Melodi Indah Itu Kembali

50 33 2
                                    

Tandain jika terdapat Typo^^

Don't Forget to Like & Komen serta Follow sebagai dukungan untuk penulis
Happy Reading

---

Alaia bergetar ketika tuts piano ditekan satu persatu. Melodi yang diciptakan membuat dirinya meneteskan butiran-butiran cairan bening yang bersinar dibawah sinar bulan.

Rasa takutnya akan ketinggian seketika digantikan oleh rasa rindu akan sosok didepannya. Sosok yang selama ini selalu membuatnya menyesal karena telah lalai menjaganya.

Tenggorokannya yang sakit hanya bisa mengeluarkan suara isak tangis yang lirih berpaduan dengan nada-nada piano.

"... Hiks... "

Air matanya kembali membasahi pipinya tatkala lelaki itu menatap kearahnya dengan tersenyum. Lelaki itu berbeda dengan yang sekarang ada di sampingnya, laki-laki dengan senyuman manisnya namun tampak kosong pada matanya.

Adiknya yang manis.

"A-a.. " Bibirnya kelu, ia susah mengeluarkan suara.

"Kakak rindu padaku, ya? " Tanyanya sembari memencet tuts piano.

Alaia menggigit bibirnya. Sosok didepannya begitu sempurna jikalau itu hanya rekayasa ataupun custom. Suaranya, tutur bahasa dan bahkan posturnya saat bermain piano. Piano besar yang dulu pernah menjadi milik Kakak lelakinya.

Ia mengangguk kecil disertai isakan.

Begitu nada terakhir selesai, ia berjalan menuju tempat Alaia berada dan menatapnya penuh kehangatan. Air mata Alaia seketika mengalir deras, ia ingin memeluk adiknya, Arton, ia ingin memeluk Arton dan mendekapnya. Namun, tangannya masih terikat oleh tali sial** itu.

Adiknya memeluk dirinya hangat. Alaia bisa pastikan, jikalau itu adalah mimpi, maka itu mimpi terindah yang ia dapatkan. Adiknya bangkit dan kembali berjalan menuju piano itu.

"Maaf ya, kak, peranku sudah selesai" Ia tersenyum.

DOR.

"Maaf, Aya. Tapi, hanya boleh kita berdua yang tersisa. "

---

Liandi membuka matanya ketika sinar matahari menerobos masuk melewati gorden. Ia mengerjap beberapa kali sembari mengeluarkan lenguhan kecil.

Matanya menelusuri kamar tempatnya tertidur dan mendapati bahwa kasur telah rapih.

Mungkin Alaia sudah bangun.

Pikiran itu membuatnya tenang dan berjalan menuju pintu keluar. Bau harum menguar dari dapur, awalnya ia berpikir itu Alaia, namun, yang ia dapati malahan Altharey yang sedang memasak.

"Alaia mana? " Ketika kalimat itu terlontar dari mulut Altharey, sontak, Liandi menaikkan satu alisnya. "Bukannya udah bangun?," Tanyanya bingung.

Altharey menggeleng sambil menatap Liandi dari sudut matanya.

"Jangan ngaco. Gue udah bangun dari jam 5, sejak gue ke kamar Aya, Aya udah gak ada tuh. " Tutur Altharey dengan nada sedikit bingung.

Liandi semakin mengerutkan dahinya mendengar pernyataan Altharey yang janggal. Perasaan tadi udah rapih kasurnya. Lelaki itu kembali ke kamar, memastikan apakah Alaia ada dikamar mandi atau tidak.

Nihil.

Ia mencari ke ruangan lain. Nihil.

Lelaki yang kini tengah memasak didapur terganggu dengan suara grasak-grusuk yang Liandi ciptakan. Ia mematikan kompor mendekati Liandi yang kini telah kalang kabut.

Satu Yang Tersisa [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang