Memulai kembali

135 52 6
                                    

Tandain jika terdapat Typo^^

Don't Forget to Like & Komen serta Follow sebagai dukungan untuk penulis. 


Happy Reading

---

Suasana rumah sakit yang ramai lebih dari biasanya membuat seorang lelaki berusia 11 tahun dilanda rasa khawatir. "Bagaimana ini..? Aya kepegang gak ya..?" monolognya khawatir.

"Maaf, apakah wali anda sudah datang..? Untuk mengoperasi kakak anda ini, kami butuh persetujuan wali pasien, "ucap perawat yang bertugas di administrasi tersebut.

Ia hanya tertunduk lesu sembari mengetuk-ketukkan jarinya ke meja administrasi, anxiety melandanya, rasa panik, apa lagi ketika datang, sang kakak hanya bisa ditaruh di kursi roda karena UGD yang penuh dan hanya diberi pertolongan pertama.

"Baiklah kalau begitu" Ia kembali ke tempat kedua kakaknya berada. Lelaki beriris biru tua itu memandangi nanar keduanya.

Malam itu, saat kakaknya , Gara, menemukan kakak keduanya, Aya, tergeletak dengan tubuh bersimbah darahnya sendiri–dan darah itu berasal dari jari yang sudah terpisah– ia pun terbangun akibat teriakan kencang sang kakak.

"Apa sih kak..?, udah malem lhoo,"ucapnya berjalan ke asal suara teriakan sang kakak.

Begitu sampai, yang didapatinya bukanlah kakaknya yang menangis dipojokkan saat tengah bermimpi buruk –seperti biasa– namun, malah yang ia dapatkan adalah kakaknya, Aya, bersimbah darah sembari Gara menangis di sampingnya.

Ia langsung berteriak untuk menyadarkan sang kakak agar membawa Aya segera ke rumah sakit. Akhirnya ialah yang mengambil alih handphone Gara untuk menelpon Kakak sulungnya, Xavier.

"AYA MOTONG JARINYA KAK!!"

Setelah teriakan itu. Ia langsung mematikan telepon. Walau umurnya baru 11 tahun, ia begitu berani. Meminta tolong tetangga mereka –yang saat itu tengah berada di teras, ngeronda– untuk membawa sang kakak.

Ia membangunkan adiknya –yang berusia 9 tahun– untuk menjaga adiknya yang masih berusia 7 tahun

"Kunci pintu rumah! Selain kakak yang mengetok pintu, jangan bukakan untuk yang lain! Walau itu kak Xavier! Bilang padanya, kakak di rumah sakit Citraloka!!"ucapnya sebelum kemudian menghilang, masuk kedalam mobil yang dipinjamkan warga.

Mereka segera melaju sambil menekan luka sang kakak agar darahnya tidak semakin keluar, dan di sampingnya, ada seorang warga yang segera membungkus potongan jari itu dengan plastik bersih.

Entah untuk apa.

Begitu sampai, yang didapati mereka hanyalah keramaian UGD yang ternyata tabrakan beruntung baru saja terjadi di dekat sana. Warga yang mengantar mereka berusaha mencari tempat lain yang sekiranya bisa.

Namun, sampai sekarang tak ada yang berhasil.

Tiba-tiba, suara derap kaki yang begitu cepat mendatangi mereka, beberapa derap kaki lebih tepatnya. Seorang pemuda berjas dokter datang bersama beberapa perawat di sampingnya seolah sedang menjelaskan kondisi beberapa pasien.

Satu Yang Tersisa [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang