Berita kematian

74 43 4
                                    

Tandain jika terdapat Typo^^

Don't Forget to Like & Komen serta Follow sebagai dukungan untuk penulis 
Happy Reading

---

Sudah 2 hari sejak Liandi diperbolehkan keluar dari rumah sakit.

Suasana yang aman selama belakangan ini tidak membuat mereka terlena dan berleha-leha.

Mereka justru semakin gencar, apa lagi saat tau bahwa kini, teror itu tidak hanya mengincar keluarga Andakara melainkan Liandi juga.

Belati merah sebagai bukti bahwa pelakunya sama.

"Kau yakin baik baik saja? Beneran mau lanjut kerja? Baru sembuh lho.. "

Pertanyaan bertubi-tubi dari Alaia membuat Liandi menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

Ia menjadi gugup.

Udah kayak di tanyain sama istri batinnya malu.

Ia mengangguk yakin dan mencium dahi Alaia sebelum langsung melaju pergi bersama Askara di motornya.

Belum sempat Alaia merespon pada kecupan singkat itu, Lelaki itu sudah menghilang dari pandangannya.

Pipinya terasa panas.

(Nyalakan soundtrack dari sini)

"ALAIA!! "

Altharey berlari kencang dari lantai atas menuju pintu ruang tamu.

Ia tampak tergesa-gesa menghampirinya sambil membawa handphone.

"Kenapa, lu? Casing handphone lo berubah ya? Kok sekarang mariposa? Kemarin Tinker bel—"

"Bukan!! Ini!! "

Ia menunjukkan laman berita tepat di wajah Alaia. Tubuh perempuan itu menegang saat membaca kalimat pertamanya.

"I-ini"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I-ini"

Tangannya bergetar, meraih ponsel adiknya dengan takut dan tatapan tak percaya.

Lelaki yang selama ini selalu menjadi kakak ke dua baginya dikabarkan... Tewas?

"T-tunggu, ini pasti bohong! Gak mungkin kan?! "

Ia menatap Altharey meminta penjelasan.

Namun, tak ada yang keluar dari mulut lelaki itu melainkan hanya keheningan yang membawa kebenaran.

Altharey mengangguk kaku.

"Ya... Dokter Noah yang itu" Ucapnya lirih.

Tubuh Alaia bergetar, ia berusaha menahan posisinya namun gagal dan terjatuh. Beruntung, Altharey sigap menangkap tubuhnya agar tidak mencium lantai.

"K-kenapa harus dia..? "

Altharey menghela nafas panjang. Ia mengeluarkan rambut sang kakak sebagai upaya menenangkan kakaknya.

Satu Yang Tersisa [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang