Kiss the Rain

49 27 3
                                    

Happy reading❤️❤️

"Ah... Well... Kami, pihak kepolisian menemukan-" Ia terdiam sejenak.

Mereka memandang Liandi penasaran, menantikan apa kelanjutan dari pernyataannya. "Apa woi? " Altharey nampak tak sabar.

"... Mayat Angkasa.. Di gudang" Ucapnya lirih.

"-apa?. "

Seakan napas mereka tercekat, tak ada seorang pun yang mengeluarkan suara. Mereka tertegun atas apa yang baru dikatakan oleh Liandi.

"May-- jenazah Angkasa ditemukan dalam kondisi mulai membusuk. Hasil forensik menemukan bahwa penyebab kematiannya bukan karna kebakaran, tapi karena ditikam seseorang"

"Disana juga terdapat belati merah -sama seperti saat kematian Arton. Ada sidik jari diatasnya tapi belum bisa dipastikan milik siapa"

Alaia merasa seakan dunia runtuh saat itu juga. Ia tak bisa berkata apa-apa. Tangannya menutup mulut menahan isak tangis yang hampir saja keluar.

"Kau sudah berjanji akan menjadi kuat, Alaia! " Batinnya memekik pilu.

"Lalu.. Bagaimana dengan... Shine? "Tanya Gara terbata.

Altharey mengeluarkan seuntai kain berwarna hitam. Memiliki bahan yang sama dengan setiap aksesoris kain keluarga Andakara dan dapat dipastikan bahwa itu milik Shine.

"Jasadnya belum ditemukan. Maaf"

Tubuh Alaia jatuh ke tanah, memeluk kain tersebut dalam teriakan tanpa suara yang memilukan. Ia tidak bisa. Ia tak bisa bersuara saat itu. Tak akan bisa.

Rasanya mulutnya di kunci rapat-rapat.

"Alaia... Kita... Cari angin yuk?."

---

(Boleh mulai diputar musiknya)

Angin sepoi-sepoi penyambut musim gugur menerbangkan rambut panjang Alaia yang terurai. Alaia menahan topinya agar tidak terbawa angin.

Bersamaan dengan itu, daun-daun kering yang berada diatas tanah mulai berterbangan mengikuti arus angin. Musim gugur telah tiba.

Pohon-pohon jati mulai mengugurkan daunnya.

Untuk bertahan hidup.

"... Kau... Gak papa kan?, " Gara menatap matanya khawatir. Lelaki itu melihat kekosongan dalam setiap tatapan yang diperlihatkan kakaknya itu.

"Bagaimana seorang Kakak yang kehilangan 3 saudaranya dalam waktu dekat bisa gak papa, Gar? " Ia tersenyum pilu.

Alaia duduk di salah satu bangku taman. Melihat anak anak yang riang gembira bermain main dengan daun-daun kering. Melempar-lemparkannya ke udara dan bermain dibawah hujan daun tersebut.

"Kapan terakhir kali kita seceria itu ya? " Tanya Gara out of topic untuk mengembalikan suasana.

"Mungkin... Sebelum Mama Papa meninggal? " Alaia terkekeh.

Gara tertawa kecil sejenak dan mengalihkan pandangannya kembali pada anak-anak tersebut. Bugh. Sesuatu menabrak kakinya, saat ia lihat siapa pelakunya, seorang anak kecil.

"M-maaf, Kak! " Ia memekik bersalah. Di tunduk-tundukkannya badan kecil tersebut meminta permohonan maaf.

"Gpp, lain kali jangan melengos yak" Gara mengacak rambut anak tersebut. Anak itu tersenyum, menampakkan giginya yang masih putih susu dan kembali bermain bersama teman-temannya.

Satu Yang Tersisa [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang