Tandain jika terdapat Typo^^
Don't Forget to Like & Komen serta Follow sebagai dukungan untuk penulis
Happy Reading---
Alaia tidak ingat mulai darimana ia harus memarahi orang didepannya. Ia terlalu syok mendengar cerita dari orang didepannya tentang kebenaran pahit keluarga mereka.
Ibu mereka.
Ayah mereka.
Kakaknya.
Tidak ada satupun dari mereka yang normal. Bisikan setan telah mempengaruhi mereka untuk melakukan perbuatan paling keji dan dibenci Tuhan dari agama manapun..
Inses. Perkawinan sedarah.
"Ibu kita merupakan saudara se-ayah dari paman... Dan ayah... Merupakan saudara seibunya.... " Terangnya dengan tangan terkenal kencang.
Alaia tak tau harus berkata apa-apa lagi. Lidahnya kelu untuk mengucapkan sepatah kata pun. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ia tahan.
Lelaki itu menghela nafas, "Awalnya, aku begitu senang saat tau bahwa semua adikku—termasuk kau— bukanlah saudara se-ayah denganku.. Aku jadi bisa dengan bebas memilikimu" Sebuah senyuman getir muncul diliputi dengan perasaan kecewa.
"Begitu tau... Bahwa kau bukanlah bagian dari mereka.. Aku jadi—"
Ia menghela nafas, "—kesal. Aku tidak bisa memilikimu tapi mereka bisa... "
Sebuah gelak tawa langsung terdengar membuat bulu kuduk Alaia merinding.
"Maaf maaf, ahahahaha... Akhirnya.. Akhirnya aku putuskan untuk membunuh mereka semua agar kau menjadi milikku seorang" Pekiknya dengan bangga.
Pergantian emosi seperti itu tidaklah normal sama sekali.
Namun, karena cerita dari lelaki didepannya, ia jadi mengerti kenapa semua saudaranya tidak ada yang benar-benar 'normal'.
Mungkin kelihatan biasa saja, namun, Xavier memiliki kepribadian psycho secara tidak langsung. Dirinya yang memiliki kecacatan di bagian jantung saat lahir—walaupun sudah teratasi sekarang— dan Gara yang memiliki keterguncangan mental yang membuatnya lebih kalem dari pada yang lain.
Altharey.... Dia terbilang normal walau kepribadiannya yang terlalu kekanakan. Angkasa yang bisu... Dan Shine... Yang memiliki kepribadian ganda-nya.
Arton, dia bahkan tau betapa rentannya adiknya itu terhadap stress sampai-sampai saat orang tuanya meninggal, anak itu bolak-balik rumah sakit seperti yang kita tau.
Itu menjelaskan semuanya.
Sebuah pertanyaan berputar-putar di kepalanya. "Lalu.. Kenapa... Kenapa Arton kau bunuh juga..? Dia saudara kita.. " Lirih Alaia yang tak tahan dengan pertanyaan itu.
Xavier sempat terdiam sejenak lalu menopangkan kepalanya pada salah satu tangannya.
"Kenapa ya? " Ia tampak mengatakannya dengan enteng. Seakan-akan itu tidaklah penting.
Senyuman kembali terbit. "Entahlah, aku berpikir dari pada menyisakan satu, terlalu nanggung, jadi.. Sekalian saja. Toh dia yang paling kau sayang kan? Aku iri, jadi aku bunuh saja deh"
Alaia menggeleng keras.
"Niatnya... Aku ingin membunuh semua laki-laki di dekatmu" Ucapnya sembari menekan tombol sebuah remote yang menampakkan kondisi kedua lelaki yang sangat ia kenal.
Liandi dan Altharey.
"Apakah... "
Tunggu sebentar, kenapa hanya ada 2 orang disana? Dimana Shine? Apakah dia.. Apakah dark mengambil alih tubuh adiknya lagi kemudian membuat kedua lelaki di layar itu terjebak di ruangan lain?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Yang Tersisa [TAHAP REVISI]
Mistério / Suspense"Kenapa Tuhan, kenapa? HAMBA CUMA PENGEN BAHAGIA, TUHAN!!"-Alaia "Maafin gue, gue gak bisa jaga kalian"-Shine "Aku titip matahari kita ya??"-Liandi. ---- Alaia, gadis biasa dengan kehidupan normalnya. Ya, setidaknya sampai teror belati merah menimpa...