Tandain jika terdapat Typo^^
Don't Forget to Like & Komen serta Follow sebagai dukungan untuk penulis
Happy Reading---
Alaia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Liandi sembari menangis. Melihat kondisi adiknya yang lumayan parah membuatnya tak tahan melihat hal itu. Liandi mengusap punggung Alaia untuk memberi gadis itu kenyamanan.
"Shh.. Semuanya akan baik-baik, oke? "
Alaia terisak-isak. Tangannya meremas kuat kain berwarna hitam itu. "Hiks.. Hiks.. "
Liandi menghela nafas panjang. Tangannya terulur untuk menggenggam kedua bahu gadisnya dan menatapnya lekat. "Look at me, girl"
Alaia mengangkat pandangannya ketika sebuah benda kenyal menabrak bibirnya. Ia membelalakkan mata akan tindakan Liandi. Setelah beberapa waktu, benda itu menjauh dan Liandi kembali menatap wajahnya dengan pipi yang dipenuhi rona merah.
"Feeling better, honey? " Alaia menunduk malu.
Tanpa sadar, kurva kecil terbentuk di wajah lelaki itu. "Kau haus? Aku cari minum dulu ya. Tadi, aku liat disana ada sebuah kardus air mineral"
Alaia melihat punggung yang kian menjauh itu dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Ia takut bahwa semua ini akan berakhir dengan kematian salah satu dari mereka, atau bahkan keduanya. Altharey belum berhasil ditemukan juga karena sepanjang perjalanan tak ada lantai lain yang dapat dibuka selain lantai tersebut.
Begitu Liandi datang dengan membawa 2 botol air mineral, Alaia menatapnya hangat. Ia mengambil satu botol dan membuka tutupnya lalu meminumnya haus. Tak bisa ia pungkiri sudah beberapa jam ia tak minum air putih.
Dor dor!
Sebuah tembakan menabrak pintu besi tersebut membuat sepasang sejoli itu langsung menoleh tajam. Liandi langsung menarik tangan Alaia menjauh dari pintu dan bersembunyi di salah satu celah sempit disana.
"Sshh" Liandi berjaga kecil sambil memegang belati merah di tangannya dan mengintip kecil dari celah yang ada.
Ketegangan muncul.
Alaia menutup mulutnya rapat, air mata hampir keluar. Dak dak!! Pintu besi itu seakan mencoba untuk di dobrak dari luar. Tampak peluh mengalir dari pelipis lelaki itu.
Alaia memejamkan mata ketika suara itu berhenti dan menatap Liandi khawatir. Lelaki itu tampak semakin serius ketika sebuah dentuman membuat pintu itu seketika terbuka.
Brak!
(Kalau soundtracknya kurang panjang, ulang ulang aja)
Liandi langsung berdiri di depan Alaia untuk menghalangi akses melihat gadis itu, ia tau bahwa incaran mereka adalah kekasihnya. Sebuah bayangan muncul dan tampak 2 orang mulai mendekat.
Liandi sudah bersiap-siap dengan belati ditangannya. Alaia melirik dari belakang ketika tubuh orang yang mendobrak sudah berada tepat di depan mereka berada namun belum menyadari keberadaan mereka.
"Kemana mereka? Harusnya mereka ada di sini" Ucap salah satu dari mereka yang tampak sedang membopong satunya lagi.
"D-di atas kali"
"Ya elah..! Males banget, ah. Dah mana lu berat lagi!! " Lelaki itu langsung menjatuhkan rekannya dan kini tampak jelas wajah dari rekan yang di bopong itu.
"Al?! " Alaia langsung berlari keluar dan memeluk Altharey erat. Lelaki itu mengaduh kesakitan saat tubuhnya di tabrak oleh perempuan yang berstatus kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Yang Tersisa [TAHAP REVISI]
Mystery / Thriller"Kenapa Tuhan, kenapa? HAMBA CUMA PENGEN BAHAGIA, TUHAN!!"-Alaia "Maafin gue, gue gak bisa jaga kalian"-Shine "Aku titip matahari kita ya??"-Liandi. ---- Alaia, gadis biasa dengan kehidupan normalnya. Ya, setidaknya sampai teror belati merah menimpa...