu Mama!
Di rumah mertua memang harus begini. Tanding bangun dengan suara kokokan ayam. Habis bangun tidak ada kata bengong-bengong dulu, minum teh hangat, menikmati pemandangan pagi yang segar-segar. No! Bangun pagi di rumah mertua, wajib hukumnya langsung ke dapur. Walau Mama tidak pernah menyuruh, tapi caper tetap perlu.
"Pagi Mama cantik yang pagi-pagi udah di dapur aja. Masya Allah," sapaku setelah sampai di dekat Mama Fera.
"Pagi istrinya Nata yang pagi-pagi udah mau bantuin Mama masak." Mama tersenyum geli. "Kenapa? Suamimu cuma demen masakanmu ya? Masya Allah."
Aku tercengang mendengarnya.
Mama terkekeh geli.
"Pasti Mama tau dari Mbok Lina ya? Enggak gitu tau, Ma." Anakmu ngibul, Ma!
Mama betah menggodaku, aku mingkem sebagai solusinya. Basa-basi kebanyakan itu berlangsung setengah menit sebelum kami sibuk memasak.
Kegiatan masak-memasak pagi hari di rumah mertua ini sudah biasa, namun hari ini tampaknya akan ada hal yang tidak biasa begitu terdengar bel pintu rumah Mama berdenting.
Mama membuka pintu.
Karena aku kepo, maka aku mengikutinya.
Tamu kepagian itu adalah seorang perempuan biasa-biasa saja, penampilan sederhana, kulit tidak terlalu putih. Ehm, mungkin manis adalah kata yang tepat untuknya. Membawa kotak yang kurasa isinya kue. Wangi manisnya menguar dan sangat menggugah selera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemelut Rumah Tangga
Romance🌹UPDATE SETIAP HARI JUMAT!🌹 Biasanya ketika kabar kehamilan seorang istri terdengar, suami akan bahagia. Memeluk istrinya penuh sayang dan rasa syukur. Namun rumah tangga Binar dan Nata tampaknya agak lain, karena setelah Binar tahu dirinya hamil...