Faktanya, penyakit lebih banyak berasal dari pikiran.
Pikiran yang buruk akan membuat kesehatan menurun.
Artinya, ketika pikiran kita penuh dengan masalah dan tertumpuk ke-overthinking-an, maka imbasnya akan ke tubuh, sebaliknya ketika pikiran jernih dan plong dari masalah, maka hati akan tentram dan segala sakit minggat.
Seperti yang aku alami.
Lihat saja, sakitku kemarin yang datangnya bawa pasukan langsung sembuh setelah Mas Nata menjelaskan semuanya. Aku jadi tenang dan sepagian ini sudah sehat walafiat.
Bahkan sudah kuat teriak-teriak, memaksa ikut Mas Nata yang berniat membelikanku makanan. Respon Mas Nata seperti biasanya, kesal dahulu lalu mengusap-usap dada penuh kesabaran dan ditutup dengan mengiakan lewat tatapan dan muka datarnya.
Kami jalan kaki beriringan.
Aku selalu suka suasana pagi. Terdengar cicitan burung-burung yang bertengger di kabel listrik, keributan Zaki yang teriak-teriak di rumahnya, suara pertengkaran Bani dan adiknya, bau harumnya masakan tetangga sekitar dan sejuknya udara pagi.
Oops, bukan sejuk lagi sih ini, tapi dingin.
"Dingin banget Mas."
"Kan dibilangin tadi enggak usah ikut. Nanti kalau sakit lagi, kamu rawat diri sendiri."
Ingat kan tipikal Mas Nata? Irit ngomong, sekalinya ngomong dicampur sama cabe kiloan, pedes ceunah.
"Hoodie-nya resleting," suruh Mas Nata, tapi aku hanya diam.
Dia berdecak lalu membantu meresleting hoodie yang kupakai hingga sebatas leher. Kebetulan hoodie ini punyanya Mas Nata, jadi ukurannya besar. Aku tenggelam di dalamnya, tambah tenggelam lagi saat Mas Nata meraih kedua tanganku lalu menarik lengan hoodie itu hingga menutupi seluruh bagian tanganku.
Bayangkan, Mas Nata berhenti di sela-sela jalannya, hanya untuk melakukan ini.
Perlakuan sederhana yang manis.
Sebenarnya opo iki ya Allah? Tadi perkataannya kayak seblak yang level pedasnya tak terhingga lalu sekarang perbuatannya layaknya es teh manis yang memudarkan rasa pedas itu. Sungguh out of the box sekali orang ini.
"Mas, tungguin!"
Saking sibuknya merenungi sikap manis Mas Nata, aku sampai tidak sadar Mas Nata sudah lanjut berjalan. Mana kakinya panjang lagi, jadi cepat.
Aku mengejarnya sambil memegangi perut. Takut jatuh bayinya.
Setelah berhasil menyamai langkah Mas Nata, aku langsung menggenggam tangannya erat-erat, takut ditinggal lagi.
Tujuanku dan Mas Nata adalah membeli bubur. Gerobak bubur sudah terlihat di depan mata, tapi aku malah menghentikan langkah.
Mas Nata menatapku bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemelut Rumah Tangga
Romance🌹UPDATE SETIAP HARI JUMAT!🌹 Biasanya ketika kabar kehamilan seorang istri terdengar, suami akan bahagia. Memeluk istrinya penuh sayang dan rasa syukur. Namun rumah tangga Binar dan Nata tampaknya agak lain, karena setelah Binar tahu dirinya hamil...