Tandain jika terdapat Typo^^
Don't Forget to Like & Komen serta Follow sebagai dukungan untuk penulis
Happy Reading---
Tubuh Alaia lemas, ia terjatuh ke lantai saat video tersebut selesai. Kabar baik dan buruk datang bersamaan disaat yang tidak tepat.
Ia menutup mulutnya, mencoba menahan isak tangisnya agar tak ada seorangpun yang mendengarnya.
Kabar baiknya, sang adik yang selama 2 minggu terakhir di cari olehnya dan pihak kepolisian ternyata masih selamat. Entah bagaimana.
Kabar buruknya, sang adik lah yang menjadi pembunuh Askara.
"Tidak mungkin... " Lirihnya.
Ia menengok ke sekitar dan memasukkan handphone tersebut kedalam kantongnya. Ia segera keluar sebelum ada yang melihatnya disana.
"Ketemu~"
Alaia keluar dari rumah itu dan menghampiri Liandi dengan tergesa-gesa. Lelaki itu kaget saat Alaia menghampirinya dengan brutal. Karena ketidakseimbangan gadis itu, ia sampai nyusruk ketanah.
"K-kau gpp? "
"G-gk papa.. Oh ya! Shine! Shine masih hidup! " Pekiknya kepada Liandi.
Hal itu membuat alis lelaki itu bertautan. Dahinya mengernyit bingung.
Liandi berjongkok dan membantu Alaia bangun. Ia membersihkan badan Alaia yang dipenuhi debu.
"Apa maksudnya Alaia? "
Alaia mengangguk cepat. "Shine masih hidup! "
"Darimana kau tau itu? "
"Ada... Ada firasat ku yang mengatakan hal itu! " Jawabnya. Ia menutupi fakta bahwa ia menemukan bukti di handphone Askara. Ia memegangi kantongnya dengan erat.
Liandi tersenyum. Tampaknya, Alaia terlalu lelah sampai percaya akan firasat yang belum tentu benar. Namun, Liandi bisa apa?
"Benarkah? Dari mana datangnya firasat itu, hmm? " Tanyanya lembut disertai senyuman simpul.
"Aku... " Alaia terdiam. Ia tak bisa mengatakan bahwa dia menemukan handphone Askara dan mendapati video shine yang membunuh Askara. Mau bagaimana pun, lelaki di depannya ini seorang polisi.
"Kau sepertinya le—"
Suara klakson motor membuat mereka menoleh serentak.
"Aya! Lu lama banget sumpah! " Lelaki yang tak lain dan tak bukan adalah Altharey, kini menuruni motor nya dan mendekat kearah dua sejoli tersebut.
Ia menghentakkan kakinya kesal seperti anak kecil yang tak diberikan permen oleh sang ibu.
Alaia tertawa kecil.
"Kenapa lu? Takut? " Ejeknya sambil berkacak pinggang.
Wajah Altharey memerah sambil menggeleng keras. "Mana mungkin Altharey takut! " Ucapnya mengelak.
Liandi tertawa kecil melihat interaksi sederhana tersebut. Ia sebagai anak tunggal tidak pernah merasakannya.
"Betewe, Gara udah pulang? "
Altharey mengangguk singkat. "Udah, dari tadi pagi malah, habis lo pergi" Jawabnya.
Alaia mengangguk paham. Ia menepuk tempat di sebelahnya agar sang adik dapat duduk disana.
"Terus..., sekarang dia sendiri donk ? " Tanya Alaia lagi sambil menatap lekat mata adiknya.
"I-iya, habis... Dia seharian dikamar doank... Gue kan takut yak.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Yang Tersisa [TAHAP REVISI]
Misteri / Thriller"Kenapa Tuhan, kenapa? HAMBA CUMA PENGEN BAHAGIA, TUHAN!!"-Alaia "Maafin gue, gue gak bisa jaga kalian"-Shine "Aku titip matahari kita ya??"-Liandi. ---- Alaia, gadis biasa dengan kehidupan normalnya. Ya, setidaknya sampai teror belati merah menimpa...