13. "DIAM!"

2.5K 197 30
                                    

Nafsu makanku sudah meningkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nafsu makanku sudah meningkat.

Aku tidak lagi muntah-muntah. Aku tidak lagi sensitif terhadap bau makanan. Sebulanan ini aku banyak makan,  memakan apapun yang aku inginkan.

Untungnya punya suami kaya raya, jadi aku bebas menghamburkan uangnya tanpa takut habis.

Tapi segala sesuatu itu ada baik dan buruknya.

Baiknya: Nafsu makanku meningkat.
Buruknya: BERAT BADANKU MENINGKAT.

"Astagfirullah ini gimana sih bajunya kesempitan, enggak bisa nafas!" teriakku di dalam kamar sendirian. Menatap pantulan diriku di cermin. Dress kebanggaanku sekarang tampak kekecilan, aku sudah layaknya lemper, bahkan sekedar nafas pun susah.

Dress ini adalah dress ke-10. Yang ini juga kesempitan seperti kesembilan lainnya.

Kubuka dress itu dengan kesal, melemparnya ke kasur, bergabung bersama baju-baju lainnya.

Aku menatap undangan yang bertengger di meja riasku. Undangan pernikahan Farhan, salah satu temanku. Untuk pertama kalinya aku merasa se-horor ini mendapat undangan.

AAAA MAU PAKAI APA?! YAKALI KARUNG GONI.

Aku ikut melemparkan tubuhku ke kasur, tenggelam bersama baju-bajuku.

Mas Nata yang baru datang dari kantor tampak keheranan menatapku dan bajuku yang berserakan di kasur.

"Mau dijual?" tanyanya polos.

"Enggak!"

Mendapat jawaban ngegas-ku, Mas Nata mengangkat bahunya cuek, membuka kancing kemejanya, lalu membersihkan diri di kamar mandi.

Aku? Lanjut gelundungan.

Sampai Mas Nata selesai pun aku masih gelundungan di kasur. Begitu Mas Nata mendudukkan bokongnya ke kasur, aku meletakkan betisku di pahanya.

"Pijitin, Mas, tolong," ucapku dengan mata berkedip-kedip.

Mas Nata memutar bola matanya malas, tapi tetap menurut memijitku.

Setelah malmingan yang berakhir tidak indah itu, aku jadi ketagihan dipijit.

Jangan bayangkan setelah melihatku menangis, Mas Nata akan memelukku lalu memberikan penjelasan yang menenangkan hati, karena reaksinya cuma satu, bengong.

Ya begitulah rumah tanggaku. Aku marah lalu Mas Nata minta maaf---minta maafnya tidak disertai dengan penjelasan dan penyesalan---setelah itu selesai. Besoknya berjalan biasa-biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa.

Aku mungkin kelihatan biasa aja, tapi asal kalian tahu di dalam hatiku wah retak-retak parah.

Memandangi ekspresi Mas Nata yang memijitku, aku terkikik dalam hati. Ide nyeleneh muncul di otakku.

Kemelut Rumah Tangga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang