🌹UPDATE SETIAP HARI JUMAT!🌹
Biasanya ketika kabar kehamilan seorang istri terdengar, suami akan bahagia. Memeluk istrinya penuh sayang dan rasa syukur. Namun rumah tangga Binar dan Nata tampaknya agak lain, karena setelah Binar tahu dirinya hamil...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mama tahu kabar kehamilanku artinya berbuntut pada menyebarnya rumor ini di keluargaku.
Hasilnya: Dua r. Repot dan rempong.
Sore ini, rumahku dan Mas Nata ramai oleh keluargaku dan keluarganya. Ada Ibu dan Ayahku, Mama dan Papa beserta Nika--Adiknya Mas Nata yang masih SMA kelas 10--. Hanya kurang Abangku dan Kak Friska. Bang Bryan katanya sedang berlibur ke rumah orang tua Mbak Ratih, kakak iparku, sedangkan Kak Friska ... perawan lapuk itu pasti sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Baru awal saja aku sudah dihadiahi tabokan dari Ibu karena baru memberitahunya kabar sepenting ini, itupun hanya dari Mama.
Aku meringis. Sezuzurnya bu, aku masih berharap kehamilanku ini hanyalah mimpi semata, tapi ternyata aku hanya mimpi kalau aku sedang mimpi.
Nah loh bingung kan?
Sudahlah, mari kita perhatikan orang-orang yang memenuhi ruang keluargaku.
Ruang tamu kami sempit. Jenis ruang tamu yang hanya menerima tamu yang benar-benar hanya tamu. Sedang tamu yang terlalu dekat untuk disebut tamu akan aku dan Mas Nata boyong langsung ke ruang tengah. Yang mana dua kali lipat lebih luas.
Berhubung tamu kali ini adalah keluarga yang jelas-jelas bukan hanya sekedar tamu, maka kami langsung memboyongnya ke ruang tengah.
Bercengkrama dan tertawa di sana.
"Binar kamu jangan asal-asalan lagi ya sekarang, ingat hidup kamu bukan tentang kamu lagi. Sekarang ada anaknya," petuah dari Ndoro Ayu Ibu Nina yang terhormat.
"Asal-asalan gimana sih, Bu, emang pernah Binar asal-asalan?"
"Setiap hari."
Semua orang tertawa. Ayah, Papa dan Mama yang biasanya kalem sekarang ikut cekikikan. Nika? Jangan ditanya lagi, haduh anak itu yang ketawanya paling kencang. Khusus Mas Nata sih tidak, tapi ekspresinya mengejek, mencela dan meremehkan. Gemes pengen cekik!
Aku merenggut yang tidak Ibuku pedulikan.
"Ini anak masih suka jajan ya Nata?" Ibu beralih bertanya pada Mas Nata.
Aku melototi Mas Nata.
"Masih, bu."
Kampret! Jujur itu memang baik tapi jangan jujur-jujur banget dong!
Ibu menggeleng-geleng. "Anak ini kalau urusan jajan emang paling susah. Dulu kalau enggak dikasih uang langsung ngambek--"