Tandain jika terdapat Typo^^
Don't Forget to Like & Komen serta Follow sebagai dukungan untuk penulis
Happy Reading---
Alaia terbangun di ruangan serba hitam. Pandangannya gelap, ia tidak dapat melihat apapun selain hitam, hitam dan hitam. Suaranya tak dapat ia keluarkan yang entah dengan alasan apa tenggorokannya terasa begitu sakit. Sangat sakit.
"Aku dimana.. ? " Bisiknya dengan suara lirih nan serak. Ia berusaha menggerakkan kedua organ geraknya namun sia-sia. Tangan dan kakinya terikat diatas kursi tersebut.
Ctak.
Suara saklar yang ditekan membuat satu titik di ruangan tersebut memancarkan cahaya. Tampaknya terdapat ruangan lain, dan ruangan itulah yang menjadi sumber cahaya.
"H-halo....?," Gadis itu berusaha melirik siapa yang menyalakannya namun mendapati keterbatasannya dalam bergerak.
Srak
Srak
Srak
Sebuah suara yang membuat gadis itu semakin yakin bahwa ada seseorang didalam sana. Ia semakin berusaha untuk mengintip apa yang ada disana.
Ia mengguncangkan kursinya berharap dapat sedikit berpindah tempat ke depan pintu sumber cahaya tersebut.
Bruk.
Alaia meringis, "Ack.. ".
Tubuhnya terjatuh menghantam dasar begitu keras, tak lupa dengan kursi yang serta merata menimpanya. Ia yakin bahwa kini jidat dan hidungnya sudah mengeluarkan darah. Bau anyir darah tercium namun, bukan bau darah segar melainkan...
... Darah busuk?.
Ia melirik kearah kanan dengan ujung matanya dan seketika napasnya tercekat. Seorang lelaki sedang memotong sesuatu yang bisa dibilang 'daging' dan dinding disebelahnya yang dipenuhi darah. Bahkan darah itu menetes hingga ke lantai.
Tak sampai disitu, Alaia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, sebuah kepala wanita yang sangat ia kenal, yang dulu pernah menjadi sahabatnya, kini terpajang di meja penuh darah tersebut.
Badannya seketika bergetar hebat. Suaranya semakin hilang disaat lelaki itu berjalan kearahnya. Ia menggunakan masker dan sarung tangan.
Trang.
Pisau itu di buang seakan sedang membuang sampah plastik. Sarung tangannya juga tak luput dari lemparannya. Matanya tampak tersenyum menandakan bahwa lelaki itu sedang tersenyum dibalik maskernya.
"Udah bangun, sweetheart~? "
Bau anyir darah memasuki indra penciuman Alaia yang membuatnya dilanda rasa mual pada pangkal lidahnya. Semakin mendekat, semakin pekat pula aroma darah yang menguar.
"Tenang saja, ya? Setelah aku bereskan para bajing** yang menyentuh tubuhmu, kupastikan kita akan bahagia bersama~." Tangannya terulur membelai Alaia lembut.
Alaia lupa bagaimana caranya bernapas membuat lelaki itu terkekeh geli. Matanya yang kemerahan memancarkan cahaya berkilau yang seakan-akan menghipnotis lawan bicara agar mengatupkan mulutnya rapat-rapat.
"Napas, Aya~" Tangannya kembali mengelus wajah perempuan itu, ibu jarinya tergerak mengelus pipi perempuan itu yang mulai tirus.
Duk.
Sebuah balok kayu menghantam tengku Alaia membuat ia kembali kehilangan kesadaran, sedangkan lelaki yang kini tengah memegang balok kayu tersebut tersenyum smirk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Yang Tersisa [TAHAP REVISI]
Gizem / Gerilim"Kenapa Tuhan, kenapa? HAMBA CUMA PENGEN BAHAGIA, TUHAN!!"-Alaia "Maafin gue, gue gak bisa jaga kalian"-Shine "Aku titip matahari kita ya??"-Liandi. ---- Alaia, gadis biasa dengan kehidupan normalnya. Ya, setidaknya sampai teror belati merah menimpa...