Tandain jika terdapat Typo^^
Don't Forget to Like & Komen serta Follow sebagai dukungan untuk penulis.
Happy Reading
---
Seakan sebuah mimpi. Kejadian yang seakan-akan sebuah Dejavu bagi keluarga Andakara.
Hoek Hoek
Sang bungsu berkali-kali keluar masuk kamar mandi untuk memuntahkan semua isi perutnya. Kepalanya pusing dan tubuhnya lunglai. Wajahnya sudah begitu pucat.
Lelaki berusia 11 tahun tersebut sudah berada di ambang kesadarannya.
---
"Malam yang begitu indah"ucap Gara sembari terduduk di balkon villa tersebut. Ia mengawasi adik-adiknya dan kakaknya yang sedang berpesta ria -Barbeque- di halaman belakang yang langsung menghadap ke laut lepas.
Suasana malam yang sejuk membuat mereka tak sadar bahwa satu personil dari saudara mereka tidak hadir. Kakak sulung mereka -Xavier- yang sejak awal tidak berada disana. Lelaki berusia 24 tahun tersebut masih mengerjakan urusan pekerjaan disaat liburan mereka itu.
Gara mendengus kesal.
Mau bagaimanapun, hasil keringat kakaknya itulah yang membuat mereka dapat hidup sampai sekarang. Setelah 6 tahun kepergian orang tua mereka.
"Eh, coba kau ajak Xavier gih, lama-lama ubanan tuh orang kalau kerja melulu"ucap Alaia dari bawah sana pada adiknya, Altharey.
"Kenapa gak kau aja..?"
"Ooh.. dah berani nyuruh-nyuruh aku, kau??"sinis Alaia dengan mata yang menatap adik laki lakinya itu tajam.
"Enggak, kakak salah denger"ucap Altharey yang seketika langsung pergi tuk menjemput kakak sulungnya.
Alaia hanya tersenyum kecil dan lanjut memanggang potongan daging dan sosis yang sudah ditusukkan ke tusuk sate. Ia tampak begitu menikmati dengan sesekali melihat pemandangan laut di depannya.
"Aaaa!"
Teriakan keras tersebut sukses membuat mereka semua yang sedang bersenang-senang berlari menuju asal suara. Di dapatinya lelaki bermanik biru tua tersebut terduduk jatuh dengan wajah ketakutan.
"Apaan sih, Tha. Kayak liat setan aja"ucap Gara yang juga segera turun dari balkon kamarnya -yang berada di lantai 2-.
"K-kakak"
"Kenapa..?"Gara mendekat untuk menyamakan perspektifnya dengan sang adik.
Begitu ia mengangkat kepala, tubuhnya seketika membeku. Tangannya terulur menuju wajah untuk menutup mulutnya tak percaya.
Tiba-tiba saja, mereka semua yang berada di lantai satu mencium bau anyir yang sangat menyengat dari dalam kamar kakak sulung mereka tersebut.
Mereka mendekat untuk melihat yang terjadi. Saat tepat di depan kamar tersebut, yang mereka temukan hanya genangan merah yang dapat dipastikan bahwa itu adalah darah. Namun, dari mana darah tersebut..?
"Kyaaa!!!"
Alaia yang penasaran mencoba masuk dan berteriak sekencang-kencangnya saat mendapati bahwa tubuh sang kakak sudah tertancap di langit -langit kamar tersebut sembari terus meneteskan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Yang Tersisa [TAHAP REVISI]
Детектив / Триллер"Kenapa Tuhan, kenapa? HAMBA CUMA PENGEN BAHAGIA, TUHAN!!"-Alaia "Maafin gue, gue gak bisa jaga kalian"-Shine "Aku titip matahari kita ya??"-Liandi. ---- Alaia, gadis biasa dengan kehidupan normalnya. Ya, setidaknya sampai teror belati merah menimpa...