Tandain jika terdapat Typo^^
Don't Forget to Like & Komen serta Follow sebagai dukungan untuk penulis
Happy Reading---
Tidak ada apa apa didalamnya kecuali debu yang mulai menebal di setiap sudutnya. Altharey sampai terbatuk-batuk saat membuka pintu.
Ia masuk ke dalamnya dan menelusuri kamar itu. Ia merasakan nostalgia.
"... Dulu.. Sampai kita punya adik lagi, kita tidur disini ya.. "
Ia mengenang masa masa saat ia masih tidur diantara pelukan mama dan papanya.
Altharey berjalan mendekati rak buku yang dipenuhi sarang laba-laba.
Debu debu beterbangan saat ia menepuk salah satu buku untuk membersihkan nya.
Ia tertarik pada buku besar nan tebal berjudul "akte kelahiran & silsilah".
Lelaki yang dipenuhi rasa penasaran itu mulai membuka halaman pertamanya.
Berisi foto foto Xavier mulai dari bayi sampai ulang tahun terakhir sebelum kedua orangtuanya meninggal.
Di bawah foto foto itu, terdapat akta kelahiran kakaknya itu.
Xavier Arunika Andakara, anak dari bapak Llyore Arunika Andakara.
Ia tersenyum simpul saat membaca kata kata tersebut.
"... Jelek banget abang gue" Ucapnya sembari tertawa kecil.
Dihalaman kedua, ada kumpulan rapor dan sertifikat yang diperoleh oleh sang kakak.
Ia merasa kesal.
Sertifikat itu kebanyakan didapatkan dari lomba memanah, spring, menembak, berkuda, berenang, piano, gambar, Olimpiade—dkk. Iri dengan pencapaian sang kakak? Tentu.
Halaman ketiga dibuka.
Ia melihat foto Gara. Saat itu, matanya terbelalak ketika membaca pernyataan diatas akta lahirnya.
Agara Jyordyn Andakara (?) anak dari Lloyd Jyordyn Andakara.
Itu nama pamannya.
Tangannya bergetar.
Ia menyadari bahwa itu bukanlah halaman ke tiga, namun ke 4. dan mendapati bahwa halaman ketiga itu hilang. Bekas robekan dari kedua halaman selanjutnya juga masih tersisa disana.
"Di robek? "
Drap drap drap drap.
Suara langkah kaki yang turun dari tangga dengan begitu cepat membuatnya sontak menoleh kearah pintu.
Alaia muncul dari ambang pintu.
"BARANG KAK XAVIER UDAH PADA GAK ADA! " teriaknya memberikan kejutan baru bagi Altharey.
Lelaki itu lantas berlari kearah tangga dan masuk kedalam kamar sang kakak untuk mengecek kebenarannya.
Alaia mengikuti dari belakang dengan nafas terengah-engah. Didapatinya kamar itu tidak memiliki barang lain selain lemari yang kosong, meja belajar yang kosong dan hancur, kasur, kamar mandi basah yang kosong.
Tampak seperti semua barang disana sudah diambil.
"Gu-gue cuma nemuin ini"
Ia memberikan sebuah buku catatan yang tampaknya buku harian milik kakak lelakinya. Ia mengambilnya dari tangan Alaia. Buku harian itu digembok.
"Itu buku hadiah dari gue buat Kak Xavier. Tapi kuncinya gue gak nem—"
Alaia menghentikan bicaranya saat sang adik dengan mudah merusak gembok itu dan membukanya.
Ia membaca sekilas di awal buku dan tampak seperti buku harian biasa. Berisi curhatan kakak pertama.
Ia langsung melihat halaman terakhirnya.
16 Mei 2024.
Kenapa?! KENAPA HARUS DIA YANG ADEK GUE, BANGSAT?!
TUHAN INI GAK ADIL YA? KAGAK GUNA!
BILANG NYA SEMUA YANG HAMBA-NYA MAU BAKAL DIKASIH. LAH INI? CUMA MINTA SETIDAKNYA BUKAN DIA ADEK GUE MALAH DIA ADEK GUE!!FUCK FUCK FUCK FUCK!
Altharey mengernyit bingung. Bukan hanya karena kata kata kakaknya yang ambigu namun kejanggalan dari tanggalnya yang membuatnya merasa aneh.
Sang kakak.. Meninggal saat liburan semester kan?
"Gue juga nemu yang lebih aneh"
Ia menunjukkan buku akta tersebut kepada Alaia. Sama seperti dirinya, awalnya Alaia juga merasa tak ada yang salah dari itu.
Begitu melihat halaman kelima, ia benar benar terkejut.
"P-paman? Paman loyd?? " Tanyanya bergetar.
"Iya, aneh kan? Aku kira ini kesalahan, namun lihat halaman ke ke tiga ini. Ini bukanlah halaman ketiga melainkan keempat atau kelima. "
Ia membuka halaman kelima yang mana setelah halaman itu karena dua halaman lainnya hilang entah kemana.
"Wait... This is supposed to be me, right? " Tanyanya bingung.
Altharey mengangguk namun, ia menunjukkan namanya yang terpampang di akte.
Skydylush Altharey Andakara, anak dari Lloyd Jyordyn Andakara.
Alaia menutup mulutnya tak percaya.
"J-jadi lo dan gara... Itu.. "
Altharey mengangguk patah patah. Ia masih shok akan fakta yang ia dapatkan.
"Sepertinya bukan hanya aku.. "
Ia membuka halaman selanjutnya .
Benar dugaannya. Mulai dari gara, dirinya, sampai ke Shine, adalah anak dari paman mereka yaitu Lloyd.
Alaia mengambil benda itu dengan kasar. Nafasnya berseru kencang saat membacanya. Ia mencoba berfikir positif. Mungkin diadopsi. Pikirnya walau itu tidak mungkin karena pamannya tidak punya Istri sampai kematiannya.
Hanya Xavier dan Arton —yang ada didalam buku itu— yang merupakan anak dari ayah mereka selama ini. Llyore. Atau biasa dipanggil Lyo...
"Bagaimana ini.. Bisa terjadi? "
Mata mereka bertautan. Kecemasan dan dugaan demi dugaan berdatangan dalam pikiran mereka.
Ia sudah membacanya.
Hampir kesemua akte saudaranya bertuliskan anak dari Lloyd Jyordyn Andakara dan Elli Kyanoyn Liliard.
Alaia menutup buku itu kasar. Ia tak mau lagi membaca fakta pahit itu.
Ia bahkan sampai melupakan keberadaan ponsel Askara yang ada di kantongnya. Membuat handphone itu terjatuh ke kasur.
"Ini? " Altharey memungut ponsel itu.
"Ah, iya.. Aku baru mau memberitaukannya padamu" Ucapnya.
Ia menunjukkan sebuah video dan berkata secara bersamaan. "Shine masih hidup/shine masih hidup?! "
---
Who will expect that?
Saudara yang selama ini selalu bersama dirimu seumur hidup ternyata hasil dari perselingkuhan ibumu selama bertahun-tahun bahkan belasan tahun.
Apakah ini ada sangkut pautnya dengan motif pembunuhan berantai ini..?
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Yang Tersisa [TAHAP REVISI]
Misterio / Suspenso"Kenapa Tuhan, kenapa? HAMBA CUMA PENGEN BAHAGIA, TUHAN!!"-Alaia "Maafin gue, gue gak bisa jaga kalian"-Shine "Aku titip matahari kita ya??"-Liandi. ---- Alaia, gadis biasa dengan kehidupan normalnya. Ya, setidaknya sampai teror belati merah menimpa...