Pagi ini keadaan di kamarku sedang sibuk.
Mas Nata sibuk berpakaian kasual untuk ke kafenya dan aku yang sibuk berpakaian cetar membahana untuk ke kondangan. Aku rencananya akan dari pagi hingga malam di sana, maklum yang nikah kan temanku.
Baik aku ataupun Mas Nata tidak ada yang saling bicara. Aku masih sangat kesal.
Mas Nata cuma pakai kemeja berwarna cream dipadukan dengan celana kain hitam. Simpel dan praktis. Makanya tidak heran kalau dia selesai duluan dan sekarang sudah berlalu keluar.
Aku sendiri masih sibuk berkutat dengan sebuah baju brokat putih yang cantik dan juga rok batik yang aku beli kemarin. Ya ya ya tidak usah diceritain, aku males ingat-ingat kejadian di mall itu.
Ada dua tipe orang dalam bersiap. Ada yang pakai baju dulu baru makeup dan ada yang pake makeup dulu baru pakai baju. Aku termasuk dalam tipe kedua. Daritadi aku cuma pakai tanktop dan safety pants, sedangkan mukaku sudah kupoles sedemikian rupa dan rambut gelombangku juga sudah kugelung modern, di atas gelungan itu ada jepitan mewah berselimutkan mutiara sebagai penahannya.
Setelah semua itu, barulah aku bersiap memakai pakaianku. Dimulai dari rok batik berwarna dasar abu-abu muda lalu brokat putih berlengan pendek yang panjang bajunya di bawah lutut.
Tapi tunggu!
Aku menggapai-gapai punggungku kesusahan. Gawat! Aku tidak bisa menggapai resleting belakang bajuku!
Tanpa ba-bi-bu lagi, aku mengangkat rokku, lari terbirit-birit ke bawah. Kuasa Allah hingga aku tidak berguling di tangga.
"MAS!" Aku meneriaki Mas Nata yang sudah duduk manis di dalam mobilnya. Kepalaku menyembul di balik pintu utama.
Yang dipanggil hanya menoleh, tidak turun dari mobilnya, bahkan mulai menyalakan mobilnya.
"Matiin dulu Mas! Sini, bantuin." Aku mengerutkan alis kesal.
Mas Nata tampak menghela nafas pasrah. Helaan yang kuartikan "Iyain aja, biar cepet."
"Apa?" tanyanya setelah sampai di depan pintu.
Alih-alih menjawab terlebih dahulu, aku langsung membalikkan badanku membelakanginya. Setelah melihat resletingku yang tidak terpasang pasti Mas Nata sudah mengerti bantuan apa yang aku butuhkan. Tapi bukannya langsung membantuku, Mas Nata malah mendorongku masuk ke dalam lalu menutup pintu.
"Resletingin! Kenapa malah didorong sih?" Aku menoleh, memiringkan tubuhku sedikit.
Mas Nata memegang bahuku, meluruskan posisiku seperti pertama kali, lalu menarik resleting naik perlahan. "Jangan di depan pintu."
"Enggak ada orang kok."
"Di depan rumahnya Mbak Aira."
"Mbak Aira sama suaminya udah berangkat kerja jam segini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemelut Rumah Tangga
Romance🌹UPDATE SETIAP HARI JUMAT!🌹 Biasanya ketika kabar kehamilan seorang istri terdengar, suami akan bahagia. Memeluk istrinya penuh sayang dan rasa syukur. Namun rumah tangga Binar dan Nata tampaknya agak lain, karena setelah Binar tahu dirinya hamil...